💫15

82.2K 11.7K 1.5K
                                    

Berjalan dengan kedua bahu terkulai lemas, Binar memasuki rumahnya. Menghempaskan pantatnya pada sofa ruang tamu, Binar lalu mengurut kakinya.

Mendadak, ingatan beberapa saat lalu di sekolah menyeruak di kepalanya.

Flashback on....

Hari ini sekolah Binar lagi free disebabkan guru-guru tengah mengadakan rapat, hal tersebut dimanfaatkan teman-temannya untuk melakukan aktivitas.

Seperti halnya sekarang. Kelas Binar tengah mengadakan voli bersama dengan kelasnya Hera dan Cery. Bahkan Binar menjadi peserta sebab Binar sedikit mahir dengan voli. Sedang Hera memilih menonton di pinggir lapangan

Kehebatan mereka pun patut di ancungi jempol. Di mana sedari tadi angka mereka selalu berbeda satu atau dua angka saja.

"Nar, lo yang pukul." ujar Qira seraya membuang bola ke arah Binar yang tentu saja segera disambut Binar. Memantulkan bola ke lantai, Binar mengambil ancang-ancang hingga melambungkan bola ke atas dan memukulnya.

Meski pukulannya miring ke kanan, tapi bola Binar masih dikatakan masuk. Serangan balik diberikan oleh kelas Hera. Binar yang kebetulan berada dibelakang, bersiap memukul. Namun yang tak disangka temannnya juga ikut bergerak mengikuti bola hingga pada akhirnya tubrukkan pun tak terelakkan.

Meski kenyataanya bola berhasil dipukul, namun sayang terlalu kuat pukulan yang diberikan menyebabkan bola keluar lapangan dan berakhir mengenai salah satu penonton yang tak lain Hera di mana kebetulan baru saja akan bergerak meninggalkan lapangan.

Binar meringis kala merasa nyeri pada pergelangan kakinya, mungkin terkilir. Begitupun Hera yang sudah terduduk di tanah sambil memegangi kepalanya.

Tak ayal gadis itu langsung dikerubungi oleh siswa-siswa di sana.

Dara yang kebetulan berada didekat Binar segera mendekatinya. Menelisik ekspresi Binar yang seperti menahan sakit di area kakinya, Dara menyeletuk.

"Kaki lo keknya terkilir deh. Gue coba panggilin anak-anak, ya." usulnya yang Binar balas dengan anggukan.

"Minggir! Minggir!"

Dara yang baru saja hendak melaksanakan tugasnya, terhenti saat sebuah suara lantang terdengar dan membelah kerumunan. Rupanya pemilik suara tadi adalah Ceasa sementara disampingnya ada Ernest yang menyorot lurus-lurus ke arah kerumunan.

Langkah kaki pria itu dengan mantap berjalan membuat mereka yang berada di sana menyingkir memberi jalan. Binar pun turut melihatnya namun seiring langkah Ernest semakin mendekat, Binar bisa melihat bahwa tatapan pria itu bukan mengarah padanya. Melainkan sesuatu yang berada dibelakangnya.

Dan hal itu terbukti oleh seruan Ceasa. "Woi, Nest! Pacar lo di sini."

Nyatanya Ernest tetap berjalan melewati Binar yang tentu diiringi tatapan tak percaya dari siswa yang berada di sana.

Memejamkan matanya sejenak, Binar dengan usahanya bangkit meski tak bisa menampik bahwa rasa nyeri di kakinya kian terasa saat melakukan pergerakan. Berjalan tertatih-tatih mendekati Hera, Binar berhenti di sisi Ernest.

"Hera, lo gak papa kan? Sori bolanya malah kena lo." katanya tanpa menutup nada khawatir pada kalimatnya hingga mengundang Ernest untuk menatapnya.

"Iya, Nar." balas Hera pelan seraya menyeka hidungnya. Binar melotot dibuatnya begitupun yang lainnya ketika mengetahui hidung Hera berdarah.

"Eh, berdarah." gumam Hera sambil menghapus cairan merah itu yang tak kunjung berhenti keluar.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now