26 - IZIN?

21 1 0
                                    

Happy reading ♡



Gerald berlari kencang saat mendengar suara pecahan dan diiringi pekikan dari arah dapur. Saat tiba di dapur, Gerald dibuat melongo dengan keadaan dapur itu. "Kenapa..."

Queenza yang tiba-tiba mendengar suara Gerald sedikit terkejut dan menolehkan kepalanya. Queenza hanya menyengir saat melihat wajah cengo Gerald.

Gerald mendekati Queenza seraya berkacak pinggang. Memperhatikan sekeliling dapur yang super berantakan dan berbagai perabotan masak yang berserakan. Lalu penglihatannya jatuh pada Queenza yang tak kalah berantakan. Terutama pada wajah dan apron yang terdapat beberapa bercak tepung. "Kamu ngapain, sih, Queen??" tanya Gerald sambil menghapus noda tepung yang menempel di pipi Queenza. Tersirat nada khawatir dari perkataannya.

Queenza tersenyum kaku seraya menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Ehehehe... Queen habis masak, Abang." Tutur Queenza.

Gerald meraup wajahnya. "Ngapain masak, Queen?? Kamu bisa telpon Abang kalo lapar, biar Abang beliin makanan buat kamu." Gerald memegang kedua bahu Queenza. "Nggak perlu kamu yang masak. Kalo kenapa-kenapa gimana? Terus tadi ada suara pecahan. Apa yang pecah?" tanya Gerald. Gerald benar-benar khawatir terjadi sesuatu pada Adiknya. Jika saja Papanya tau kalau Gerald telah membiarkan Queenza memasak, bisa-bisa dirinya yang dihukum.

"Nggak ada pecah apa-apa, kok. Tadi cuma mangkuk stainless yang jatuh." Jawab Queenza menunjuk sebuah mangkuk yang tergeletak di lantai.

Gerald menghembuskan nafas berat. Ia berjalan dan mengambil mangkuk itu lalu meletakkannya di wastafel. Gerald kembali menatap Queenza. "Kamu masuk ke kamar aja. Istirahat sekalian bersihin badan. Biar Abang yang masak." Ucap Gerald dan berbalik untuk membersihkan area dapur. "Kamu mau makan apa?" tanya Gerald sambil fokus dengan pekerjaannya.

"Apa aja, deh. Terserah Abang."

Gerald tak bersuara lagi. Entahlah, mungkin lelaki itu sudah masuk ke dunianya sendiri.

Tak mendengar jawaban Gerald, Queenza berbalik untuk melakukan apa yang disuruh Abangnya itu. Sebelum pergi meninggalkan dapur, Queenza mengambil wadah yang sudah terisi puding strawberry di atas meja dan memindahkannya ke dalam kulkas.

✿ ✿ ✿.

Sudah tiga puluh menit berlalu. Queenza turun dengan pakaian santainya dan langsung menghampiri Gerald yang diketahuinya masih di dapur. Sesampainya di dapur, Queenza dibuat takjub oleh suasana di ruangan itu. Dapur yang tadinya berantakan seperti kapal pecah kini seakan disulap oleh Gerald menjadi dapur di sebuah kerajaan.

Queenza menatap punggung Abangnya yang masih menyuci piring kotor di wastafel. Melihat betapa cekatannya Gerald melakukan semua pekerjaan yang biasa dilakukan oleh perempuan. Terkadang Queenza merasa insecure pada Abangnya itu. Gerald seperti tak memiliki kekurangan. Semua yang dilakukan lelaki itu seakan membuahkan hasil yang begitu sempurna.

Gerald berbalik dan melihat Queenza yang melamun menatap learahnya. "Queen. Kok nggak duduk? Makanannya udah siap, tuh. Kamu lapar, kan?" tanya Gerald menyadarkan lamunan Queenza.

Queenza yang tersadar pun langsung menduduki dirinya di kursi dan mulai menyiapkan makanan untuk ia santap. Saat ingin mulai menyantap makanan, Queenza melihat Gerald yang malah sibuk dengan handphonenya. "Abang nggak makan?"

Gerald yang duduk dihadapan Queenza mendongak. Ia tersenyum kecil. "Nggak, Queen. Abang nggak lapar. Oh iya, ini sate pesanan kamu." Gerald menyodorkan plastik berisi bungkusan sate pada Queenza.

"Yeayy! Makasih, Abang." Ujar Queenza tulus.

Setelah selesai makan, Queenza membawa piring bekas makanannya ke wastafel hendak menyucinya. Tiba-tiba sebuah tangan besar hinggap mengambil alih piring yang Queenza pegang. Queenza menoleh, "Abang?"

"Biar Abang yang cuci, ya. Kamu tunggu di sofa aja sana." Kata Gerald dan mulai kembali mencuci piring.

"Tapi, kan, Queen yang makan. Biar Queen yang cuci aja, Bang. Abang istirahat aja."

"Nggak usah, Queen. Abang nggak capek." Tolak Gerald secara halus.

Queenza cemberut. Ia merasa tak adil. Padahal Gerald sudah bersusah payah memasakkan makanan yang lezat untuknya, dan kini Gerald harus mencuci piring bekas Queenza makan. Queenza tak mau itu. "Tapi Abang---" Baru saja ingin membantah, tatapan lembut dan senyuman penuh meyakinkan membuat Queenza terdiam dan langsung menuruti perkataan Abangnya.

Beberapa saat menunggu Gerald di sofa, akhirnya langkah kaki membuat Queenza menolehkan pandangan.

Gerald duduk disampingnya seraya menyandarkan punggung pada sofa. Gerald melirik Queenza yang tengah menatap ke suatu benda di pangkuan gadis itu. "Itu apa, Queen?" tanya Gerald melihat sesuatu di genggaman Queenza.

Queenza yang menyadarinya langsung saja menyerahkan benda itu pada Gerald. "Ah, ini untuk Abang." Tutur Queenza.

Gerald menerimanya. "Puding?"

Queenza mengangguk dengan semangat. "Sebenarnya tadi Queen lagi buatin puding strawberry untuk Abang. Queen nggak tau rasanya enak atau nggak. Tapi semoga aja rasanya pas di lidah Abang." Jelas Queenza penuh harap.

Mendengarnya, membuat jantung Gerald diam-diam berdetak senang. Ada perasaan istimewa saat mengetahui Queenza susah payah membuatkannya puding. Gerald tersenyum dan mengacak lembut rambut Queenza. Gerald mulai menyiapkan puding ke mulutnya.

Saat melihat tak ada perubahan ekspresi di wajah Gerald, membuat Queenza meringis pelan. "Duh, nggak enak, ya... Kalo nggak enak, nggak usah dimakan, Bang."

Gerald menatap Queenza datar. "Siapa bilang nggak enak?" tanya Gerald membuat Queenza terdiam.

"Eh?"

"Kamu itu nggak boleh pesimis, Queen. Belum tentu yang kamu anggap buruk itu benar-benar buruk." Ungkap Gerald dan mulai menyuapkan kembali pudingnya.

"Jadi..."

Gerald menatap Queenza dengan senyuman. "Enak, kok. Mau coba?" tawar Gerald.

Saat itu juga Queenza bersorak senang. Ia senang mengetahui puding buatannya ternyata pas dengan selera Gerald. Queenza menatap Gerald penuh binar. "Berarti boleh, kan, Queen pergi dengan Kak Aciel besok??" tanya Queenza dengan tatapan penuh harap. Membuat Gerald yang tiba-tiba mendengarnya kebingungan.

"Hah?"


✿ ✿ ✿

To be continued

Queen's Life GuardWhere stories live. Discover now