💫09

94.7K 13.4K 524
                                    

"Nih, makan dulu."

Cery memasuki kamar Binar dengan tangan menenteng nampan berisi sup sayur. Binar yang rebahan sambil menonton film lewat laptop, seketika bangkit sambil tak lupa tersenyum lebar.

"Ughhh, tangkyu ayang."

Cery bergidik, namun tak urung terkikik geli. Memberikan sup sayur kepada Binar, Cery ikut bergabung di kasur Binar sambil melanjutkan film yang Binar tonton.

Menatap Cery sebentar, Binar lalu beralih memakan sup-nya. Terhitung sudah 2 hari Binar izin dari sekolah, suhu tubuhnya sudah menurun dan mungkin besok Binar akan masuk sekolah. Selama Binar demam, ada Cery dan Hera yang menemaninya. Namun hari ini Cery memilih absen, alasannya karena ingin menghindari PR yang belum Cery kerjakan.

Beberapa saat kemudian, Binar berhasil menghabiskan makanannya. Masakan Cery memang yang terbaik.

"Cer, lo gak bawain gue minum?" tanya Binar baru menyadari bahwa Cery hanya membawakan mangkuk sup tanpa ada gelas berisi air. Cery yang baru saja hendak mematikan laptop karena film sudah selesai, beralih menatap Binar.

"Songong bener lu." sengitnya yang dibalas Binar dengan cengiran lebarnya.

"Jangan lupa Cer, cimory blueberry, dijamin lo tambah cantik hari ini." puji Binar dengan maksud tertentu. Cery hanya merotasikan bola matanya setelah itu beranjak mengambil air sekaligus membawa mangkuk makanan Binar.

Selepas kepergian Cery, Binar memainkan ponselnya. Keningnya menyerngit setelah melihat deretan notifikasi yang masuk. Membuka salah satu grup di WhatsApp, Binar menyipitkan mata begitu mereka membahas video yang tengah hangat diperbincangkan. Namun disamping itu, nama Ernest, Hera, dan namanya sendiri selalu dibawa-bawa.

Karena rasa ingin tau, Binar membuka video yang dibagikan. Di sana menampilkan bagaimana Ernest membonceng Hera. Tak berhenti sampai di situ, Ernest juga membuka helm Hera dengan memberikan tepukan di atas pucuk kepala sebagai penutup perjumpaan keduanya.

Sudah Binar duga, Ernest akan berlaku lembut bila orangnya itu Hera.

Namun satu kesyukuran buatnya karena alur masih berjalan. Ini berarti cerita telah memasuki fase di mana Ernest dengan kuasanya berusaha membuat Hera berada disisinya. Meski ada beberapa adegan yang tidak termasuk dalam novel seperti Ernest yang mengantarkannya di rumah sakit walau berujung pria itu meninggalkannya sendirian.

"Serius amat lu."

Suara dari Cery membuat Binar yang sedang fokus menonton video uwu HeraNest seketika teralih. Cery yang tidak sengaja melihat isi ponsel Binar, dengan cepat merampas ponselnya dan memelototi video itu.

"Lo udah lihat?"

Binar menaikkan satu alisnya, itu berarti Cery udah tau. Lalu ketika menyadari sesuatu, kedua mata Binar memicing. "Lo gak masuk sekolah bukan karena lo gak ngerjain tugas kan?" tanya Binar tepat sasaran. Hal itu diperjelas raut wajah Cery yang terkejut.

"Hehhehe, gue hanya khawatir. Secara kan lo lagi sakit terus ditambah dapat berita kayak gini." paparnya sambil menyodorkan segelas air kehadapan Binar.

Binar menerimanya kemudian meneguk isinya. Menaruh gelas itu di atas nakas, setelahnya Binar berujar. "Lo gak usah khawatir. Jujur aja belakangan ini gue keknya bakal nyerah dengan perasaan gue. Gue sadar perasaan gue ke Ernest itu ibarat menunggu tai menjadi emas. Mustahil Ernest membalas perasaan gue apalagi selama status kami pacaran, Ernest tidak sekalipun bersikap sebagaimana pasangan kekasih pada umumnya. Jadi, menunggu beberapa hari ke depan gue yakin hubungan kami bakalan berakhir." terangnya panjang lebar dengan sorot mata menatap Cery mantap.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang