💫31

75.4K 10.1K 1.2K
                                    

Menghabiskan waktu berkeliling dalam hunian milik Ernest, Binar dapat menyaksikan bagaimana fitur rumah ini begitu asri.

Di halaman belakang terdapat kebun buah yang siap panen, bahkan Binar sudah merasakannya. Bukan hanya itu, terdapat danau buatan yang sangat indah. Binar jadi betah duduk berdiam diri di sana.

Mungkin ini salah satu alasan rumah Ernest tidak memiliki kolam. Karena pria itu sudah mempunyai danau pribadi.

Di samping itu juga Binar benar-benar dilayani dengan baik. Mereka memperlakukannya seolah dirinya ini adalah tuan rumah, padahal notabenya Binar hanya tamu yang kehadirannya tidak akan lama.

"Nona mau tambah lagi?" tanya salah satu pelayan muda yang Binar ketahui bernama Mera. Dirinya baru saja menyelesaikan makan malam yang memenuhi standar lidahnya. Semua makanan yang tersedia adalah makanan favoritnya.

"Tidak Mera. Terimakasih. Aku mau berkeliling saja setelah ini."

Rumah Ernest bisa dikata sederhana, tetapi ketika masuk, rumah ini amat luas. Sudah Binar katakan, Ernest akan mendesign-nya sebagus mungkin.

Mera mengangguk paham, setelahnya ia mulai membereskan piring di mana Binar juga membantunya. Hal itu membuat Mera segera menghentikannya.

"Jangan, Nona. Biar kami saja yang membereskannya. Itu sudah tugas kami." katanya mengambil alih piring yang semula Binar pegang. Binar hendak membuka mulut, namun dipikir-pikir lebih baik dia menurut saja.

Akhirnya Binar meninggalkan tempat makan dengan tujuan merealisasikan niatnya beberapa saat lalu.

Netranya memindai lorong panjang yang kini ia lewati. Bahkan ada beberapa lukisan abstrak di sepanjang dinding. Sangat imajinatif.

Langkahnya terhenti pada sebuah lukisan besar diantara lukisan lainnya. Sama-sama abstrak tapi Binar tau bahwa lukisan itu adalah lukisan seorang perempuan.

Wanita dalam lukisan itu seakan tengah memakai mahkota bulan sabit, seketika ingatan Binar terlempar pada tato di dada Ernest tempo hari. Bentuknya sama baik dari segi garis maupun struktur.

Menelisik wajah gadis dalam lukisan tersebut, entah perasaannya saja atau apa, Binar seolah melihat abstrak dirinya dalam lukisan di depannya.

Pasti lukisan itu adalah Hera.

"Tapi Hera punya rambut coklat, bukan hitam." gumam Binar baru menyadari sesuatu.

Mahkota bulan.

Lukisan abstrak yang sekilas mirip dirinya.

Lalu rambut hitam panjang. Binar seketika menunduk dan memang benar rambutnya panjang juga berwarna hitam.

Mengapa semuanya jadi saling beterkaitan dengan dirinya?

Ada yang aneh. Atas dasar pemikiran itu, Binar membalikkan badannya. Tujuannya saat ini adalah dapur.

Tiba di sana, Binar malah mendengar obrolan para pelayan. Seketika itu juga Binar menyembunyikannya tubuhnya saat pembicaraan itu membawa nama Ernest.

"Jadi gadis itu yang tuan tunggu?"

"Aku rasa begitu. Terlihat bagaimana tuan amat menjaga gadis tadi."

"Kasihan. Dia terlihat lugu, berpikir bahwa semua ini adalah kebaikan hati tuan. Padahal kenyataan tak lebih dari jebakan."

"Pantas tuan tergila-gila, gadis itu selain cantik, baik, dia juga lucu."

"Tapi sayangnya gadis itu terlalu baik untuk tuan yang dominan."

"Bukan hanya dominan, tapi juga kejam." salah satu pelayan yang mengatakan dengan nada pelan itu sontak bergidik.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Onde histórias criam vida. Descubra agora