20 - ANCAMAN

29 0 0
                                    

Happy reading ♡



Gerald membuka pintu mobil penumpang bagian depan. Terlihatlah Audie yang tengah memainkan ponselnya. Audie mendongak dan tersenyum manis saat melihat Gerald.

"Turun!" Suara tegas Gerald melunturkan senyumannya.

"Ihhh, nggak mauu! Kan, kamu mau anter aku sampe rumah." Ucap Audie dengan nada manja. Membuat Gerald ingin muntah mendengarnya.

"Gue bilang turun, ya turun!"

"Mmmm, nggak ma---"

"Pindah ke belakang atau gue tinggal." Gerald memancarkan aura tak bersahabat membuat Audie gugup setengah mati. Dengan cepat ia menuruti apa kata Gerald.

Saat melihat gadis di gandengan Gerald, Audie menggeram kesal. Ia membalas tatapan polos Queenza dengan tatapan nyalang. Setelah masuk ke dalam mobil, Audie membanting pintu keras.

Gerald mempersilakan Queenza untuk masuk. Ia menuntun Queenza dan memasangkan sabuk pengaman pada gadis itu.

Mobil berjalan menyelusuri jalan. Sepanjang perjalanan, tak ada yang membuka suara. Audie masih menatap nyalang Queenza. Terlebih saat melihat Gerald meraih tangan Queenza dan mengelusnya.

"Abang, berhenti beli ice cream!" Pinta Queenza saat mereka hampir melewati supermarket.

Gerald melakukan sesuai keiinginan Queenza. Gerald menoleh pada Queenza dan menatap gadis itu dengan senyuman tipis. "Kamu tunggu di mobil aja, ya. Biar Abang yang turun beli ice cream kesukaan kamu." Ucap Gerald lembut.

Queenza mengangguk patuh. Selanjutnya Gerald keluar mobil dan berjalan menuju supermarket.

Beberapa menit selepas Gerald pergi, Audie mendekatkan dirinya pada Queenza. Ia menarik dagu Queenza agar menatapnya. "Heh! Lo itu jangan kegatelan, deh, sama Gerald! Gue tau, lo bukan Adek kandungnya Gerald. Lo cuma numpang di kehidupan Gerald dan keluarganya. Sempet gue liat sekali lagi lo nempel-nempelin dia, habis lo di tangan gue!" Setelah mengatakan itu, Audie kembali duduk di tempat semula. Seraya menetralkan raut wajahnya agar tak terlihat mencurigakan.

Sementara Queenza sudah terdiam ketakutan. Ia paling tak bisa dikasari. Queenza menatap ke arah supermarket berharap Abangnya segera menghampirinya. Dagunya terasa sakit akibat kuku Audie yang menancap tadi.

"Dan juga, jangan sampe lo ngadu sama Gerald tentang omongan gue ini!" Audie kembali berujar sinis dibelakang. Audie juga sempat menendang-nendang kursi yang Queenza duduki.

Queenza hanya diam tak berani menyahut.

Tak lama, Gerald kembali dengan sekantong plastik besar ice cream ditangannya. Saat memasuki mobil Gerald menatap Queenza dengan senyuman. Gerald menyerahkan plastik tersebut pada Queenza.

Queenza menerimanya tanpa membalas senyuman maupun tatapan Gerald. "Makasih." Ujar Queenza pelan.

Gerald merasa ada yang aneh dengan Adiknya. "Kamu kenapa, Queen? Sakit?'' saat Gerald ingin menyentuh pipi Queenza, dengan cepat ditepis oleh gadis itu. Gerald menatap tangannya yang masih melayang. Ia memilih menarik kembali tangannya dan kembali menatap Queenza. Tidak biasanya ia diperlakukan seperti itu. Tak ingin memikirkannya, Gerald segera kembali melajukan mobil.

"Woi! Bagi satu ice cream nya!" Sentak Audie di belakang seraya menendang kursi Queenza.

Gerald menatap Audie sinis. "Mana sopan santun lo?"

Audie tak memperdulikan Gerald dan malah menarik plastik belanjaan yang di pegang Queenza. "Lama bener. Tinggal ngasih doang apa susahnya coba."

Queenza menatap plastik yang baru saja dikembalikan. Masih tersisa berbagai macam ice cream disana. Tapi, ia malah menatap ice cream yang ada pada tangan Audie.

Audie yang ditatap mengerutkan kening tak suka. "Apaan liat-liat?"

"I-itu ice cream kesukaan Queen..." Ujar Queenza dengan kepala menunduk. Ia sama sekali tak berani menatap Audie.

"Pelit banget, sih? Orang dibeliin pake uang Gerald juga." Tanpa memperdulikan Queenza yang sudah hampir menangis, Audie memakan ice cream tersebut.

