💫04

107K 13.7K 416
                                    

Seharusnya Binar tidak perlu takut, namun siapa yang akan sanggup bila berada di sekitar Ernest. Bahkan tanpa menyentuh pun, Ernest bisa membunuh orang itu.

Menggelengkan kepalanya tanda tak perlu dipikirkan, Binar kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda akibat insiden tadi.

Menyusuri lorong kelas 12 yang terbilang tidak ramai, Binar akhirnya menemukan kelasnya. Beruntung dalam cerita, semua penulisannya dibuat secara detail.

Begitu kakinya melangkah masuk, semua atensi teman-teman sekelasnya berpusat padanya. Binar yang tidak nyaman, hanya mengaruk pipinya.

"Kenapa telat?" salah satu guru selaku yang mengajar dikelas Binar bertanya.

"Nghh~ itu Bu, saya tadi dihukum." jawabnya dengan nada pelan.

Sang guru mengangguk lalu mempersilakan Binar masuk.

Binar menyapu pandangannya, tepatnya mencari bangkunya dan hanya satu bangku kosong yang ia lihat. Yakni berada di tengah dengan posisi paling belakang. Binar menebak bahwa itu adalah bangkunya. Dan lagi, dia ternyata mempunyai teman sebangku.

Memutuskan berjalan ke arah bangkunya, nyatanya Binar tak luput dari siswi yang tengah berbisik membicarakannya.

"Lo liat gak kemarin Binar di banting?"

"Gak, tapi gue liat ada videonya. Serem cuyy."

"Ho'oh pasti dia malu tuh. Lagian berani bener nge-deketin Ernest, jadi kena banting kan."

Binar mencebik, gara-gara raga yang ia masuki ini, ia harus terkena imbas. Lagian si Binar ini, jadi cewek tuh dikejar ini malah kebalik.

Mengabaikan bisik-bisik disekitarnya, Binar duduk di bangkunya. Biarlah, lagipun semuanya bakal berlalu dan akan tergantikan oleh berita bucin-nya Ernest kepada Hera.

💫💫💫

"Binar!!"

Teriakan yang berasal dari belakangnya membuat Binar yang hendak ingin ke kelas menghentikan langkahnya.

Menatap Cery sekaligus gadis di sampingnya, Binar untuk sesaat termenung.

Rambut coklat panjang tergerai lurus, kulit putih pucat yang lembut, serta perawakan tubuh tinggi adalah ciri dari seorang Hera Renjana.

Tidak salah lagi.

Setibanya dihadapan Binar, kedua gadis itu kompak menyerngit begitu mendapati Binar tengah menatap kagum sosok Hera.

"Binar." suara lembut dari Hera nyaris membuat Binar limbung. Astaga, pantas saja Ernest bisa tergila-gila dengan sosoknya. Suaranya saja sudah seperti mengajak kaum adam untuk membina rumahtangga.

Cery dan Hera makin dibuat bingung.

"Lo baik-baik aja kan?" Cery bertanya seraya menempelkan tangannya pada dahi Binar, memastikan sesuatu. "Gak panas kok." gumamnya bersamaan menjauhkan tangannya.

Binar mengerjap sebentar, lalu setelahnya ia tertawa garing.

"Hahaha, gue gak nyangka kita bakal bertemu."

Hah?

Kedua gadis itu membeo.

Menyadari tingkahnya, Binar berdeham kecil. "Kalian gak ke kantin? Kuylah, gue udah laper." ajak  Binar tanpa menunggu waktu menarik dua sahabatnya di dunia ini.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now