💫48

49.6K 8.1K 903
                                    

Harapan di pagi ini adalah Binar ingin menikmati waktu santai. Dan itu memang benar terjadi.

Menselonjorkan kakinya pada bangku panjang, Binar membenarkan kacamatanya kala benda itu sedikit merosot dari pangkal hidungnya.

Senyumnya menyungging lebar kala sapuan angin sore pantai menampar wajahnya.

Akhirnya, setelah sekian lama Binar dapat membujuk Ernest untuk mengizinkannya keluar. Meski di bawah pengawasan pria itu beserta penjaga, Binar tak masalah. Toh, terpenting impiannya berlibur dapat terkabul.

Menggoyang-goyangkan kakinya seraya bersenandung pelan, Binar menatap matahari sore. Suasana di sekitar masih terbilang ramai, mungkin mengingat bahwa besok adalah weekend.

"Sepertinya Ernest bersenang-senang." monolog Binar ketika eksistensi pria itu tak tertangkap di matanya. Sebenarnya liburan ini khusus mereka berdua, namun entah dari mana kehadiran sahabat semasa sma Ernest datang berkunjung di waktu yang tidak tepat.

Membuat Binar memutuskan mengajak Hera agar tidak kesepian.

Arian dan Ceasa. Setelah tidak lama terdengar kabarnya, kedua manusia itu memilih pulang ke tanah air.

"Nona."

Masih asik menikmati kesendiriannya, Binar menoleh ketika salah satu penjaga memanggilnya.

"Iya?" Binar bangun dari posisinya.

"Ada berita buruk. Tuan sekarang ini sedang mabuk."

Tak ayal Binar spontan berdiri. Angin yang mulanya terasa lembut kini malah terasa menusuk kedalam sel-sel tulangnya.

Ini bencana! Ernest dan alkohol adalah musuh abadi.

Sepertinya gambaran liburan menyenangkannya agaknya akan hancur.

Mengikuti penjaga itu di belakang, Binar menghentikan langkahnya. Di depan sana Arian dan Ceasa tengah berjoget riya menggunakan iringan musik koplo. Beralih ke Ernest, Binar tak sanggup menatap pemandangan di depannya.

Satu helaan napas panjang lolos dari bibirnya. Tau begini, mending Binar tak usah pergi. Buat malu saja.

Diputuskan dengan langkah berat Binar menghampiri Ernest.

Oe... Oe... Oe...

"Cup cup cup. Sayang, kamu kenapa? Ada masalah, hm? Tidur ya, udah malem," racau Ernest sambil mengajak sebuah botol dalam gendongannya berbicara tak lupa juga suara bayi yang Ernest buat-buat.

Binar ingin menangis saja, seharusnya tadi ia mengawasi saja suaminya itu. Bahkan tingkah ketiganya sudah jadi tontonan pengunjung di sana.

"Nina bobo~ Oo~ nina bobo~ kalo tidak bobo~ Papa banting kamu."

Memijit pelipisnya penuh frustrasi, Binar menyuruh para penjaga membawa ketiga pria teler itu. Sepertinya malam ini Binar tidak akan bisa tidur.

Baru saja hendak menyusul Ernest, Binar malah tidak sengaja menginjak pecahan beling. Binar seketika terduduk sambil meringis sakit.

Tangannya bergerak mencabut beling itu dari kakinya, seketika darah langsung mengalir dari kakinya. Orang-orang yang berada di sana nampak ingin membantu sebelum niat mereka didahului seseorang.

"Nona."

Binar mendongak dan sudah mendapati Reksa dengan wajah khawatirnya. Tanpa babibu Reksa mengendong Binar menjadikan wanita itu terkesiap.

"Reksa lepas. Aku bisa jalan sendiri." rontanya minta dilepaskan.

"Kakimu luka. Bagaimana kamu bisa jalan." balas Reksa tanpa sadar mengubah kosa katanya dan berlari kecil untuk selanjutnya mendudukkan Binar di bawah pohon kelapa.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now