💫26

82.2K 10.9K 1.2K
                                    

"Maaf, ya. Gak bisa nemenin kamu ke Jakarta. Aku ada urusan keluarga yang musti diselesaiin." ujar Reksa dengan tampang tidak enak dipandang.

Binar mengangguk mengerti, sejujurnya ia sedikit sedih sebab Reksa tak jadi menemaninya, namun menghalangi pria itu dengan urusan pribadinya juga bukanlah keinginannya.

Libur semester sudah tiba. Sesuai ucapannya waktu itu di villa, maka Binar akan pergi menjenguk Hera. Niatnya sekaligus mengunjungi rumah lamanya. Dan mungkin ia akan menghabiskan liburannya di sana.

Tetapi apakah keputusannya sudah benar? Entah mengapa berat rasanya Binar ingin kesana. Seolah ada sesuatu besar yang sedang menunggunya.

Atau dia batalkan saja niatnya?

Memikirkannya Binar jadi pusing kembali.

"Pokoknya kalo ada apa-apa kabarin, ya. Janji setelah urusan aku selesai, aku bakal nyusul kamu."

"Gak perlu dipikirin. Aku gak masalah kalo sendiri perginya. Kamu fokus dulu sama masalah kamu." meski Binar tak tau hal apa yang Reksa alami namun sebisa mungkin ia tidak memaksa pria itu bercerita. Lebih tepatnya menunggu Reksa sendiri yang melakukannya.

Reksa tersenyum lembut, dibawanya wajah Binar mendekat kemudian memberikan satu kecupan di dahinya.

"Selama aku gak ada, kamu jangan teke-teke. Aku punya banyak mata-mata kalo kamu tau." guraunya mengundang satu tawa lolos dari bibir Reksa.

"Mana bisa berkutik aku." balas Reksa.

💫💫💫

Setelah berperang batin, akhirnya Binar memutuskan pergi. Meski aksinya ini melanggar alur cerita tapi Binar tetap melakukannya.

Toh, bila dipikir-pikir cerita Posessive Ernest sudah banyak melenceng dari jalur aslinya.

Menempuh perjalanan sekitar 7 jam menggunakan kereta, rupanya Binar kelelahan juga. Belum lagi perjalanan menuju rumahnya yang memakan waktu.

Tetapi rasa lelahnya berganti kesenangan ketika Binar menemukan pedagang ikan hias yang sama saat membeli Sugeng dulu.

"Geng, gue beliin lu ikan betina. Gue juga pengen punya cucu. Jadi, hari ini jangan ngehindarin perjodohan lagi dari Mami. Oke?" monolognya mengangkat wadah plastik berisi binatang yang sudah menemaninya 4 tahun ini.

Binar tak menyangka Sugeng akan bertahan lama sampai sejauh ini. Bahkan sempat bertanya-tanya apakah benar ini ikan murah yang ia beli dipinggir jalan dulu.

Memutuskan berjalan ke arah penjual, Binar menelisik. Kedatangannya kontan mengundang sang penjual menghampirinya.

"Mau ikan mana, Neng?" tanyanya membuat Binar yang sedari tadi memperhatikan seketika tertoleh.

"Emm, saya mau cari ikan penghasil bibit-bibit Sugeng, Pak. Ikan betina. Cakep, setia, gak neko-neko, dan pastinya pemakan segalanya." terangnya panjang lebar.

Sang penjual nampak terperangah sesaat, pemakan segalanya? Lalu pandangannya turun pada apa yang gadis itu tenteng. Sebuah ikan hias berukuran sedang, terlihat meliuk-liukkan badannya kesana kemari dengan semangat. Seolah binatang kecil itu tak sabar menantikan adanya teman hidup di sisinya.

Usai drama ikan berakhir, kini Binar melanjutkan langkahnya menuju rumahnya. Beruntung selama pergi, Binar rutin menyewa orang setiap satu kali seminggu untuk datang membersihkan rumahnya. Jadilah ia tak terlalu memusingkan perihal beres-beres ketika tiba nantinya.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang