53 - FEELINGS SPEAK

3 0 0
                                    

Happy reading ♡



"I'm sure, i love you, Queen."

Melayang, tersungkur, terjungkal? Untung saja Queenza tidak bisa salto. Jika seandainya ia lulus dalam penilaian olahraga ketika SMP saat mempraktekkan gerakan jungkir balik, mungkin Queenza akan melakukannya saat ini juga sekali lagi. Tiba-tiba menerima pernyataan cinta di tengah malam begini, terlebih dari Gerald yang berstatus sebagai Abangnya, siapa yang tidak terkejut? Aneh sekali jika Queenza menanggapinya dengan biasa saja.

"Queen?" Gerald memanggil sekali lagi saat tak mendapati respon apapun darinya. Hanya wajah bengong yang dihiasi dengan rona merah tipis di kedua pipi gadis itu yang bisa ditangkap Gerald. "Can i get the answer?"

Beberapa saat terbengong dengan ekspresi bodoh, akhirnya Queenza memberikan reaksi. Meski hanya deheman canggung sambil melirik ke arah asal. "I-itu..."

Gerald tetap menatapnya. Tatapannya dalam dan serius, seakan menanti jawaban Queenza dengan penuh harap. Yang hanya membuat Queenza makin mati kutu ditatap seperti itu.

Tak tahan ditatap sedemikian, Queenza langsung berbalik membelakangi Gerald. "A-Abang jangan lihat Queen kayak gitu..."

Mendengar cicitan itu membuat Gerald menahan tawa. Ia berdehem sebelum bersuara. "Iya-iya, nggak lagi." Pemuda itu berjalan dan berdiri di sebelah Queenza. Hening tercipta diantara keduanya yang fokus menatap hamparan laut yang berombak. Gerald sebenarnya ingin cepat-cepat mendapat jawaban, ia merasa tertekan dan jantungnya terus berdetak cepat. Tak sabar dengan situasi ini, ia memilih kembali bersuara. "Jadi gimana, Queen?"

Beberapa menit hening mampu membuat pikiran serta perasaan tak karuan Queenza tenang. Ia memberanikan menghadap Gerald dan menatapnya. Jari jemarinya saling bertautan. "Um... terimakasih, Abang. Makasih karena udah sayang sama Queen. Queen juga sayang, kok, sama Abang. Abang tau sendiri, kan?"

Tidak, tidak, tidak. Bukan ini yang Gerald maksud. Ia meraih bahu Queenza dan di genggamnya lembut. "Bukan, Queen." Gerald menunduk, sulit rasanya ia menjelaskan sedetail apa perasaan yang dimiliki pada Queenza. Terdengar helaan nafas. "Begini, Queen, Abang... bukan sekedar sayang sama kamu. Tapi lebih dari itu. Abang nggak mau kehilangan kamu, Abang mau kamu selalu di sisi Abang, Abang mau ngemiliki kamu, Queen. Cinta. Kamu tau cinta, kan? Abang cinta kamu."

Queenza terdiam. ketenangan yang dirasanya tadi kembali berantakan. Cinta? Entahlah, Queenza tak terlalu mengerti dengan itu. Yang dia tau cinta adalah kasih sayang. Dan fakta bahwa Gerald memberikan kasih sayang padanya itu hal wajar, kan? "Abang,"

"Ya?" Jawaban spontan Gerald bisa menjadi bukti bahwa ia sangat menantikan jawaban atas pernyataannya.

"Bukannya wajar kalau Abang cinta Queen? Cinta itu kasih sayang, kan? Queen juga cinta, kok, sama Abang."

Tatapan Gerald menjadi rumit. "Queenza... kamu bener. Cinta itu memang kasih sayang. Tapi, cinta yang kamu pikirkan dengan cinta yang Abang rasakan itu jauh beda, Queen." Gerald maju selangkah, tangan kekarnya bergerak menangkup sebelah wajah Queenza. "Abang cinta kamu lebih dari sekedar saudara. Lebih dari sekedar Adek. Abang cinta kamu dalam artian..." Kalimatnya terhenti. Tampak rasa bimbang dari raut wajah tampan milik Gerald. Bolehkah ia mengatakan ini?

"Dalam artian apa, Abang?" tanya Queenza tak sabaran.

Melihat reaksi Queenza mendorong Gerald untuk nekat mengatakan apa yang dipikirkannya. "Dalam artian Abang mau menikahi kamu."

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now