💫12

94.5K 13K 1.1K
                                    

Sebelum lanjut, adakah yang sudah meng-follow akun Arrinda?

💫💫💫

Usai bisikan yang Ernest berikan padanya, Binar segera melepaskan rangkulan Ernest dari pinggangnya kemudian berganti menyelidik pria itu.

"Kok lo di sini?"

"Lo? Coba ulang."

Binar mengerjap, apa Ernest mempunyai kebiasaan selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan?

Menggaruk pipinya yang tidak gatal, Binar lalu berujar. "Lah terus? Kita kan udah end." ucapnya lugu sembari itu mengedarkan pandangannya ke segala arah.

"Lo belum ngerti bahasa gue tadi?" sebelum melanjutkan kalimatnya, Ernest berjalan mendekati Binar yang mana terlihat menjaga jarak darinya. Ernest segera menangkap pergelangan tangan Binar saat gadis itu hendak kabur. "Asal lo tau, gue anti yang namanya ngulang bahasa. Sampe sini gue harap lo ngerti." bisiknya rendah.

Binar memejamkan mata, sekarang nampak jelas bahwa cerita sudah melenceng. Ini bukanlah keinginannya.

Berbekal ilmu yang selalu dibaca dalam novel, Binar mencoba untuk tidak terintimidasi. "Nest, lo—" Binar terbatuk kering kala Ernest menatapnya bagai sebilas pisau tajam. Sial, ternyata saat mempraktekannta tidak semudah cerita dalam novel.

"Maksud Gu— eh aku, kamu. Haduh." pada akhirnya Binar membuat ucapannya belepotan.

"Nest, kamu sebenarnya maunya apa sih? Jujur aku gak ngerti sama sikap kamu ini. Aku mau kebelakang kamu malah mau kebelakang juga. Aku mau kedepan kamu juga mau kedepan. Jadi tolong banget jelasin tujuan kamu. Kamu mau sesuatu? Bilang. Biar aku tau menempatkan diri. Gak kayak begini, bawaannya tuh linglung. Mau makan gak enak, mau jalan gak tau arah tujuan, mau cari pasangan juga kesendat. Aduh, pokoknya serba salah ini. Harusnya tuh cowok ngasih kepastian bukan malah ditarik-tarik tapi tak ada hasil. Eh eh, bakso gue." Binar yang sedari tadi menyerocos, terhenti begitu seseorang menyenggol lengannya hingga berakhir baksonya jatuh ke tanah. Beruntung baksonya dibungkus plastik, jadi Binar masih memaafkan.

"Untung belum 5 detik." gumam Binar sedangkan sang penabrak meminta maaf dan berlalu begitu saja.

Binar tak memusingkan, selama makanannya aman maka ia akan tetap kalem. Baru saja Binar membersihkan noda tanah yang menempel pada plastik makanannya, secara tiba-tiba Ernest merebut kantong makanannya dan dengan tidak berperasaan membuangnya pada tong sampah yang tidak jauh dari mereka berada.

Binar menatap tak percaya, kemudian beralih kepada Ernest yang tidak menunjukkan raut bersalah sedikitpun.

"Makanan yang jatuh udah jadi sampah." tukasnya santai sambil menahan senyum melihat wajah memerah Binar diantara lampu jalanan.

"Aku juga gak bodoh mau makan makanan sampah. Tapi yang tadi beda cerita. Udah mubazir, rugi di aku pula," rutuknya tak bisa menahan kekesalannya dalam berbicara. "Tau ah. Bikin suasana rusak aja." tambahnya dengan wajah tidak santai dan berlalu pergi. Ernest hanya mengamatinya, bagaimana gadis itu jalan dengan langkah lebar namun tak lama berbalik membuat Ernest bertanya-tanya.

Sambil menatap Ernest tajam, Binar meraih tas selempangnya. Hal selanjutnya yang tidak Ernest duga adalah ketika Binar memukulnya beberapa kali menggunakan tasnya.

"Dasar cowok brengsek! Kutu kepret! Rasakan pukulan dari orang yang selalu lo tindas perasaannya!" racaunya membabi buta bahkan tanpa sadar mengubah kosa katanya. Setelah di rasa cukup, Binar menghentikan pukulannya.

Binar menghela napas lega, ia cukup puas melampiaskan kekesalannya pada pria itu. Binar mengamati sekitar, dan baru sadar bahwa orang-orang sedari tadi memperhatikan tingkahnya. Rasa malu muncul begitu telinganya mendengar bisik-bisik yang mengatakan Binar melakukan kekerasan pada pasangannya.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now