💫40

69.4K 10.5K 949
                                    

Jangan lupa follow Arrinda!

💫💫💫

Siapa yang menebak bahwa takdir Bulan akan seperti sekarang. Mulanya Bulan tak berharap dapat kembali ke dunianya yang penuh penekanan batin yang diberikan oleh Rio.

Namun sekarang Bulan malah kembali. Koma 4 bulan di mana jika dibandingkan dengan kehidupannya didunia cerita, waktunya sudah ia habiskan selama bertahun-tahun.

Menghela napas panjang, Bulan kembali melanjutkan kegiatannya dari membersihkan got rumah. Dalam aktivitasnya, sesekali ingatannya akan berputar selama dirinya menjadi Binar.

Saat menjadi istri Ernest sekalipun lelaki itu tak pernah membiarkannya kerja berat seperti sekarang. Katanya pekerjaan di ranjang sudah cukup dibanding harus mengerjakan pekerjaan rumahtangga.

Ya, se-sedeng itu otak si pemeran utama pria.

Usai menyelesaikan pekerjaannya, Bulan beralih membersihkan rumput liar disekitar pagar rumah. Keringat kian bercucuran mengingat matahari sudah sampai di atas kepala.

Padahal ia baru saja pulih dari koma, tapi Rio seakan tak ingin dirinya merasa tenang dengan melihatnya berdiam diri dalam rumah.

Huft~

Satu helaan napas lega keluar dari bibirnya. Akhirnya selesai juga. Memilih meneduh di bawah pohon, Bulan merogoh ponselnya yang Rio simpan rapi dalam kamarnya.

Tangannya sibuk mengotak-atik hingga akhirnya ia menemukan apa yang Bulan cari.

Cerita Possesive Ernest.

"Gak ada perubahan dalam alur?" tanyanya pada diri sendiri. Bagaimana mungkin tetap berjalan sedang Bulan yakin bahwa cerita itu sudah melenceng jauh.

Menggelengkan kepalanya, Bulan terlonjak saat mendengar suara seperti orang terjatuh. Itu bisa didengar dari suara yang meringis meminta pertolongan.

Dengan cepat ia bangkit dan keluar, tak lama netranya menangkap seorang wanita tua beserta sepedanya.

Tanpa berpikir lama, Bulan segera menghampirinya kemudian membantu wanita tua itu duduk di pinggir disusul sepedanya yang Bulan sandarkan ada pagar.

"Makasih, Dek."

Bulan mengangguk, pamit sebentar untuk masuk ke dalam. Tak lama sosoknya keluar sementara di tangannya sudah ada botol berisi air serta cemilan.

"Maaf, Nek seadanya."

"Harusnya gak usah repot-repot, Dek." timpal wanita tua itu tetapi menerima pemberian Bulan.

"Nenek mau ke mana?" Bulan bertanya seraya mengamati penampilan wanita tua tersebut. Tangannya bergerak mengaruk wajahnya. Pakaian compang tapi masih layak pakai. Serta aksesoris berlebihan yang mengingatkan Bulan akan seorang peramal.

"Mau pulang. Nenek baru aja dari tempat kerja." jawabnya sambil menutup botol minum itu kembali.

"Nenek kerja apa? Jualan?"

Wanita itu menggeleng, ia menatap Bulan rumit yang jujur saja membuat Bulan kikuk.

"Nenek kerja sebagai peramal," katanya tersenyum singkat. Bulan membalasnya kaku, ternyata praduganya beberapa saat lalu memang benar.

"Kamu mau Nenek ramal?" tawarnya kemudian yang dibalas gelengan singkat dari Bulan.

Sebagai manusia yang penuh realistis, Bulan tentu saja tak percaya hal seperti itu. Meramalkan masa depan seseorang, seakan mereka adalah Tuhan yang menciptakan mereka. Dan tentu saja Bulan si manusia realistis menolak percaya.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now