11 - QUEENZA BESTIE'S

57 1 0
                                    

Happy reading ♡
Boleh dong, votenya
Hehehe


"Ayo, Queen, nanti kamu terlambat." Gerald bangun dari duduknya setelah selesai sarapan. Jam sudah menunjukan pukul 06.45 WIB.

Queenza hendak bangun tetapi perkataan Opa Ehan menghentikan aktivitas Queenza.

"Queenza akan berangkat bersama Davano." Ujar Opa Ehan, tenang. Pria tua itu berdiri dan menatap semua anggota keluarga yang menatapnya tak percaya.

"Papi serius?" Arion menyahut.

Opa Ehan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Opa, biar aku yang antar Queenza ke sekolah." Gerald meraih pergelangan tangan Queenza untuk ia ajak pergi dari sana.

"Queenza akan berangkat dengan Davano." Opa Ehan menatap Gerald datar. Cucunya ini sungguh keras kepala. "Gerald, ada yang ingin Opa bicarakan dengan kamu."

Gerald terdiam. Selanjutnya ia menyahut. "Iya, sepulang aku antar Queen, aku akan ke ruangan Opa."

"Queenza akan berangkat dengan Davano. Tidak ada bantahan! Gerald ikut Opa ke ruangan sekarang juga." Opa Ehan berjalan meninggalkan meja makan.

"Kalo gitu biar saya yang--" Papa Arion hendak menyahut, tetapi perintah tak terbantahkan Opa Ehan membuatnya tak berkutik.

"Kamu juga, segera ke ruangan saya, Ion."

Gerald mencengkram lebih erat pergelangan tangan Queenza. Membuat gadis itu sedikit meringis.

"Gerald!" Mama Merry bersuara membuat Gerald tersadar.

Laki-laki itu melepas cengkramannya dari Queenza. "Maaf..."

"Sana kamu nyusul Opa. Queen akan berangkat dengan Dava. Lagipula mereka satu sekolah."

Dengan berat hati Gerald menurut apa yang Mamanya katakan. Sekilas Gerald melirik Dava yang masih setia duduk memperhatikan mereka. Samar-samar dapat Gerald lihat senyuman kecil terbit di wajah lelaki itu. Gerald membalasnya dengan tatapan tajam penuh dendam yang dibalas juga dengan senyuman yang semakin menantang.

☞☜

"Lo nggak mau turun?" tanya Dava datar.

Mereka sudah tiba di parkiran SMA Antartika sekitar lima belas menit yang lalu. Tetapi, Queenza terlihat enggan untuk turun dari motor yang dinaikinya. Tangannya, pun, terus memeluk pinggang Dava seolah tak ingin melepaskannya.

Queenza tersentak dan segera melepaskan pelukannya serta turun dari motor lelaki itu. Dia tak berani menatap Dava disebabkan oleh degupan jantung yang begitu keras. "M-makasih...," ujarnya dan langsung pergi begitu saja dari hadapan Dava.

Sementara Dava sendiri? Lelaki itu menatap penuh kebingungan ke arah Queenza. Dengan suara lantang dia berteriak, "EJA! HELM GUE MASIH DI KEPALA LO!"

Langkah Queenza terhenti. Detak jantung yang dari tadi berdetak tak karuan kini rasanya seakan berhenti begitu saja. Queenza meraba bagian kepalanya. Dan benar saja, kepalanya masih dilapisi oleh helm yang dimaksud Dava. Rasa malunya kian meningkat tatkala terdengar kekehan dari orang-orang sekitarnya.

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now