💫11

101K 13.4K 1.7K
                                    

Ini gawat.

Seharusnya ia dan Ernest sudah putus. Tapi mengapa malah hasilnya seperti ini?

Seingatnya, Binar sudah melakoni sebagaimana Binar Rembulan menunjukkan cinta yang besar kepada Ernest. Dan lagi, skinship saja keduanya bahkan hampir tidak pernah.

"Ini sih fix Ernest memang menginginkan sesuatu. Tapi apa, ya? Atau mungkin ada kaitannya dengan Hera?" tanya Binar pada dirinya sendiri. Semakin kepalanya dibuat berpikir, maka semakin pening pula yang Binar dapatkan.

"Gue sih yakin si Ernest gak peduli sama hubungan ini. Berarti gue tinggal bodo amat dong. Secara kan ini hidup gue, jadi gue yang berhak mengatur hidup gue. Tapi..."

"Haduh! Masalahnya yang gue hadepin si Ernest. Dan juga tubuh ini yang nembak duluan. Gue kan posisinya jadi serba salah." gerutunya sambil memijit pelipisnya penuh drama. Atau kenapa tidak saja memerankan Binar yang mendadak membenci Hera seperti dalam cerita karena menganggap Hera sebagai penghancur hubungannya bersama Ernest.

Dan mungkin dari sana Ernest dapat membencinya.

Memikirkannya Binar jadi berjalan ke arah cermin. Menilik rupanya melalui dalam cermin, Binar berpose layaknya orang jahat seperti dalam cerita.

Mencoba tersenyum miring, Binar malah ngeri sendiri melihat ekspresi wajahnya.

"Gue gak ada bakat jadi orang jahat. Bahkan jadi badgirl aja gak cocok. Masang wajah dingin ala-ala WP malah jatuhnya kayak monyet betina butuh sayur paria." gumamnya bergerak meninggalkan cermin dan beralih merebahkan tubuhnya. Satu yang Binar senangi selama berada didunia ini, yakni bisa rebahan sepuas hati tanpa ada beban.

"Kira-kira Ernest udah sejauh mana ya, sama Hera? Pasti hari ini merupakan hari yang panjang bagi kedua insan itu." Binar jadi memikirkan plot cerita. Bila adegan tetap berjalan, apakah nasibnya bakal berubah?

💫💫💫

"Musti dirayain gak nih?" celetuk salah satu pria dengan potongan rambut mullet bernama Arian. Pertanyaannya menjadi fokus beberapa orang di sana sedetik kemudian beralih pada objek yang dimaksud.

"Nest, lo diem bae mulu perasaan." Ceasa yang sedari tadi melukis abstrak pada kertas, menyeletuk.

Ernest menoleh sesaat, setelahnya kembali fokus dengan ponselnya. "Gue bukan anak kecil." jawabnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari gadget di tangannya.

Semua yang berada di sana saling beradu pandang. Padahal mereka sudah berharap ada acara makan-makan.

"Lo masih pacaran sama tuh cewek?" Arian bertanya. Posisinya yang kebetulan berada disamping Ernest memudahkan cowok itu menelisik kesibukan Ernest dengan ponselnya.

Tanpa menoleh, Ernest memberikan, anggukan singkat.

"Ooh, gue kira udah putus. Padahal mau gue embat, kan lumayan tuh." timpal Ceasa yang kebetulan mendengar pertanyaan Arian.

Kali ini Ernest menatap Ceasa lurus-lurus. "Jangan,"

Baik Ceasa maupun Arian saling mengkode lewat tatapan satu sama lain. "Kenapa?" tanya Arian.

"Karena dia mainan gue. Hanya gue yang bisa mainin dia." jawabnya sambil tersenyum culas.

"Lalu Hera? Gue masih kepo tentang kalian." Ceasa mendekatkan tubuhnya. Perihal ini ia sudah sangat ingin tau. Pasalnya Ernest berpacaran dengan Binar dan bersamaan juga Ernest mendekati Hera yang notabenya dua gadis itu bersahabat.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now