💫54

49.9K 6.8K 1.2K
                                    

"Siapa yang menghianati siapa. Bahkan tanpa kamu sadari banyak pengkhianat di sekitarmu."

Ernest terkekeh mendengarnya. Menyugar rambutnya kebelakang, Ernest berdecih. "Jadi kamu puas setelah melenyapkan Zana?"

"Ya. Jika aku harus kehilangan anak dalam kandunganku karena Hera, maka Hera juga harus kehilangan anaknya. Dan dia pun juga harus merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu yang gagal."

Binar dapat melihat urat di sekitar leher Ernest menonjol. Ia tau Ernest sudah di puncak amarah.

Menghela napas pendek, Ernest menatap Binar.

"Well, karena istriku ini sudah bertindak jauh, maka tak apa bila aku sebagai suamimu melakukan hal serupa." usai mengatakan demikian, Ernest menyeret Binar mengabaikan rontaan yang wanita itu berikan.

Setibanya mereka di luar, Binar sudah dihadapkan pemandangan yang amat mengerikan. Baik Dario maupun Ferika, keduanya tak memiliki kepala. Tanpa perasaan, Ernest menjadikan kedua orangtuanya sebagai makanan hewan peliharaan.

"Ini belum seberapa, Sayang." Ernest berbisik tepat di telinga Binar dan memukul tengkuk Binar kuat hingga pingsan. Setelahnya ia mengkode bawahannya agar membawa Binar.

Memastikan bahwa semua aman, Ernest lalu duduk dan selang beberapa saat tangan kanannya datang memberikan sebuah kotak yang di gembok.

"Ini kuncinya, Tuan."

Ernest menerimanya, diiringi suara kunyahan yang berasal dari hewan di mana sedang menyantap lezat daging pemberiannya, Ernest mulai membuka kotak hitam dengan corak naga itu.

Begitu terbuka, Ernest sontak meraih sebuah kertas kecokelatan lusu, menandandakan bahwa benda di tangannya sudah lumayan lama.

Membaca teliti tulisan tangan yang berbaris rapi itu, Ernest tersenyum retorik.

"Ambilkan pisau." titahnya yang segera dilaksanakan. Tak lama Ernest sudah menggenggam sebuah pisau kecil tajam. Mengiris jempolnya hingga mengeluarkan darah, berikutnya Ernest menaruhnya tepat di bawah tulisan.

Memberi cap darah sekaligus penanda bahwa seluruh aset Vradigsa telah resmi jatuh ke tangannya.

💫💫💫

"Jadi apa yang kamu ketahui tentang masa laluku? Maaf bertanya, tapi ada insiden kecil hingga aku melupakan sebagian ingatan." suara Binar di tengah keheningan yang melanda di kamar itu terdengar.

Reksa yang sibuk dengan pakaiannya, menoleh sejenak. Tak urung langsung bersuara, Reksa memilih menyelesaikan kegiatannya sebelum akhirnya mendekati Binar.

"Kamu dan Zean. Dahulu kalian pernah berada di posisi serius. Hamil di luar nikah dan homeschooling."

"Homeschooling?" Binar mengulang kalimat terakhir Reksa.

"Iya. Kamu memilih mempertahankan anak itu sampai lahir, setelahnya kamu membuangnya."

"Itu artinya, aku," Binar tak jadi melanjutkan kalimatnya dan beruntung Reksa paham.

"Hu'um. Anakmu perempuan dan Zean tak mengetahui keberadaan anak itu." tuturnya seraya membawa jari jemari Binar untuk selanjutnya ia genggam.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now