ENAM PULUH DELAPAN: SALAM PERPISAHAN

1.2K 171 495
                                    

HALLO AYANG, APA KABAR?

MAAF YA KEMALAMAN UPDATENYA.

ABSEN DULU YUK YANG SIAP MERAMAIKAN DAN BACA RAJAWALI!

SPAM KOMENTAR EMOJI BUNGA KALIAN DI SINI SEBANYAK-BANYAKNYA. 🌷🌸🌹🌺🌻🌼🪷

SATU KATA UNTUK RAJAWALI?

HARI INI MAU BERAPA KALI UPDATE? 1,2, ATAU 3?

AYOK SPAM ❤️ LAGI SEKALI LAGI! BANYAK-BANYAK YA!

SUDAH SIAP MENJADI SAKSI HIDUP EVALINA DAN ALEXANDER?

KITA KERJA SAMA YUK! AYO SPAM VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA. AYO RAMAIKAN!

JANGAN LUPA VOTE, KOMENTAR, SHARE, DAN TAG INSTAGRAM AKU YA: HENDRA.PUTRA13

***

Alexander menyusul Evalina yang berlari ke halaman rumah sakit. Perempuan itu sedang menangis di sebuah kursi sambil memendamkan wajahnya dengan kedua tangan. Ini adalah hal yang tidak bisa Alexander lihat. Sakit. Perih. Hancur.

Cowok tinggi itu duduk di samping Evalina. "Gue minta maaf karena adek gue udah buat lo nangis."

Evalina cepat-cepat menghapus air matanya. "Gue nangis bukan karena adik lo." suaranya terdengar parau.

"Tapi... gue nangis karena sudah menjadi orang yang jahat." lanjutnya lalu meneteskan air mata lagi.

Alexander menyapu air mata itu dengan lembut. "Lo bukan orang jahat kok."

Perempuan berkepang dua itu merasakan kehangatan ketika tangan Alexander menyentuh pipinya. Kenapa hatinya masih berani jatuh cinta sama cowok itu. Harusnya hatinya sadar kalau cowok itu sudah punya pemilik.

Evalina mengatur napasnya yang tersengal-sengal. "Lo udah punya pacar. Sekarang pacar lo sedang koma. Harusnya lo enggak susul gue ke sini, lo harusnya temanin dia."

Dadanya terasa sesak. Mungkin ini adalah waktunya untuk ia mengakui perasaannya. Ia sekarang harus terbuka kepada cowok itu. "Dan bodohnya gue berani-beraninnya suka sama lo." cetus Evalina membuat Alexander menatapnya tanpa kedip.

Perempuan itu juga memandang Alexander dalam-dalam. Pandangan mereka saling mengunci satu sama lain.

"Diam-diam gue sudah berharap lebih sama lo." lirih Evalina terisak.

"Lo suka sama gue?" tanya Alexander takut ia salah mendengar.

"Iya, jadi selama ini lo pikir apa? Gue mau berangkat sekolah bareng sama lo, ngobrol sama lo, berisik di depan lo, bahkan gue mau belajar masak itu karena gue suka sama lo. Karena gue mau cari perhatian lo." Setelah mengungkapkan itu hatinya plong. Dadanya tidak lagi sesak. Tapi ia tahu resikonya, Alexander akan menjauhinya. Namun semua itu sudah tidak lagi jadi pertimbangannya. Toh semua sudah jelas, Alexander sudah punya tambatan hati.

Mengingat sejenak perempuan cantik yang sedang terbaring koma itu membuat Evalina seperti menyakiti dirinya sendiri. Tega-teganya ia menyakiti hati sesama perempuan.

"Gue sudah menjadi perempuan paling jahat." Evalina bangkit dari kursi. "Bisa-bisanya ya gue bahagia di atas penderitaan orang lain."

Cowok beralis tebal itu ikut bangkit mencoba memegang bahu Evalina, "lo perempuan baik."

Evalina menggeleng lemah. "Gue sudah salah... harusnya gue enggak boleh suka sama lo."

Jujur, Alexander senang dan bahagia mendengar pengakuan itu. Namun kenapa ia tidak bisa mengungkapkan perasannya juga. Ia tahu, sekarang bukan waktu yang tepat. Yang terpenting sekarang adalah menenangkan Evalina.

Evalina berbalik menghadap Alexander dengan mata sembabnya. "Gue janji bakal ngelupain perasaan bodoh ini."

"Gue enggak bakal ganggu hubungan kalian." Itu adalah kalimat terakhir Evalina yang ia ucapkan dengan gemetar sebelum pergi.

Namun tangan Alexander berhasil meraih pergelangan tangan perempuan berkepang dua itu. "Lo mau ke mana?"

"Mau pulang. Lepasin tangan gue." pintanya di bawah rembulan.

Cowok itu menghela napas. Ia tidak akan membiarkan perempuan itu pergi sendiri. "Lo enggak bisa pulang dengan keadaan nangis begini."

"Lo bisa aja, kan, ngelakuin hal aneh di jalanan. Dan gue enggak mau lo kenapa-napa." suara itu terdengar lembut di telinga Evalina.

Alexander memegang kedua bahu Evalina. "Gue anterin pulang ya."

"Enggak usah. Gue bisa pulang sendiri. Dan lo enggak perlu khawatirin gue." tolak Evalina meskipun hatinya menginginkan cowok itu menemaninya dalam kodisi hancur seperti ini. Namun ia harus sadar, ia harus berhenti berharap. Detik ini juga!

Cowok itu sekali lagi menghapus air mata Evalina. "Jangan bawel ya. Ikutin aja kata gue."

Alexander langsung memeluk perempuan itu erat-erat. Takut kehilangan Evalina. Cowok itu memejamkan mata karena merasakan hatinya berdesir hebat. Dadanya berdegub kencang. Jantungnya berpacu cepat. Ini adalah tanda bahwa ia menginginkan perempuan itu selalu bersamanya.

Ketika dipeluk, Evalina merasakan ini adalah tempat ternyaman yang membuat hatinya tenang. Ia pun menangis sesenggukan di bahu Alexander.

"Lo boleh nangis kenceng-kenceng kok." kata Alexander sambil mengusap penuh perasaan rambut Evalina.

Di dalam pelukan itu Evalina tahu ia salah. Harusnya ia menolak pelukan itu. Namun izinkan ia untuk terakhir kalinya untuk memeluk erat Alexander. Sebagai salam perpisahan.

***

BERAPA RATE UNTUK BAB INI?!

GIMANA PERASAAN KALIAN SAAT INI?

JAM BERAPA KAMU BACA RAJAWALI?

SPAM 😊 UNTUK NEXT CHAPTER?

SPAM RAJAWALI DI SINI!!!

SPAM 🔥 SEBANYAK-BANYAKNYA DI SINI!!!

PENASARAN SAMA BAB SELANJUTNYA?

SPAM NAMA EVALINA!

SPAM NAMA ALEXANDER!

UPDATE KAPAN LAGI?

HARI INI/BESOK?

SPAM 😊 SEKALI LAGI SEBANYAK-BANYAKNYA

5K KOMENTAR YUK BISA YUK! SPAM ❤️ DI SINI!

SATU KATA UNTUK CERITA RAJAWALI?

MANA SUARANYA. SPAM 🔥

YUK KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA DI SETIAP PARAGRAF YA!!!

TERIMA KASIH, AYANG.

TERTANDA, HENDRA PUTRA

RAJAWALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang