Keputusan yang Sulit

1.3K 131 4
                                    

Cakra bingung bagaimana caranya menyelamatkan pamannya dari kematian yang sebentar lagi menghampirinya.
Jika dia langsung menampakkan diri, pasti pamannya dan teman temanya langsung mengenalinya.
Sebaliknya, dia takut Putri belum pernah bertemu dengannya dimasa depan. Jika Putri belum pernah bertemu dengannya, sudah pasti urusan menjadi runyam. Dia dianggap sebagai bagian dari komplotan Senopati Ranggalawe yang hendak memberontak. Walaupun sebenarnya Cakra memang bagian dari pasukan Senopati Ranggalawe. Namun Cakra tidak tahu menahu rencana sang paman untuk menggulingkan Raja Jayanegara.
Sepertinya Putri benar-benar menetapkan hukuman mati untuk sang paman.
Jika dia langsung menampakkan diri dan dikenali pamannya sedangkan Putri tidak mengenalnya, sudah pasti Cakra akan ikut menerima hukuman mati dari Putri.

Jauh jauh datang dari masa depan. Bertahun-tahun belajar keras demi bertemu Putri. Setelah bertemu dia harus mati ditangan Putri?!.
Oh no! Tidak semudah itu ferguso!.
Dia sudah pernah mati dalam pelukan Putri, dan kali ini harus mati ditangan Putri? .
tidak!. Bukan ending yang bagus!.

Cakra meraih buntalan kain yang dia bawa. Merobek selebar kain untuk menutup sebagian mukanya. Melesat menghadang serangan Putri yang nyaris memenggal kepala Pamannya tanpa ada yang berani mencegah.
Yang Cakra lakukan hanyalah mengerahkan tenaga dalam tapak geni dengan sedikit kekuatan.

Istilah modern medium power.

Tidak besar tapi cukup untuk membuat sang paman terpental beberapa tombak, supaya ada ruang bagi Cakradara untuk membawa Putri kabur.
Sedangkan tangan kirinya memegang pergelangan tangan Putri yang memegang pedang. Memberikan totokan pada tangan Putri supaya tangan Putri tidak bergerak.
Semua terkejut!. Dengan menambah sedikit kekuatan Tapak geni, Cakra menghentakkan telapak tangan kebumi. Hasilnya semua orang yang disana terpental.
Cakra segera menyambar tubuh Putri, memberikan empat totokan dijalan darah Putri. Putri merasa tubuhnya kesemutan ketika darah berjalan melambat. Yang semula hanya tangannya yang kaku dengan pedang masih teracung. Kini seluruh tubuhnya ikut menjadi kaku tidak bisa bergerak. Dalam gendongan pria misterius yang terus melesat kearah selatan.

***

Ranggalawe terkejut bukan kepalang dengan penyerang yang datang. Kejadiannya begitu cepat. Hentakan angin panas membuat dirinya yang terpental jatuh terguling-guling. Sementara anak buahnya dan Ranggawuni yang tidak kalah terkejutnya belum sempat melakukan penyerangan sudah lebih dulu dibuat terpental secara berjama'ah lewat pantulan angin yang sepertinya muncul tiba-tiba dari dalam tanah.
Tidak cukup kuat untuk membuat mereka terluka, tapi cukup untuk memberi waktu bagi si penyerang untuk melarikan diri dan membawa kabur Tuan Putri.

Ini lebih mencemaskan.

"Cepat kita harus menyelamatkan Tuan Putri!! teriak Ranggawuni panik. Mungkin dia yang paling sakti diantara Ranggalawe dan ke-tiga bawahannya, namun dia juga yang paling tua. Jadi untuk mengejar Cakra dia tetap tidak bisa menyusul meskipun dia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya.

"Kita berpencar!" seru Ranggalawe. Langsung meloncat dari pohon kepohon.

Tapi nihil. Si penyerang hilang tanpa jejak.

"Gusti Senopati!" terdengar teriakan Raden Samba.

Dengan cepat Ranggalawe melesat kearah datangnya suara Raden Samba.
Raden Samba berdiri disamping kuda Cakra yang tertinggal.

"Lihat kuda ini Gusti" kata Samba.

Mata Senopati Ranggalawe menatap lebar kuda tersebut. Terkejut, jelas dia mengenal kuda itu.

"Cakra!" kata Ranggalawe pada dirinya sendiri.

Tidak lama kemudian bayangan Ranggawuni melesat dan berdiri disamping Ranggalawe.
Ditangannya menenteng buntalan kain yang sudah robek. Matanya menatap nanar penuh amarah kepada Ranggalawe. Dua orang bernama depan Rangga itu saling tatap. Tapi Ranggalawe segera menunduk ketika melihat sorot amarah dimata Ranggawuni.

Dan....

"Plak!" tamparan keras Ranggawuni terasa panas di pipi Ranggalawe.

"Lihat hasil perbuatanmu!"
"Ampun Bibi Panglima, saya mengaku salah" dihadapan Ranggawuni, Ranggalawe seperti seorang anak kecil yang ketakutan melihat ibunya yang memegang gagang sapu.

"Sepertinya saya tahu siapa yang membawa Tuan Putri, dan saya yakin Tuan Putri baik baik saja" kata Ranggalawe menenangkan diri.
"Maksudmu!" Tanya Ranggawuni masih dengan amarah membara.

"Kuda ini milik keponakan saya, dia anak adik saya, Bibi Panglima mungkin masih ingat Adik Rangga Wisesa?. Yang bersama Tuan Putri pasti Cakradara, salah satu Prajurit saya sekaligus kemenakan saya. Dia anak Rangga Wisesa, dia membawa kabur Tuan Putri sepertinya bertujuan hanya untuk menyelamatkan saya. Terbukti dia menyerang dengan kekuatan yang tidak mematikan hanya untuk mengalihkan" ujar Senopati Ranggalawe panjang lebar.
Mendengar penjelasan Ranggalawe, Ranggawuni menarik nafas lega. Tapi tetap marah.

"Sepertinya dia murid kakang begawan seda, karena dia tadi menyerang kita dengan Ajian Tapak Geni?" Ranggawuni menerka.
Soalnya Ranggawuni tau, hanya begawan seda saja yang mempunyai ajian sakti tersebut. Begawan seda sendiri kakak seperguruan Arya Wiguna suami Ranggawuni.

"Apa ini pakaian keponakanmu itu?" Tanya Ranggawuni.
Meskipun merasa lega jelas dia masih marah.

Ranggalawe menerima buntalan pakaian tersebut dan mengenali beberapa lembar baju Cakra yang terlipat didalamnya.

"Iya benar, ini bajunya Cakradara" kali ini Ranggalawe benar benar lega.
Dia yakin Tuan Putri aman sekarang.

"Bibi panglima apa yang harus saya lakukan?" Ranggalawe meminta saran.

"Kembalilah ke Istana Trowulan!. Jangan lakukan apapun sebelum Tuan Putri kembali, dan jika terjadi apa apa terhadap Tuan Putri, aku sendiri yang akan menghabisimu!. Akan aku kuliti kamu hidup hidup kepotong potong setiap anggota tubuhmu ancam panglima Ranggawuni serius.

"Saya bertanggung jawab penuh atas kesalahan saya" aku Ranggalawe.
"Saya mohon diri bibi Panglima"

"Kalau kemenakanmu tidak bermaksud jahat pasti dia akan menemui ku" ujar Ranggawuni.
Kemudian Ranggalawe dan ke-tiga prajuritnya memacu Kudanya kembali ke Istana.

**************
Vote share komen mas mbak yang kece... Biar semangat updatenya 😁

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now