💫07

98.7K 13.1K 766
                                    

Tak terasa sudah 3 hari Binar berada didunia barunya. 3 hari ini pula yang Binar lakukan seperti biasa. Yakni masih memainkan perannya sebagai Binar Rembulan yang bucin terhadap pacarnya.

Seperti halnya hari ini.

Dengan kedua tangan memegang kotak bekal untuk Ernest, Binar pergi ke rooftop sebagai info terakhir yang mengatakan bahwa Ernest berada di sana.

Begitu tiba di pintu penghubung, terlebih dahulu Binar menarik napasnya seraya itu menyiapkan mental baja demi menghadapi Ernest mode maung.

Membuka pintu pelan, Binar melongokkan kepala. Hal pertama yang ia lihat adalah sofa yang berisi seorang pria. Terlihat sosok yang tak lain Ernest itu tengah tertidur. Binar jadi ragu ingin mendekatinya.

Usai berperang batin, Binar memutuskan masuk. Lagipun, ia sudah terlanjur berada di sini plus bekal penuh kasih sayang yang sudah Binar buat.

Berjalan tanpa suara kearah Ernest, Binar mengedarkan pandangan ke sekitar. Cukup bersih dan mungkin saja Binar akan jadikan tempat favoritnya mengingat sekolah dulunya tidak memiliki rooftop.

Melupakan niat awalnya, Binar bergerak pada pembatas rooftop. Melongokkan kepalanya ke bawah, ia bisa melihat siswa-siswa Vanington tengah menikmati masa istirahat.

Bertopang dagu menggunakan satu tangan, Binar menghela napas. Satu hal yang nyaris ia lupakan pasal putusnya hubungan Binar dan Ernest dalam cerita.

Yakni sehari setelah putus merupakan hari ulang tahun pria itu. Tidak bisa dibayangkan bahwa Ernest mendapat kado besar di hari lahirnya. Mendekati Hera tanpa ada bayangan Binar lalu bebasnya Ernest dari perempuan penuh obsesi seperti Binar.

Memikirkannya, Binar tersenyum masam. Otaknya mulai menerka bagaimana kehidupan selanjutnya yang akan Binar jalani usai perannya berakhir.

Kepalanya menunduk kala seekor semut kecil menggigit tangannya. Tak ada reaksi berlebih yang Binar berikan, lagipula gigitan semut itu tak ada bandingannya bila disandingkan pukulan ayahnya.

"Oi semut. Apa segitunya tak ada gula di Vanington hingga tangan moengil ku yang lucu nan imut ini, dirimu gigit? Dan kenapa dirimu berada di rooftop? Mau intipin Ernest tidur, ya?" tanya Binar pada binatang yang masih asik bertengger di jarinya. Diamatinya seksama semut tersebut, sebelum akhirnya Binar mengibaskan tangan saat semut itu kembali menggigitnya.

"Huh. Gara-gara ntu semut gue jadi inget Zean. Dasar mantan, awas aja kalo ketemu dan macam-macam lagi, gue tendang masa depannya biar dia tau bagaimana rasanya pecah telur." dumelnya berbalik dan saat itulah Binar nyaris menjatuhkan kotak bekalnya saat mendapati Ernest duduk bersandar pada sofa dengan tatapan menyorot lurus ke arahnya.

Binar seketika mengingat niatnya kemari, adalah tak lain dan tak bukan untuk memgantar kotak bekal Ernest.

"Eh, Pacarnya aku udah bangun. Nih, aku bawain bekal khusus buat Pacar lope-lope."

Menghampiri Ernest yang masih bergeming, Binar tiba dihadapannya. Tanpa diminta Binar duduk disamping Ernest sambil tangannya sibuk membuka kotak bekal yang diperuntukkan bagi Ernest.

"Tadaaa! Ayam rica-rica dengan bumbu kasih sayang yang meresap di setiap dagingnya ala Binar Rembulan. Dijamin hari pacar akan berwarna seperti 7 pelangi warna-warni setelah mencicipinya." bak sedang promosi Binar mengangkat kotak bekal itu dihadapan Ernest dengan ekspresi ala Chef Rudy ketika menghirup aroma masakan.

"Ughh, dari baunya udah ketebak dong gimana enaknya. Pokoknya Pacar tidak akan menyesal dan dijamin cinta Pacar ke aku bakal bertambah." tambah Binar dengan cengiran panjangnya. Ternyata melakoni adegan Binar seperti ini susah susah gampang. Susahnya ketika Binar harus memasang senyum penuh cinta dihadapan Ernest, dan gampangnya....

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now