💫22

84.7K 12.7K 1.9K
                                    

Hari yang Binar tunggu. Entah bagaimana perasaannya saat ini, yang penting Binar merasa bahagia mungkin sekaligus sedih sebab meninggalkan Cery dan Hera.

Demi agar kepergiannya tak diketahui, Binar turut serta menjual ponselnya dan menggantinya yang baru. Mengganti kartu pun Binar lakukan. Semoga saja tidak ada yang melacaknya.

"Eh, itupun kalo ada." monolognya atas pikirannya sendiri. Menggelengkan kepalanya, Binar berdiri dari duduknya ketika mendengar pemberitahuan bahwa penerbangannya akan tiba sebentar lagi.

"Selamat tinggal Jakarta. Kalo ada kesempatan gue bakal balik. Tapi kalo udah ada calon." Binar terkekeh diakhir kalimat.

Tepat berada di raga Binar Rembulan selama 3 bulan, gadis itu akhirnya memutuskan pergi. Karena bila dipikir-pikir, jika mau cerita Posessive Ernest tetap sejalan sesuai alur, maka Binar pun harus pergi.


💫💫💫


"Binar kemana, ya?" Cery bertanya pada Dara-teman sebangku Binar setelah seharian ini tak melihat wujud Binar. Biasanya jam istirahat mereka akan berkumpul di kantin.

"Hari ini Binar tanpa keterangan." jawab Dara.

Cery memberenggut, hari ini ia kesepian. Hera yang belum bisa masuk dan Binar malah ikut-ikutan.

"Ernest!"

Suara Arian menggelegar di sepunjuru kantin menyebabkan seluruh atensi berpusat pada pria dengan potongan mullet itu. Begitupun sang empunya nama.

Berjalan di meja Ernest berada, Arian terlebih dahulu mengatur napasnya. Usai dirasa tenang, Arian berujar. "Semalam pacar lo minta nomor rekening gue. Pas gue tanya mau apa, dia bilang mau tf uang 350 juta yang nantinya uang itu bakal dikasih ke elo." paparnya mengundang Ceasa yang semula fokus mengaduk gado-gadonya teralih.

"Hah? Buat apa?" tanya Ceasa yang Arian balas dengan dengikan bahu. Kedua pria itu sama-sama mengalihkan perhatiannya pada Ernest di mana sedari tadi diam tak menanggapi.

Menyerah, baik Arian maupun Ceasa kini sama-sama sibuk dengan dunia masing-masing. Salah bila menaruh harapan untuk Ernest berbicara.

Mengabaikan kehadiran dua sahabatnya, Ernest sibuk membalas chat Hera. Katanya gadis itu tak bisa menghubungi Binar.

Brak!

Ernest menatap tajam Arian selaku kegaduhan yang ia buat. Beberapa pasang mata pun turut menyorot lelaki itu kesal. Seolah tak merasa melakukan apapun, Arian menyodorkan ponselnya tepat dihadapan Ernest bermaksud melihat hal yang ditampilkan di sana.

"Itu Binar bukan sih? Kok dia ada di bandara? Mana bawa-bawa koper lagi." celetuk Arian ketika sedang meng-scroll story ig dan malah menemukan satu sosok yang tidak sengaja tertangkap kamera oleh salah satu akun temannya.

Merampas kasar ponsel Arian, Ernest menyipitkan mata. Dan memang benar, gadis dengan cardingan hijau itu adalah Binar. Nampak gadis itu tengah duduk di kursi tunggu bersama calon penumpang yang lain.

Story itu sekitar 3 jam lalu.

Segera ia menelpon Binar namun justru jawaban operator yang menyambut. Ernest mendesis dibuatnya.

"Ceasa, lacak gadis itu."

Ceasa mengerjap saat Ernest berkata demikian. Barulah ketika Ernest melemparkan tatapan membunuhnya, Ceasa dengan cepat menyambar tab-nya yang berada disampingnya.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now