💫23

84.6K 12.4K 798
                                    

Sesuai apa yang Reksa katakan, kini keduanya sudah menuju tempat yang akan menjadi tempat perkumpulan komunitas TIK.

Kata Reksa mereka akan bermalam di sebuah villa kota Bogor.

Masih asik menikmati perjalanan melalui kaca jendela bus, Binar dibuat menoleh kala seseorang mengelus kepalanya. Mendapati Reksa dengan senyum khas pria itu, Binar berujar.

"Nanti kita bakalan ketemu sama teman-teman kamu yang lain di sana kan?" tanyanya seraya tangannya terulur menerima air mineral serta roti pemberian dari Reksa.

"Iya. Kalo capek bilang, ya. Soalnya perjalanannya masih agak jauh." katanya yang Binar balas dengan anggukan.

Usai menghabiskan dua bungkus roti, Binar menyandarkan kepalanya pada jendela. Reksa disampingnya nampak asik mengobrol dengan teman-temannya. Kemudian pikiran Binar kembali terbawa oleh orang-orang yang ia tinggalkan 4 tahun lalu.

Sudah seperti apa kehidupan yang mereka jalani?

Apakah Hera sudah menjabat sebagai kekasih dari Ernest?

Binar benar-benar menghilang bak ditelan bumi. Semua akses ia tutup meski kemungkinan kecil bakal ada yang mencarinya. Sempat terbesit dalam benaknya bahwa dia akan ditemukan terlebih namanya sebagai Binar Rembulan masih terdaftar sebagai siswa yang aktif sekolah. Bukan hal sulit bagi Ernest menemukannya.

Namun 4 tahun terlewati tanpa ada gangguan sedikitpun, kegelisahan Binar tak terealisasikan. Mungkin benar, keeprgiannya telah membuat satu beban di pundak Ernest terangkat.

Saking asik melamun Binar tanpa sadar tertidur. Tau-tau saja ketika membuka mata ia sudah berada disebuah kamar sederhana. Tanpa sadar matanya berpenjar, lebih tepatnya mencari sosok Reksa.

Sekian tak menemukan keberadaan sang kekasih, Binar memilih bangkit. Ia langsung berjalan keluar tanpa memperbaiki penampilannya yang bisa dibilang tidak karuan.

Hal pertama yang menyambut Binar setelah keluar kamar adalah suara samar orang-orang mengobrol. Vila yang mereka tempati sementara ini memiliki dua lantai. Dan Binar sebelumnya tadi berada dilantai satu. Dekat dengan ruang tengah.

Berjalan sambil menguap, Binar sesekali mengaruk kepalanya hingga kegiatan tangannya terhenti ketika sudah mendapati beberapa pasang mata tengah mengamatinya.

Berdeham kikuk, Binar mengedarkan pandangan namun sekali lagi ia tak menemukan sang kekasih.

"Emm, Reksa-nya di mana, ya?" tanyanya kaku.

"Reksa lagi keluar bentar beliin lo makan. Keknya bentar lagi dia balik." ujar salah satu teman Reksa yang Binar kenal. Namanya adalah Danu.

Binar mengangguk paham, ketika badannya hendak berbalik menuju kamar mandi, sebuah suara lantang memanggil namanya.

"Binar Rembulan?"

Sang empunya nama menoleh. Sedetik setelahnya Binar menyesal telah melakukannya. Bagaimana bisa dunia jadi sesempit kolor Sugeng.

"Dara." gumam Binar tersenyum kagok. Binar baru tau kalau Dara anak TIK. Tunggu.

Jangan bilang anak dari luar kampus yang Reksa maksud adalah tempat kuliah Dara? Apa sudah saatnya Binar menyudahi acara menghilangnya?

"Tidak mungkin Ernest ikut. Kan belum tentu dia juga anak TIK." monolognya berharap ketakutannya tak dapat terjadi. Rasanya Binar belum siap.

Itu adalah keyakinannya beberapa saat lalu sebelum akhirnya dihancurkan kala seseorang yang begitu ingin dihindarinya malah sudah berada ditengah-tengah obrolan teman-temannya.

"Gak nyangka banget lho kita ketemu di sini. Sumpah ya, lo pindah gak bilang-bilang." celetuk Dara disela mereka cerita. Binar menganggapinya kikuk. Bagaimana tidak bila sekarang ia sedang duduk berhadapan bersama Ernest.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang