💫19

82.3K 11.3K 653
                                    

Masih pada belum tidur kan?

Sebenarnya tadi malam aku udah mau up. Tapi tak disangka saat membaca bagian part ini untuk mengecek typo, aku malah ketiduran. Berakhir bangun jam 11 lewat.

Karena udah tengah malem, aku urungkan sebab pasti dari kalian udah banyak yg tidur.

Maaf, kalo udah membuat kalian menunggu lama.

Meski gak bales komen kalian, tapi aku baca kok.

Happy reading.

Jangan lupa untuk mem-follow akun arrinda.

💫💫💫

Ernest Vradigsa.

Pria dingin nan jutek menurut orang-orang. Bersikap bodo amat adalah dirinya, termaksud pada keluarganya.

Namun jauh dari itu, ada bagian lain dalam dirinya yang tidak pernah dilihat oleh orang lain. Adalah ketika dia harus bersujud demi agar Ernest bisa menatap langsung sang seseorang dihadapannya.

"Zana udah makan belum?" tanyanya membuat sang empunya nama yang tengah fokus memainkan biola itu mengangguk tanpa mengalihkan sedikitpun perhatiannya dari benda di tangannya.

Ernest mengamatinya, bagaimana wajah yang mirip dengannya itu begitu fokus pada biola yang menurut Ernest sudah tak terpakai bila melihat beberapa talinya telah putus.

"Biola ini kayak gue, yah. Karena dianggap udah gak sempurna dia dibuang. Persis banget ama idup gue." celetuk Erzana sambil menunjukkan biola itu kepada Ernest. Ernest hanya mendengarnya tanpa mampu menyahut.

Erzana, pria berprawakan kurus. Si sulung dari kembar 3 Vradigsa. Alih-alih berada di tengah keluarga yang menemaninya di kondisi seperti sekarang, Erzana malah sebaliknya.

Ia sendiri.

Diabaikan oleh keluarganya hanya karena tidak terlahir sempurna seperti dua kembarannya yang lain. Meski Ernest dan Erzana memiliki wajah yang sangat mirip, nyatanya Tuhan memberikan satu kekurangan di diri Erzana.

Yaitu kelumpuhan.

Cerebral palsy, merupakan kondisi cacat lahir yang menyebabkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. Kelainan ini disebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang terjadi saat bayi masih dalam kandungan.

Sudah bermacam cara yang Ernest lakukan agar kondisi Erzana bisa normal, namun usahanya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Menghadirkan dokter-dokter terbaik dunia, nyatanya Ernest hanya akan mendapat jawaban yang sama.

Diagnosa Erzana berlaku seumur hidup alias tak dapat disembuhkan karena sudah ke tahap parah. Sebuah kenyataan yang Ernest harus telan bulat-bulat. Andai saja penyakit itu disadari lebih cepat, maka kemungkinan Erzana dapat diobati.

"Lo jangan ngomong gitu. Manusia terlahir tidak sempurna. Termasuk gue." sahutnya menatap Erzana yang juga balas menatapnya.

"Lo sempurna, Nest. Di mana-mana lo akan mendapat sanjungan."

"Siapa yang bilang? Gue merasa lo lebih baik dari gue,"

Erzana menatap adiknya itu sambil tersenyum culas, ia kembali memainkan biola diiringi tatapan Ernest yang tak pernah lepas sedikitpun.

"Setidaknya lo gak kekurangan akhlak kayak gue." tambah Ernest kembali hingga sukses mengundang satu tawa pecah dari bibir Erzana. Ernest tersenyum simpul, satu tawa dari Erzana adalah ribuan kesyukuran baginya.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now