Queenza pasrah dan membiarkan ice cream kesukaannya dimakan. Queenza mengambil ice cream lainnya dan mulai memakan dengan sesekali sesegukan.

Gerald yang melihat itu menggeram marah. "Turun!"

Kedua gadis itu menoleh. Tak ada yang bergerak. Sampai suara Audie yang menggema membuat Queenza terlonjak. "WOI! TURUN LO! LO TULI, HAH?" Ujar Audie pada Queenza.

"LO YANG TURUN, B*NGS*T!!" Sentak Gerald pada Audie. Gerald tak pernah terima jika ada orang yang membentak Queenza.

"T-tapi Ger---"

"Turun sekarang, Audie!" Gerald berucap dengan nada tegas.

Audie terdiam dan segera turun dari mobil Gerald. "Awas aja lo, jal*ng!''

✿ ✿ ✿

Selama perjalanan ke rumah, Gerald maupun Queenza sama-sama diam. Tak ada pembicaraan. Queenza sudah tak menangis, ia menghabiskan ice cream nya sendirian tanpa memperdulikan Gerald.

Tadi ditengah perjalanan, Gerald sempat menegur Queenza agar jangan menghabiskan ice cream dalam sekaligus. Bisa-bisa nanti Queenza jatuh sakit. Tapi apalah daya Gerald yang bahkan tak diperdulikan sedikit pun.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, Queenza turun begitu saja. Gadis itu masih diam dan sama sekali tidak memperdulikan bahkan menatap ke arah Gerald sedikitpun. Hal itu membuat Gerald bingung. Gerald berusaha berfikir apa kesalahan yang dilakukannya. Namun nihil, Gerald tak merasa melakukan apapun.

Disisi lain, Queenza masuk ke kamarnya dan segera merebahkan diri pada kasur. Queenza masih memikirkan ucapan Audie di dalam mobil tadi.

"Heh! Lo itu jangan kegatelan, deh, sama Gerald! Gue tau, lo bukan Adek kandungnya Gerald. Lo cuma numpang di kehidupan Gerald dan keluarganya. Sempet gue liat sekali lagi lo nempel-nempelin dia, habis lo di tangan gue!"

Queenza tak mengerti apa tujuan Audie mengatakan itu. Tanpa di tegaskan pun, Queenza tahu diri jika ia bukan berasal dari keturunan keluarga Sunny. Queenza di adopsi oleh Mama Merry dan Papa Arion. Saat itu, juga Queenza menolak keras saat ada kabar bahwa ada yang ingin mengadopsi nya. Tapi rayuan dan paksaan terus dilakukan oleh ibu panti juga kedua orang tua angkatnya. Membuat Queenza tak bisa menolak.

Queenza kecil dengan pakaian casual sederhana tengah duduk melamun di kursi halaman belakang. Ia sibuk memikirkan lelaki yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.

Bocah lelaki yang hanya berbeda usia satu tahun di atas Queenza, yang biasa dipanggil dengan sebutan Rean---jatuh sakit sehingga mengharuskan Rean dirawat inap di salah satu rumah sakit yang jauh dari lokasi panti asuhan berada.

Kabarnya, Rean terkena kanker darah stadium awal. Walaupun Queenza masih kecil, ia sempat di beri tau oleh ibu panti jika penyakit kanker itu dapat menyebabkan kematian. Hal itu membuat Queenza sangat takut dan khawatir setiap waktunya. Queenza dan Rean sangat dekat. Lelaki itu sangat baik pada Queenza. Di panti asuhan, tak ada yang mau berteman dengannya kecuali Rean. Bahkan, Ibu panti pun memperlakukan Queenza seraya tak layak.

"Kak Rean, cepet sembuh, ya. Aku pengen main bareng Kak Rean lagi." Ucap Queenza lirih.

Queenza segera menghapus buliran bening yang jatuh dari matanya. Queenza mendengar sosok wanita memanggilnya dari arah depan. Dengan segera ia menghampiri suara tersebut.

"Kenapa, Bu?" tanya Queenza.

"Queen, Ibu ada kabar baik buat kamu." Ibu panti itu tersenyum lebar seraya menunduk dan memegang bahu Queenza.

Queenza yang melihat senyuman itu juga ikut tersenyum lebar. "Kabar baik apa, Bu?? Kak Rean udah sembuh, ya??" tanya Queenza bersemangat.

Wanita itu menggeleng, "bukan, Queen." Dengan senyuman yang terus merekah, wanita itu melanjutkan ucapannya. "Ada yang mau mengadopsi kamu!"

✿ ✿ ✿

To be continued

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now