💫24

83.6K 11.1K 631
                                    

Setelah menyelesaikan acara bakar-bakat serta sharing cerita, kini masing-masing sudah masuk keruangan masing-masing.

Tepat dini hari, Binar terbangun setelah bermimpi buruk. Tangannya bergerak menghapus peluh yang membanjiri pelipisnya, sungguh mimpinya sangat buruk.

Bagaimana tidak, Binar melihat dirinya tengah terkurung di sebuah ruangan mewah. Namun yang menjadi titik ketakutannya adalah ketika kedua tangan dan kakinya di rantai serta gelimangan darah di mana-mana. Wajahnya pucat seperti orang mati seolah tidak memilih gairah hidup. Begitulah gambarannya kira-kira.

"Itu mimpi. Iya hanya mimpi.".gumamnya sambil mengambil posisi duduk. Netranya berganti menatap Dara yang nampak terlihat tertidur pulas disampingnya.

Bangkit dari posisinya, Binar bergerak keluar kamar. Ia berniat ke dapur untuk membasahi tenggorokannya.

Setibanya di sana, Binar membuka kulkas dan segera meraih sebotol air mineral. Baru saja membuka tutup botol sebuah suara dari belakang membuat Binar terjengkang dan nyaris menjatuhkan botol dalam genggamannya.

"Air es tidak baik diminum malam hari."

Binar menoleh, sedetik kemudian meneguk ludah kasar ketika mendapati keberadaan Ernest. Pertanyaannya apa Ernest tidak tidur hingga membuat laki-laki itu masih terjaga dini hari begini.

Atau, apa Ernest juga kehausan sama seperti dirinya?

"Eh, gituu...." katanya dengan nada mengambang.

Ernest berjalan mendekat membuat alarm peringatan di kepala Binar berbunyi. Terlebih suasana sekitar sedang sunyi.

Melewati tubuh Binar, Ernest meraih wadah air lalu menuangkan isinya untuk selanjutnya diberikan kepada Binar. Terlihat Binar tak langsung mengambilnya melainkan terbengong-bengong, memastikan apakah benar ini Ernest yang sama dengan Ernest mantannya dulu.

Eh, mantan? Waktu itu Binar pergi disaat mereka belum putus. Tapi ini sudah 4 tahun kan. Jadi status mereka pun pasti berubah seiring berjalannya waktu. Ditambah keduanya sudah memiliki kehidupan masing-masing beserta pasangan dan Binar juga melunasi utangnya.

"Nih. Tangan gue pegel." ujar Ernest tanpa ada dingin didalamnya, sekali lagi menjadi pertanyaan tersendiri buat Binar. Benarkah Ernest benar-benar berubah?

Binar segera menyambut uluran Ernest. Duduk pada kursi kemudian menandaskannya. "Makasih." tutur Binar menaruh gelas bening itu diatas meja. Ernest tersenyum sambil mengangguk, pria itu juga duduk disamping Binar.

"Apa kabar?" Ernest bertanya seraya itu mengambil gelas bekas Binar kemudian kembali mengisinya dengan air untuk ia minum. Binar mangap-mangap namun cepat ia menguasai diri.

"Baik kok. Emm~ l-lo gimana?" tanya Binar balik.

"Sekarang lebih baik." jawab Ernest lalu setelahnya hening.

Karena merasa canggung, Binar kembali membuka obrolan. "Mmm, gue dengar Hera lagi hamil?"

Ernest menoleh dua detik setelahnya mengangguk. "Iya. Berjalan 6 bulan." ucapnya singkat.

"Sori gue baru tau. Tapi gue ucapin selamat, ya. Mungkin gue bakal ada rencana jenguk Hera nanti."

"Terimakasih. Gue tunggu lo di Jakarta." Ernest menimpali mengundang satu senyuman terbit di bibir Binar.

Ernest berubah. Benar-benar berubah. Sangat berbeda dengan Ernest dahulu yang sangat anti mengucapkan kata terimakasih. Meski kenyataan karakter Ernest Vradigsa telah berbeda, namun siapa tau dibalik perubahan ini dapat membawa dampak bagi semua karakter bertambah baik.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora