💫01

238K 15.9K 913
                                    

Welcome new story!

Selamat datang di cerita transmigrasi seri ke-3.

Mohon berikan tanggapan kalian tentang part pertama ini.

Selamat membaca!

💫💫💫


Seorang gadis terlihat tertatih-tatih berjalan menuju kamarnya.

Seluruh tubuhnya terasa remuk akibat pukulan yang baru saja di dapatkan dari ayahnya.

Bulan.

Hanya itu namanya. Gadis dengan berbagai kesulitan yang sudah ia dapati di umur 17 tahun. Ayahnya yang temperamental, sedang ibunya memilih pergi akibat tak sanggup menghadapi sikap suaminya.

Menghentikan aksinya yang meratapi nasib, Bulan memilih mengambil kotak P3K. Kotak yang sering kali menjadi penolongnya dalam kondisi sekarang.

Beberapa kali ringisan terdengar dari bibirnya kala kapas itu menyentuh permukaan kulitnya yang berdarah. Padahal ini sudah seringkali terjadi, namun rasa sakitnya tetap Bulan rasakan.

Beberapa saat berkutat dengan kegiatannya, gadis berambut sebahu itu menaruh kotak P3K di atas meja.

Sekarang ia kembali menerawang kisah hidupnya.

Tak ada cahaya seperti namanya. Semuanya suram.

"Tuhan, gue pengen deh nyerah. Tapi pengin juga ngerasain rasanya memiliki keluarga sendiri. Pengen jadi nenek, terus ada suami yang selalu setia sampai rambut memutih." monolognya mulai berangan-angan membayangkan keluarga impiannya.

Bulan menghembuskan napas panjang. Memilih bermain ponsel dalam sedetik Bulan tenggelam dalam aplikasi dunia oranye yang sudah menjadi pengalihan sedihnya selama setengah tahun ini.

"Ceritanya keren. Hebat deh sang penulis menggambarkan sosok Hera si gadis polos namun tangguh di waktu bersamaan." komennya meng-scroll tiap bab hingga tanpa sadar hari sudah semakin siang.

"Bulan! Mana makanan buat Papa!"

Tiba-tiba seruan di balik kamarnya menyentak Bulan dari dunianya. Buru-buru gadis itu terbangun kemudian melirik jam di ponselnya.

Astaga dia ternyata sudah membaca selama 1 jam.

Membuang asal benda itu di atas kasur, Bulan bergegas keluar. Tujuannya saat ini hanyalah dapur.

Begitu tiba disana, rupanya sosok sang ayah sudah menatapnya nyalang. Bulan meringis, pasti setelah ini ia akan mendapat hukuman lagi.

"Dasar anak binatang! Bukannya masak kamu malah asik-asikan ngurung diri! Sepertinya kamu memang menyukai kekerasan yang Papa berikan, ya."

Bulan menggeleng keras, demi apapun kekerasan fisik yang ayahnya berikan sangatlah membuatnya takut.

"Maaf Pah, tadi Bulan lagi buang air." dustanya memilih jalan kebohongan. Karena bila Bulan berkata jujur sudah pasti kayu rotan siap menyambutnya.

Satu erangan kesakitan lolos dari bibir Bulan kala ayahnya dengan kasar menarik rambutnya.

"Halah! Alasan aja! Mati aja kamu!" dengan tak berperasaan, kepala Bulan di jedotkan pada sisi meja.

Bulan memberontak apalagi samar mulai merasakan ada yang merembesi wajahnya.

"Cukup Pah!" seruan nyaring milik Bulan di sertai satu tendangan di berikan pada selangkangan pria yang berstatus ayahnya tersebut.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang