49 - IF SHE STILL HERE

5 0 0
                                    

Happy reading ♡



Gerald dengan setelan baju kaos dibaluti jaket abu-abu, dan celana jeans hitam keluar dari kamar. Terlihat rapi dengan penampilannya. Rambutnya yang lebat di sisir ke belakang, tak lupa semprotan parfum yang menjadi khas Gerald mengguar dari tubuhnya.

T

apak lelaki itu melewati sofa ruang tamu yang tanpa ia sadari ada sosok yang sedang duduk sambil menikmati camilan biskuit cokelat. Gerald baru menoleh saat merasa di panggil oleh si pemilik suara lembut namun terdengar imut.

"Abang mau kemana?" Queenza bertanya tak berhenti mengunyah biskuit cokelatnya.

"Mau ziarah ke makam Lala."

Kegiatan Queenza terhenti. Abangnya rutin berziarah setiap dua minggu sekali ke makam kembarannya itu. Sementara Queenza sangat jarang, bahkan ia hanya akan berkunjung ke sana saat hari peringatan kematian atau saat hari ulang tahun mendiang gadis yang juga sudah ia anggap sebagai Kakaknya. Saat ini Queenza sendirian, memang ada beberapa ART di mansion, tapi Papa dan Mamanya pergi keluar kota karena urusan pekerjaan. Sementara Opa Ehan pergi berkunjung ke kerabat lama dan baru akan pulang nanti sore. Ingin mengajukan diri agar diajak Gerald tapi ia tak yakin, mengingat selama ini Gerald hanya pergi ziarah seorang diri tanpa pernah mengajaknya.

"Um... Queen mau main ke rumah Bunda, boleh?"

Alis Gerald sontak menyatu. Pergi ke rumah Bundanya---Reani---berarti tak menutup kemungkinan Queenza akan bertemu Davano di sana. Ia masih ingat jelas bagaimana hari-hari yang dilalui Queenza satu bulan terakhir untuk berusaha move on dari Dava. Gadis itu sulit diajak berbicara, bercanda, bahkan lebih terlihat murung. Selama sebulan penuh Gerald benar-benar memusatkan perhatiannya hanya untuk Queenza. Dilakukannya agar Queenza tak merasa kesepian dan berakhir menangis karena mengingat Dava. Bahkan selain menghadiri kelas, Gerald tak pergi kemana pun kecuali bersama Queenza. Berkumpul dengan temannya pun tak ia lakukan selama tiga puluh hari terakhir ini.

Dan sekarang keadaan Queenza tampak lebih baik. Keceriaannya mulai kembali, dan tampaknya gadis itu sudah mulai berdamai dengan keadaannya beberapa waktu silam. Dan sekarang jika Gerald mengizinkan Queenza pergi ke rumah Bundanya dan membiarkan Adiknya itu kembali bertemu Davano, segala usahanya yang membuat Queenza membaik akan sia-sia. Tak akan Gerald biarkan.

"Ikut Abang aja gimana?" Tak buruk juga mengajak Queenza berziarah ke makam Lala-nya.

Queenza terdiam sejenak, tak menyangka Gerald akan mengajaknya. "Emang boleh?"

Sebelah alis Gerald terangkat kemudian bibirnya membentuk senyuman. "Kenapa enggak?"

Senyuman Queenza mengembang. Dengan cepat ia melompat dari sofa setelah menutup toples kaca berisi biskuit dan meletakkan diatas meja. "Kalo gitu Queen mau ganti baju dulu. Abang tungguin, ya!"

Selanjutnya Gerald dapat melihat Queenza berjalan dengan semangat ke kamarnya. Terkekeh sejenak sebelum mengambil langkah ke sofa sambil menunggu Queenza selesai bersiap.

Tak sampai lima menit, Queenza kembali menghampiri Gerald. Gadis itu sudah mengganti pakaiannya dengan dress mulberry lengan panjang. "Ayo!"

Gerald mengambil waktu untuk mengamati penampilan Queenza. Rambutnya yang disanggul membuat kesan rapi dari penampilannya. Gerald berdiri. Meraih tangan Queenza untuk digenggam sebelum melangkah keluar mansion. "Kita naik motor aja, ya?"

Queenza hanya mengangguk. Saat diulurkan jaket abu-abu yang tadinya Gerald kenakan, Queenza menerimanya. Ia melilitkan jaket itu di sekitaran pinggang baru kemudian naik ke motor dibantu berpegangan pada bahu Gerald.

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now