Are you Crazy Baby?

1.5K 121 3
                                    

Bagi Cempaka ini seperti mengulang masa lalu.
Saat ini siapa yang bisa jadi pegangan?. Jika pegangan satu satunya malah menjadikan hidupnya nelangsa?. Dikucilkan para Dayang dan dimusuhi Putri kerajaan!. Bukan main!. Dimusuhi seorang anak Raja Lo. Putri tercantik kerajaan Majapahit! Panglima Tertinggi Majapahit!. Membawahi 600 000 Prajurit Istana Trowulan dan ratusan ribu Prajurit Istana sekadipaten Majapahit!.
Dan Cempaka hanya seorang Dayang.
Benar benar receh.
Dalam hati Cempaka menyesal kenapa dulu harus ditolong Raden Cakra, dirudung anak anak Dayang lain gapapalah dari pada dirudung anak Raja.

Tapi Cinta tidak mengenal kasta. Cemburu juga tidak mengenal kasta.
Dia mencintai Cakra bukan karena kasta.
Dan Putri cemburu juga bukan karena kasta.
Ya sudahlah terima nasib saja.

Pagi itu Cempaka mengawalinya dengan hati gundah gulana. Cempaka mau tidak mau harus ketaman sayuran. Biasanya Raden Cakra dan Gusti Putri menghabiskan pagi ditaman.  Berharap banget tidak ada Putri disana.
Dan syukurlah tidak ada siapa siapa disana.
Cempaka cepat cepat memetik dedaunan sayuran dan memasukkan_nya ke keranjang kecil.

"Cempaka" ! sebentuk suara memanggilnya.

Deg....!!

Jantung Cempaka mencolos.
Segera berbalik menoleh.
Cepat cepat menjatuhkan keranjang sayuran, atau tepatnya terjatuh.
Segera menghaturkan sembah. Menekuk lutut Dan ketakutan.

"Ampun beribu ampun Tuan Putri, saya tidak tau kedatangan Tuan Putri"
Tribuana tersenyum.

"Bangunlah Cempaka, aku hanya kebetulan kesini".
Putri berkata tenang.

"Saya Tuan Putri" Cempaka kemudian bangkit berdiri setelah kembali menyembah hormat.

"Maafkan sikapku kemarin Cempaka, aku harap kamu tidak sakit hati padaku".

Ini benar benar diluar dugaan Cempaka.

"Tuan Putri saya yang minta maaf"...

"tidak! aku yang salah" potong Tribuana. Ucapan putri seperti final dan tidak boleh dibantah. Cempaka tidak berani bersuara.

"Bolehkah aku membantumu Cempaka?"
Putri meraih keranjang.

"Tuan Putri, kalau sampai Raden Cakra tau saya nanti dihukum"

"Siapa yang berani menghukum temanku? Sini biar aku tenggelamkan di sungai Brantas"  Tribuana mencoba bercanda, mencairkan suasana.

"Oh ya, sekarang kamu temanku! Tidak boleh menolak!"  Tribuana tersenyum jahil.

"Kehormatan besar bagi saya Tuan Putri, hamba senang sekali" Cempaka bernafas lega.

"Teman Raden Cakra adalah temanku juga Cempaka, ketika aku menikah nanti kamu akan menerima undangan ku, sebagai teman, bukan sebagai Dayang".

Apakah semua orang heran dengan sikap Tribuana?. Ya iyalah. Meskipun kecerdasannya sedikit berkurang jika berhadapan dengan Cakra, tapi kecerdasannya sama sekali tidak berkurang jika bersama orang lain. Jika Putri seorang penjahat dia bisa jadi orang licik seliciknya jika mau. Untunglah dia bukan penjahat. Putri adalah Panglima muda yang cerdas dan welas asih. Tidak adil rasanya memusuhi Cempaka. Jika dia memusuhi Cempaka itu berarti dia harus memusuhi banyak wanita, karena banyak anak gadis yang menyukai Cakra.

Lalu kenapa Tribuana menganggap teman Cempaka? Bahkan berniat mengundang Cempaka dipernikahanya? Apa tidak terlalu berlebihan basa basi Putri?.
Tidak gaes, Putri tidak basa basi. Terus apa yang membuat semua ini berubah?  Semua karena Gajahmada!. Ya, untuk orang dengan ketajaman perasaan seperti Tribuana, dapat dengan mudah dia melihat bagaimana Gajahmada terpesona dengan Cempaka. Tatapan Gajahmada menyorotkan cinta.
Putri yakin dengan perasaan tajamnya itu.
Dijaman modern itu disebut instiusi. Sebuah perasaan yang halus tapi cenderung benar.
Putri mengakui , ketajaman perasaanya sempat  hilang dua kali.
Pertama waktu cipokan dengan Cakra didapur sampai ketahuan Ana.  Kedua cipokan dengan Cakra di hutan dan ketahuan gurunya.

Kenapa juga hilang ketajamannya pas pada momen momen "penting" gitu sih?.

Dan Putri punya rencana.

**********
Dari kejauhan, Cakra bimbang ragu dan sangat khawatir ketika melihat Tribuana dengan Cempaka ditaman sayur. Benar benar sangat menghawatirkan.
Mau mendekat takut mengeruhkan suasana, tidak mendekat bisa bisa mereka saling Jambak. Walaupun rasanya gak mungkin Cempaka berani menjambak Putri. Bisa bisa dibales dijambak sampai putus kepalanya sama Putri.
Tapi kok sepertinya mereka seperti ngobrol asik.

Mendekat tidak ....? mendekat tidak....?

"Eh Cakra sini"!
Ketahuan deh sama Putri.

Senyum Putri cerah secerah pagi. Tidak ada jejak kemarahan seperti waktu itu. Seolah putri sudah mengenal Cempaka sebagai teman lama. Seakan lupa bahwa dia seorang Putri istana yang harus bersikap anggun, Putri berlari kecil kearah Cakra yang menatap mereka berdua melongo. Setelah dekat langsung menarik lengan Cakra menuju tempat Cempaka yang berdiri kikuk.

Kira kira ada parit yang dalam ngga dipojokan situ?.
Rasanya Cempaka pengen nyemplung parit aja.

"Sekarang kita sudah berteman Lo" kata Putri setelah berdiri dihadapan Cempaka.

"Benar kan Cempaka?!" Siku putri menyenggol Cempaka.

"Eh... benar Tuan Putri" kata Cempaka gugup.

Cakra memandang dua cewek didepannya heran. Tapi senang juga.

"Tuh kan bener? makanya kamu jangan berpikir yang tidak-tidak antara aku dan Cempaka!" Tukas Putri sambil tersenyum kecil.

Cakra menatap dengan pandangan bertanya?

Are you crazy baby? Bukankah kamu yang berpikir yang tidak tidak antara aku dan Cempaka?"

Ah sudahlah, cewek memang selalu benar sejak jaman Majapahit hingga jaman Indonesia.

Tadi dia emang mikir yang tidak tidak juga sih.
Setidaknya mereka tidak Jambak jambakan.
Sukur lah mereka akur.

"Cempaka kalau gitu kami pergi dulu yaa.....Cakra ayo" Putri menarik manja tangan Cakra diiringi tatapan bengong Cempaka.
Cempaka heran kenapa tuan Putri jadi begitu baik sekali. Sia sia Dia semalaman galau dan takut dengan Tuan Putri.

****

Sementara itu Putri terus menarik Cakra sampai kedalaman rumah. Didalam rumah begitu sepi. Putri menengok kiri kanan. Sedangkan Cakra menatap bingung kekasihnya itu. Putri memojokkan Cakra di sudut ruang. Memberikan kecupan cepat dipipi Cakra. Sebagai tanda dia ingin berdamai dengan Cakra. Kemudian dengan wajah merah menahan malu mengecup bibir Cakra. Bener bener Putri ga ada harga diri dihadapan Cakra. Cakra bengong dan bingung dengan tingkah Putri.

"

Kangen" bisik putri malu malu.

"Bibik mana?!" Lanjut Putri seperti buru buru.
Cakra menggeleng bingung.

"Paman Adipati mana??!" Lagi lagi Cakra menggeleng bingung.

"panglima Gajahmada mana?!" Putri terus bertanya cepat. Nadanya seperti orang yang kebelet pipis.
Cakra tidak tahan lagi.

"Sebenarnya siapa yang kamu cari?!"
"Cepat cari Panglima Gajahmada suruh menemui aku ditaman"! Suara Putri cepat dan mendesak.

"Apa maksudmu Putri?" Ada nada marah dalam suara Cakra. Mungkin cemburu?

"Eh .   maksudku suruh menemui aku dan Cempaka di taman, cepat keburu Cempaka masuk!"
Cakra makin bingung.

"Cepat aku mau menjodohkan mereka" kata Putri sambil siap siap berlari menuju taman sayur.

"What?!!  Are you crazy baby?!!"
suara Cakra keluar tanpa dicegah sangking kagetnya dengan ucapan Putri.
Seketika putri berhenti mendadak dan berbalik kearah Cakra?

*******

Please jika kamu merasa cerita ini menarik vote share dan komen kaka' trims...

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now