42 - KETAHUAN DAN PERMOHONAN

13 2 3
                                    

Happy reading ♡



"Q-Queen..." Queenza meneguk salivanya merasa tenggerokannya yang lagi-lagi tercekat. Aura gelap dan mencekam di antaranya dan Arion membuat Queenza tak berani berkutik. Ia menunduk menahan air mata yang nyaris saja keluar.

Arion yang menyadari putrinya ketakutan menghela nafas untuk meredakan emosi yang sempat tersulut di ekspresinya. Ia mengambil duduk di samping Queenza lalu mengelus lembut surai Queenza guna membuat gadis itu tenang. "Papa nggak akan marah kalau kamu ceritain secara lengkap, Queen..." ujar Arion lagi masih berusaha membuat Queenza untuk terbuka padanya mengenai Dava.

Setelah memantapkan hatinya yang sempat gentar ketakutan karena ketahuan langsung oleh Papanya, Queenza akhirnya bersuara meskipun terdengar lirih. "Queen pacaran sama Dava, Pa..."

Arion mengetatkan rahangnya berusaha untuk tidak meledak saat ini juga. Hatinya panas terbakar amarah mengetahui Queenza, gadis kecil yang selalu dijaganya ternyata sudah jatuh pada lelaki lain tanpa sepengetahuannya. "Sejak kapan, Queen?"

Queenza menggigit bibirnya gugup. Masih dalam keadaan menunduk, Queenza menjawab, "satu tahun yang lalu, Pa. Di rumah Pio."

Arion memejamkan matanya semakin merasa tersulut emosi tapi dia tahan.

"M-maaf, Pa. Queen sembunyiin ini karena nggak mau Papa marah dan kecewa sama Queen." Queenza akhirnya mendongak cemas menatap wajah Arion. Sangat takut jika Arion meledakkan amarahnya dan akan mengusir Queenza dari kediaman Sunny. Ia takut jika Arion mengembalikannya ke panti asuhan. "J-jangan usir, Queen..." suara Queenza melirih. Air mata tergenang dengan wajah kalut menatap Arion penuh harap agar tidak mengusirnya. Bahkan Queenza bersimpuh di depan Arion dan meraih tangan Arion untuk ia genggam.

Arion terdiam melihat Queenza yang sangat ketakutan. Ia dapat merasakan tangannya di genggaman Queenza yang bergetar. Hatinya mencelos sakit melihat putrinya seperti ini. "Queen---" kalimat Arion terputus karena Queenza memotongnya, lagi-lagi dengan suara bergetar.

"Q-Queen bakal putusin Dava, kok! Queen nggak akan ngelakuin hal yang bakal buat Papa marah lagi. Q-Queen bakal lebih nurut dan nggak egois lagi! J-jadi... jadi..." Air mata Queenza luruh sembari dengan isakannya yang terdengar memilukan. "ja-jangan usir Queen, Pa... jangan bawa Queen ke panti asuhan lagi..." Queenza menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah di banjiri air mata, seiring dengan genggamannya di tangan Arion mengerat.

Pupil mata Arion bergetar melihat Queenza sangat kalut seperti ini. Ia balik menggenggam Queenza dan membawa Queenza yang masih bersimpuh di depannya untuk berdiri. Arion ikut berdiri lalu menarik Queenza ke pelukannya. Ia mengusap punggung Queenza berusaha menenangkan. Enggan bersuara karena khawatir akan membuat Queenza lebih ketakutan.

Di sisi lain, tepatnya di samping pintu ruang kerja Arion, Gerald mengepalkan tangannya setelah mendengar semua penuturan Queenza.

Beberapa saat yang lalu Gerald menunggu Queenza untuk kembali dari ruang kerja Papanya. Gerald merebahkan tubuh di kasur Queenza sambil mengamati jarum jam yang terus berputar. Sudah tiga puluh menit berlalu tapi Queenza tak kunjung muncul.

Pemuda itu menghela nafas lalu bangkit berniat menyusul Queenza ke ruang kerja Papanya. Saat sudah sampai di depan pintu yang setengah terbuka, Gerald mendengar jelas saat Arion menyuruh Queenza menjelaskan sesuatu yang belum Gerald mengerti. Alhasil, Gerald memilih menunggu di luar sambil menyandarkan punggungnya di dinding tepat di samping pintu yang terhubung ke ruang kerja Arion.

Queen's Life GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang