Semua Serba Baru

2.3K 200 4
                                    

Cakra mengajak ibunya masuk kedalam. Menjelaskan secara ringkas tentang Dyah Putri Tribuana dan tujuan Cakra membawa Tribuana  pulang kerumah.
Ibu Cakra tampak lebih khawatir sekarang.

"Apa sebaiknya kita antar kekantor Polisi saja Cakra, biar nanti polisi yang bantu menemukan tempat tinggalnya?" Usul Mama Cakra.
"Jangan sampai nanti kamu malah yang dituduh menculik anak orang" lanjut Mama Cakra khawatir.

"Kita pikir nanti, yang penting dia bisa istirahat dulu" ujar Cakra.

"Tapi sepertinya dia baik baik saja? tidak tampak seperti orang kesurupan atau apa?"

"Itu dia Ma. Cakra juga heran, tapi dia begitu ngotot bahwa dia berasal dari Kerajaan Majapahit. Lihat juga tuh pakaiannya, seperti pakaian orang jaman dulu di film Angling Darma?" kata Cakra.

Mama Cakra manggut manggut. Menimbang nimbang dan memutuskan.

"Kamu kelihatannya bersemangat sekali menolong gadis itu.... memang sih cantiknya ga ketulungan ....

"Ma... ini murni demi kemanusiaan " potong Cakra.
Namun Cakra tampak salah tingkah.
Mama Cakra mencibir.

"Baiklah!. Terserah kamu, mama mau ke toko dulu, mana kunci mobil?."

"Gak naik Ojol ma?."

"Ga! makanya mama nunggu kamu pulang?."

***

Cakra kembali keluar, menemui Tribuana yang termangu diruang tamu. Menatap Potret yang tergantung. Mengagumi lukisan yang begitu detail dan rapi.
Tersenyum ketika melihat Cakra dari dalam.
Cakra Duduk dihadapan Tibuana, menatap Tribuana dengan perasaan lega setelah mendapat persetujuan ibunya.

"Mbak Putri untuk sementara tinggal disini, jika tidak keberatan."

"Apa tidak merepotkan? tidak apa apa jika aku kembali kehutan tadi. Aku hanya ingin tau tentang kebenaran yang kamu sampaikan tadi jika Majapahit sudah tidak ada" jawab Dyah Tribuana Tunggadewi mantap.

Cakra menghela nafas.  Resah!.  Sepertinya ucapan Putri Tribuana mantap tidak ada keraguan.

"Oh ya, panggil saja aku Putri, rasanya aneh ada kata mbak" sambung Tribuana.

Tidak beberapa lama Mama Cakra keluar sambil membawa minuman dan stoples kacang goreng.

"Diminum nak Putri" kata Mama menyilahkan setelah menaruh minuman dingin itu dimeja.
Tribuana menatap heran gelas bening didepanya.

"Ini kaca?" gumamnya setengah bertanya.

Mama Cakra menatap Putri Tribuana heran.
Cakra menatap mamanya sambil dengan pandangan yang seolah olah bilang.

tuh kan bener yang saya bilang?

Merasa diperhatikan Tribuana tersenyum malu.

"Mmmm.... ditempat saya tidak ada yang seperti ini"  Tribuana menjawab keheranan mama Cakra.

Mama Cakra memutar bola matanya, Sepertinya dia nanti juga sama bingungnya dengan gadis didepanya itu jika tidak cepat cepat menyingkir.

"Kalian ngobrol dulu, aku mau ke Toko" pamit mama Cakra. Dia memang agak buru buru karena terlambat. Dua karyawannya pasti sudah menunggu. Soalnya dia yang bawa kunci Toko.
Mama Cakra orangnya cenderung terbuka dan tidak mau ribet.

"Jangan lupa ajak sarapan"

"Ia ma... " jawab Cakra.

Sementara Tribuana mengangguk sambil tersenyum.

"Ibu kamu baik ya?" kata Tribuana setelah ibunya Cakra keluar.
Cakra mengangguk setuju.

"Diminum Putri" Cakra minum seteguk jus orange.

Tribuana mengawasi dengan teliti cara Cakra minum. Dia tidak mau bertindak konyol dengan melakuan hal hal yang membuat tuan rumah bingung lagi.
Kemudian dia mengikuti cara Cakra minum.
Namun tetap saja dia agak kaget ketika merasakan manis asem dinginya Jus Orange. ini minuman terenak yang pernah dia minum.

Ternyata cara minumnya sama dengan di Majapahit, cuman wadahnya berbeda.
Rasanya juga enak banget

"Ngomong ngomong jika tidak ada gelas terus bagaimana cara kalian minum" tanya Cakra mulai menyelidik.

"Gelas?". Tanya Tribuana balik.

"Mmm... ini." Cakra sambil mengangkat gelas.

"Oh... kami menyebutnya cawan" jawab Tribuana.

"Terbuat dari tembikar" lanjut Putri Tribuana.

Kepala Cakra manggut manggut. Tapi hatinya geleng gelang.
Ada hal yang lebih mendesak yang ingin diketahui Cakra, yaitu identitas asli Tribuana.

"Putri, mungkin aku bisa menolong kamu, Sepertinya kamu lupa semuanya kecuali nama kamu. Tapi apa kamu ingat bagaimana kamu bisa berdiri di pinggir jalan di tengah hutan sendirian?."

Tribuana mendesah frustasi. Sepertinya segala tingkah anehnya dan sikap keingintahuanya setiap melihat hal baru di maknai Cakra sebagai lupa ingatan.

"Kamu masih belum percaya bukan jika aku berasal dari Kerajaan Majapahit?" Tebak Tribuana.

"karena Majapahit saat ini memang sudah tidak ada" jawab Cakra tegas.

"kalau begitu, ceritakan padaku bagaimana kerajaan Majapahit bisa tidak ada?" tuntut Tribuana.

"Mmmm.... Cakra jadi bingung. Dia tidak begitu hapal sejarah. Jadi dia tidak tau harus mulai darimana. Yang dia tau hanya Raja Majapahit yang termashur yaitu Hayam Wuruk dan Patih Gajahmada. Selebihnya dia tidak tau.

"Aku tidak begitu tahu sejarah, tapi aku tahu dulu Indonesia tidak ada, yang ada Adalah kerajaan kerajaan kecil, dan yang paling besar adalah Majapahit" jawab Cakra asal. Tapi dia yakin Indonesia dulu memang bagian Majapahit.

"Indonesia?" tanya Tribuana heran. Dia tidak tau nama itu.

"Jadi tempat ini masuk wilayah Kerajaan Indonesia" tebak Tribuana.

"Eh, anu... bukan, ini memang Indonesia, tapi bukan Kerajaan, kami menyebutnya Republik" Cakra menyamarkan tawanya dengan pura pura terbatuk.
Lucu juga mendengar nama Kerajaan Indonesia.

"Seingatku pas jaman sekolah Kerajaan Majapahit itu berdiri sekitar 600 tahun yang lalu"
Tribuana menyembunyikan kekagetannya dalam hati.

600 tahun!! berarti aku terlempar di masa depan yang sangat jauh.. Jagat Dewabatara, bagaimana aku kembali?

Cakra melirik jam tangannya, udah jam Delapan lewat.

Pantesan udah terasa lapar

"Putri sebaiknya kita ngobrolnya sambil Sarapan"

___________________
vote dan komentar nya dong
Lanjut baca part berikutnya ya😁

Dyah Tribuana Tunggadewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang