12 - NAMA PEMBERIAN DAVA

36 1 0
                                    

Happy reading
Votenya, kakaa



Sepulang sekolah, Queenza dkk memilih untuk tidak langsung pulang ke rumah. Mereka nongkrong di kantin sekolah yang memang belum ditutup.

Pio, Vira, Queenza serta Ray duduk di satu meja yang sudah dihidangkan makanan pesanan mereka. Keempat manusia itu makan sembari sesekali berceletuk membahas hal-hal random.

Ngomong-ngomong, ini kali pertamanya Queenza ikut berkumpul bersama teman-temannya sepulang sekolah. Biasanya ia tidak akan diizinkan pulang terlambat oleh keluarganya. Terlebih lagi Gerald. Berhubung belum ada yang menjemputnya, alhasil Queenza memilih untuk ikut dengan teman-temannya.

"Eja, nanti gue sama Pira mau main ke rumah lo, ya." Ujar Pio di sela makannya.

"Kok, Pio manggil aku Eja, sih?" tanya Queenza. Karena memang sejak tadi pagi, Pio sudah memanggilnya dengan panggilan itu. Terasa agak asing bagi Queeza dipanggil demikian oleh sahabatnya. Karena biasanya, hanya Dava yang akan memanggilnya dengan sebutan Eja.

"Kan, nama lo Eja." Sahut Pio lagi.

"Biasanya juga nggak gitu manggilnya."

"Btw, Za, gue baru tau kalo Axa yang sering lo omongin itu satu sekolah sama kita." Ray yang sedari tadi sibuk dengan makanannya menyahut. Terdapat senyuman jahil diwajahnya.

Mencernanya baik-baik, Queenza baru mengerti kemana arah pembicaraan mereka. Sontak rona merah menyebar di pipinya. "A-apaan, sih?!"

Queenza, Pio, Vira, dan Ray sudah berteman sejak awal saat mereka resmi menjadi siswa SMA. Keempatnya terlihat selalu bersama. Saat jamkos di kelas, mereka sering bertukar cerita tentang berbagai hal. Begitupun Queenza, ia sering menceritakan tentang sosok yang mungkin... disukainya? Axa, nama yang sering Queenza ceritakan pada teman-temannya. Lelaki yang dulu selalu bermain bersamanya. Lelaki yang menjadikan alasannya tersenyum dan tertawa bahagia. Teman-temannya sendiri sudah tau persis seperti apa sifat seorang Axa tersebut, karena sering mendengar Queenza bercerita. Hanya saja, mereka tidak tau, bahwa Axa yang sering diceritakan Queenza selama ini, ternyata lelaki itu.

"Tadi gue sempet ngeliat pas dia teriak manggil lo 'Eja'." Ray masih terus melanjutkan aksinya menggoda Queenza. "Saking gugupnya, helm nya sampe kebawa, Za?"

"Tapi tadi kocak banget, sih, gue sama Pira sampe ngakak ngeliat ekspresi Queenza." Pio menambahi, membuat Queenza semakin malu.

Queenza menoleh ke arah Vira--berharap bantuan dari sahabatnya yang pengertian itu. Namun, baru saja menoleh, Vira langsung berucap dengan nada datar. "Axa itu ternyata anak kelas sebelah, ya? Beneran ganteng, Za. Persis seperti yang lo ceritain."

Berharap kepada manusia adalah suatu tindakan yang sangat mengecewakan.

Queenza ingin menyuapkan lagi makanannya--untuk mengabaikan berbagai ocehan tak berfaedah teman-temannya, tetapi suara berat yang amat sangat dikenalinya membuat pergerakannya terhenti.

"Eja."

Kompak semua menoleh, kecuali Queenza yang masih terdiam.

"Wess, muncul orangnya." Pio Berkata dengan nada menggoda.

"Ehh, bro! Ngapain? Jemput ceweknya, ya?" Ray menyambut kedatangan lelaki itu penuh semangat. Ray dan Dava memang berteman dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama sepulang sekolah.

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now