💫34

76.1K 11K 1.9K
                                    

Jangan lupa share cerita ini ke teman2 kalian. Terkhusus yang menyukai transmigrasi.

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

💫💫💫

Entah apa yang salah dengan hidupnya. Binar tak menyangka bahwa takdir bakal membawanya sampai ke sini.

Mulanya terdampar ke dalam novel adalah suatu anugerah buatnya. Tidak bertemu ayahnya, lalu dapat menyusun strategi hidup impiannya selama ini.

Namun entah di bagian mananya Binar melakukan kesalahan, padahal tak sedikitpun ia mengacaukan alur. Semua berjalan sesuai plot akan tetapi pada akhirnya Binar harus menelan pil pahit.

Lepas dari cengkeraman sang mantan, Binar harus kembali berurusan dengan Ernest. Orang gila yang mana selaku juga mengurungnya.

Menghela napas panjang, Binar menendang tembok sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya. Bahkan jendela saja sudah dipasangkan tralis besi. Sungguh menyebalkan.

"Zean sinting, Ernest bajingan, Reksa penghianat. Arghh! Emang cowok yang baik itu cuman Rehan seorang!"

Brak!

Binar tersentak saat pintu kamar dibanting kasar detik berikutnya menampilkan sosok dibaliknya.

Dengan langkah lebar, Ernest berjalan mendekati Binar. Tanpa memberi kesempatan bagi Binar berpikir, Ernest memegang kedua bahunya dan merematnya layaknya cucian yang sedang diperas.

"Siapa Rehan?" tanyanya penuh penekanan. Mulanya Binar bingung, namun setelah mendengar pertanyaan itu ia jadi paham.

Menatap Ernest dengan dagu terangkat tinggi, Binar tersenyum pongah. "Selingan. Dan jangan harap lo bakal bertemu. Karena itu adalah kemustahilan. Karena sesuai motonya, 'Begitu syulit temukan Rehan'."

Ernest dibuat geram, bahkan gemerlatuk giginya santer terdengar, dan itu amat menakutkan bagi Binar yang berhadapan langsung dengannya.

Meneguk ludahnya kasar, Binar terbatuk-batuk guna mengalihkan suasana yang mendadak jadi mencekam hingga seperti mencekiknya.

"Uhuk! Uhuk! Gue butuh sirup." racaunya memegang tenggorokannya dramatis. Melihat sandiwara Binar, Ernest melepaskan cengkramannya.

Pria itu mendengus geli dibuatnya.

"Mau sepintar apapun dia bersembunyi, gue bakal dapat. Persetan dengan moto-nya." tuturnya menatap Binar tajam.

"Hahaha, pindah dimensi aja kalo gitu." timpalnya disela tawa garingnya.

"Bahagia sekali Rembulan ku."

Hah! Bahagia pantatmu! Andai Ernest tau bahwa ini adalah topeng untuk menyembunyikan luka yang sebenarnya.

Binar sadar memberontakpun rasanya percuma. Tetapi apakah Ernest tak merasa aneh? Mengurung dirinya sedangkan dia saja masih memiliki Hera.

Malas memikirkan itu, kini Binar beralih memikirkan masa depannya. Kuliahnya? Astaga Binar baru sadar bahwa statusnya masih mahasiswi.

"Apa selamanya gue bakal di sini?" tanyanya membuat Ernest yang sedari tadi asik mengamati wajah itu, berganti menatap dua netra Binar.

Mengangkat tangan kanannya  Ernest sekilas tersenyum sebelum akhirnya berujar. "Memang mau ke mana? Ini tempat lo mulai sekarang." paparnya ringan.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang