17 - QUEENZA WITH DAVANO

30 0 0
                                    

Happy reading ♡



Jam menunjukkan pukul 09.45 WIB. Sekitar lima belas menit lagi bel istirahat SMA Antartika berbunyi. Sudah satu setengah jam lebih Queenza berdiri di lapangan, dibawah teriknya sinar matahari.

Queenza mendongakkan kepalanya ke langit. Panas sinar matahari sangat menyengat seakan membakar kulitnya. Kaki Queenza terasa kebas karena kelamaan berdiri. Tak hanya itu, Queenza juga merasakan kepalanya berdenyut sakit, mungkin akibat terkena sinar matahari.

Ia kembali menatap lurus ke depan. Di koridor jauh di depannya, Queenza dapat melihat sosok yang sangat dikenalinya. Si pemilik wajah datar dan sifat cuek. Siapa lagi kalau bukan Davano, sepupu sekaligus teman kecilnya. Seragam lelaki itu tampak berantakan. Kancing baju bagian atas yang dibiarkan terbuka menampilkan kaos berwarna hitam, dasi yang di letakkan di bahunya, bajunya pun ia keluarkan. Jangan lupakan rambut yang acak-acakan. Jauh dari kata rapi.

Terlihat seorang siswi perempuan mendekatinya sambil membawa sebuah kotak bekal di tangannya. Siswi tersebut tersenyum lebar mendekati Dava. Mereka saling berhadapan. Dava dengan muka juteknya dan siswi itu dengan senyuman manis di wajahnya. Siswi tersebut mengulurkan tangannya, bermaksud memberikan kotak bekal pada lelaki itu.

Queenza yang melihat sontak merasakan gejolak aneh di hatinya. Ada rasa tak terartikan saat melihat Dava didekati perempuan lain. Ia ingin menjadi pemisah antara lelaki dan perempuan itu. Queenza sangat ingin menyingkirkan perempuan yang mendekati Dava. Cemburu? Cepat-cepat Queenza menggeleng kuat. Berusaha mengenyahkan pikiran itu.

Queenza terdiam menunduk menatap tanah. Cemburu? Ia tak berhak mengatakan itu, kan? Dava bukan siapa-siapanya. Ia tak memiliki kedudukan khusus dalam hidup lelaki itu. Ia juga tak berhak menjadi pemisah antara Dava dan perempuan lain. Ia hanya sebatas sosok gadis yang mengagumi Dava. Sama seperti gadis lainnya.

Queenza kembali mendongak untuk melihat kembali dua orang itu. Namun, baru saja mengangkat kepala, Queenza merasakan kepalanya berdenyut hebat. Matanya berkunang-kunang. Queenza merasakan kakinya lemas dan pandangannya mulai gelap.

Bruk

Queenza terbaring di tanah. Ia sempat kembali membuka matanya. Queenza dapat melihat lelaki yang sedari tadi diperhatikan menghampirinya. Tubuh Queenza diangkat oleh lelaki itu. Selanjutnya gadis itu hilang kesadaran dan berakhir terbangun di brangkar UKS.

✿✿✿

"Ayo pulang." Ajak Dava yang baru saja masuk ruangan UKS.

Queenza masih berbaring di brangkar. Ia tak diperbolehkan bergerak apalagi pergi dari sana oleh Dava. Queenza menatap Dava bingung. "Queen nggak mau pulang."

"Jadi? Mau nginap disini lo?" tanya Dava sinis.

"Ya enggak-lah!" Queenza berusaha turun dari brangkar tersebut. Ketika berhasil, ia kembali merasakan kepalanya berdenyut. Queenza memejamkan mata guna menghilangkan rasa sakit itu. Kemudian kembali menatap laki-laki di depannya. "Queen mau ke kelas."

"Ngapain?"

"Ya, mau belajar!"

Dava mendekat ke arah Queenza. Ia menyodorkan ponselnya. "Lihat, udah jam berapa."

Queenza melihat ponsel yang Dava berikan. Saat itu juga Queenza membulatkan matanya terkejut. Pukul 15.56, yang artinya dua jam yang lalu sekolah sudah dibubarkan. Queenza menatap Dava nyalang. "Dava, kan, yang bius aku sampe-sampe aku nggak sadar dan baru bangun sekarang?!" Tuduh Queenza menunjuk-nunjuk Dava menggunakan telunjuknya.

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now