💫25

84.8K 11.3K 774
                                    

Kejutan🎉🎉

Sebagai bentuk perayaan, yok follow akun ini.

Selamat membaca....

💫💫💫

Setelah insiden tadi baik Binar maupun Ernest sama-sama sepakat untuk tidak memberitahukan kepada yang lain. Permintaan ini pure dari Binar sendiri, ia tak ingin acara perkumpulan ini menjadi tidak kondusif.

Meski tidak menimbulkan trauma, tapi tetap saja Binar menjadikan pengalaman ini sebagai pembelajaran. Bahwa jangan pergi ditempat sepi ketika sendirian. Walau tak dipungkiri tubuhnya sesekali akan gemetar bila lintasan ingatan tentang sentuhan mereka ketika mengerayanginya, menyeruak.

"Kenapa sih, dari tadi aku perhatiin kamu ngelamun terus." Reksa yang sedari tadi mengamati sang kekasih kini memilih bertanya. Pasalnya sepulang dari mencari kayu bakar, tingkahnya mulai berubah. Mata yang selalu berpenjar awas dan bahasa tubuh yang menunjukkan ketidaknyamanan.

"Nggak kok. Mendadak jadi kangen kost." dalihnya seraya cengengesan. Binar menyodorkan sepotong daging sapi kepada Reksa yang Reksa terima dengan cepat.

Beberapa saat kemudian keduanya kompak menyibukkan diri dengan pikiran masing-masing. Binar fokus menatap sebagian para laki-laki yang nampak asik bernyanyi. Ernest pun turut serta, malah dia yang menjadi gitaris.

"Kamu tau yang main gitar di sana?" tunjuk Reksa yang terarah pada Ernest. Binar sempat terdiam, sebelum akhirnya mengangguk.

"Kenal. Dulu kami sempat satu sekolah sebelum aku pindah. Agak kaget sih pas tau dia juga ikut diperkumpulan ini." ya, siapa yang tidak kaget. Pertama kali bertemu, Binar rasanya ingin menguburkan diri. Harap-harap cemas bila Ernest membalaskan dendamnya. Tapi semua itu malah diluar ekspetasi.

"Aku udah sering denger dari cerita anak-anak. Katanya dia lumayan jago mengoperasi komputer. Bahkan dengar-dengar pernah nge-hack. Aku pikir orangnya rada sombong atau jutek mengingat statusnya bukan orang sembarangan. Tapi setelah perkumpulan ini, stigma aku berubah. Malah pengin belajar dari dia." terangnya usai memasukan potongan terakhir daging cokelat itu kedalan mulutnya. Binar mendengarkan seraya menilai dalam hati. Seandainya Reksa tau bahwa sebelum ini perangai yang dijabarkan Reksa beberapa saat lalu masih jauh dengan perangai Ernesr 4 tahun lalu.

Terlebih hari ini Binar menyaksikan satu sisi gelap pria itu ketika dikuasai amarah.

Namun tak urung kepalanya mengangguk. Tapi apa tak masalah? Biar bagaimanapun dulunya Ernest dan dirinya pernah mempunyai status. Meski Binar yakin Reksa tak akan mempermasalahkan hal tersebut.

Tetapi tetap saja, rasa khawatir muncul di hatinya.

"Kalo kamu pengen nambah ilmu, silakan. Selagi dia welcome." putusnya melirik Ernest sekilas yang masih asik memainkan gitarnya diiringi nyanyian Ed Sheeran—Perfect dari anak-anak.

Binar segera mengalihkan pandangannya ketika Ernest menoleh ke arahnya. Meski pria itu berubah dalam segi sifat, tidak dapat dipungkiri Binar memiliki firasat.

Sejatinya sifat alamiah manusia tak bisa hilang. Akan ada saatnya muncul dan hal itulah yang Binar hindari. Sifat alamiah Ernest terpampang jelas ditulis oleh si penulis cerita.

Dingin, kejam, tidak berperasaan, melakukan apapun demi agar mendapat apa yang ia inginkan, dan posesif.

Itulah penggambarannya, dan Binar tidak yakin semua hal yang ia sebutkan sudah benar-benar menghilang dalam diri Ernest. Karena memang itu adalah sifat alamiahnya yang penulis ciptakan.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang