💫06

99.2K 13.5K 894
                                    

Entah sudah berapa lama Binar berada di semak-semak, namun yang pasti telinganya tak lagi mendengar kegaduhan.

Binar yang merasa sebagai korban penculikan merasa perlu keluar demi bertemu para penyelamat-penyelamatnya.

"Aduh!" Binar meringis sakit saat semut-semut hitam menggigit kakinya. Segera saja ia keluar seraya menghentak-hentakkan kaki lantaran binatang kecil itu mencoba memasuki sepatunya.

Keluar dari area persembunyiannya, Binar mengedarkan pandangan ke sekitar. Sunyi.

Kira-kira apakah adegan kiss-nya sudah dimulai?

Melangkahkan kakinya secara santai, Binar bersenandung seraya memutar-mutar kecil tubuhnya layaknya laga India yang biasa ia tonton ketika sedang beradegan menyanyi.

"Kya karu hae, kuch-"

Brukh!

Entah apa yang terjadi. Setau Binar ia sedang menari sambil bernyanyi lalu tiba-tiba tubuhnya serasa menabrak sesuatu, hingga menyebabkan dirinya nyaris terjengkang jika tidak ada yang menahan pinggangnya.

Mengusap hidung tak seberapanya yang terasa nyut-nyutan, Binar mengangkat pandangannya, sedetik setelahnya ia melotot begitu mendapati Ernest tengah menatapnya tajam.

Menyadari posisinya yang direngkuh Ernest, Binar dengan cepat melepaskan diri. "Loh kok Pacar di sini?" tanyanya dengan kepala menoleh kesana kemari, lebih tepatnya mencari keberadaan Hera dan Cery.

"Dari mana?" suara berat Ernest selalu berhasil menggelitik telinga Binar. Memiliki tipe suara yang serak-serak basah, tentulah bagi yang mendengarnya dapat merinding.

"Dari situ," Binar menunjuk semak-semak tempat persembunyiannya tadi. Mengikuti arah tunjuk Binar kedua alis Ernest mengkerut.

"Tadi aku kabur dari Zean," akunya yang seketika mengingat kembali perlakuan Zean padanya. Refleks Binar menggosok lehernya guna menghilangkan jejak Zean yang ia tinggalkan.

"Oh ya, sahabat aku mana?" tanyanya pada Ernest. Tetapi bukannya menjawab Ernest malah menahan tangan yang Binar gunakan untuk menghapus bekas gigitan Zean di lehernya.

Netranya menyorot lurus-lurus terhadap tanda merah di leher Binar. "Kenapa bisa merah?" Ernest bertanya meski sejatinya tau bekas apa itu.

"Tadi Zean gigit. Makanya aku kabur sebelum hilang keperawanan." terangnya beralih mengambil HP untuk kemudian menyalakan kamera guna melihat tanda yang Ernest katakan.

Binar bukanlah gadis polos, jadi dia akan tau bahwa perlakuan Zean tadi pasti akan membuatnya repot untuk menutupi tandanya. Beruntunglah Binar sempat menendang masa depan pria itu, setidaknya ia mendapat balasan setimpal.

"Ada lagi yang Zean lakukan?"

"Melakukan apa?"

"Di luar dari ini." Ernest menunjuk leher Binar yang terdapat bercak merah peninggalan Zean.

Binar mengerjap, untuk apa Ernest bertanya demikian?

"U-udah gak ada lagi." alibinya tak ingin Ernest tau bahwa Zean juga sempat mencium pipinya. Lagipula untuk apa juga Binar memberitahunya.

Ernest menaikkan satu alisnya. Sudut bibirnya terangkat hingga membentuk garis miring. "Gue paling anti yang namanya kebohongan."

"Mana berani aku bohongin pacar. Suerr," sela Binar mengangkat jari telunjuk dan jari tengah yang berbentuk peace.

Binar berdeham lalu memilih melihat ponselnya kembali.

"Lalu dari mana lo tau bahwa sahabat lo ada di sini?"

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now