💫52

37.1K 6.2K 1.2K
                                    

Mohon catatan aku dibaca sampai habis. Tapi sebelum itu silakan baca part ini .

💫💫💫

"Yakin ingin pergi?" tanya seseorang pada gadis yang baru saja memasuki mobil.

Perempuan yang tak lain Binar itu menoleh, ada jeda yang diberikan sebelum kepalanya mengangguk pelan.

"Tapi aku ragu suamimu bakal melepaskanmu." bersamaan roda mobil berputar, suaranya kembali terdengar.

"Aku sudah menyiapkannya dengan matang. Bahkan cincin pernikahan kami pun aku lepaskan." timpal Binar mantap. Demi meminimalisir kepergiannya, Binar melepas semua yang melekat termasuk cincin pernikahan mereka.

Bukan tanpa sebab Binar melakukannya, melainkan takut bila ternyata cincin itu telah dipasangkan alat pelacak.

"Aku kan sudah memperingatimu sedari awal. Tapi kamunya yang keras kepala buat bertahan."

Tanpa bisa dicegah, Binar memutar bola matanya malas. "Tidak perlu mengurusiku. Sekarang antarkan aku ke tempat yang mustahil Ernest menemukanku. Kali ini biarkan aku melakukan apapun yang aku mau." tukasnya bersedekap dada dengan kepala dibuang kesamping jendela.

Akhirnya tak ada lagi percakapan, mobil itu terus bergerak membelah jalan raya di malam hari.

Beralih ditempat lain, seorang wanita tampak duduk dilantai dengan pasrah.

Hera, entah sudah berapa lama ia dikurung. Yang jelas, ketika waktu membuka mata, ruangan inilah yang pertama kali menyambutnya.

Beberapa kali ia mengedor pintu berharap orang di luar sana mau membukanya, namun tetap saja. Hera tak kunjung keluar.

Menyenderkan punggungnya pada kasur, Hera memijit pelipisnya. Sebenarnya, siapa yang sudah membawanya kemari. Dan apa alasannya.

Sungguh Hera tak habis pikir.

"Silakan makan."

Orang yang setiap rutin membawakan makanannya padanya, kini melongokan kepalanya pada pinti. Makanan dalam piring ia taruh begitu saja di bawah pintu lalu cepat menutupnya lagi. Terlihat khawatir sekali bila Hera kabur.

"Hei! Sebenarnya siapa tuan mu hah?! Kenapa dia mengurungku di sini!" teriakan Hera tak mendapat balasan. Selalu seperti ini.

Menghela napas panjang, Hera menelungsupkan kepalanya diantara lutut.

"Zana...."

💫💫💫


"Kenapa memanggilku?" Dario menoleh ketika seseorang menyelenong begitu saja masuk ke ruangannya.

Menaruh cangkir berisi kopi setengah miliknya di atas meja, Dario memberi kode agar tamunya itu duduk.

"Mukamu terlihat kusut." singgung Dario mengamati wajah pemuda itu di depannya.

"Ck, aku sedang dibuat pusing karena istri tuan muda hilang." seseorang yang tak lain Reksa itu meraup mukanya. Terpampang jelas kantung matanya yang menebal, menandakan pria itu tak tidur.

"Mengapa repot-repot mencarinya." sela Dario enteng, tentu saja kalimatnya dibalas dengusan keras dari lawan bicara.

"Jangan bertele-tele. Cepat katakan apa tujuanmu memanggilku kemari." Reksa bersedekap dada satu sifat yang Dario kurang suka darinya sebab tidak suka berbasa-basi.

Binar Rembulan~Transmigrasi (OPEN PO)Where stories live. Discover now