Cempaka

1.6K 128 3
                                    

Gadis itu bernama Cempaka.
Manis sih, tapi kalah jauhlah dengan Tribuana.
Pokoknya Cakra udah terlanjur bucin dengan Tribuana.
Meskipun begitu, bukan berarti Cakra tidak berteman dengan beberapa wanita.
Parasnya ganteng, gagah, kaya raya anak Pejabat, rendah hati dan tidak sombong membuat Raden Cakra banyak disukai kaum Hawa.

Tapi ya gimana lagi? godaan para Putri Kadipaten sepertinya tidak bisa membuka pintu hati Raden Cakra. Hati Cakra sudah terlanjur di password oleh Adinda Tribuana Tunggadewi. Hanya Tribuana saja yang tau kunci hati Cakra.
Padahal jika saat ini mereka bertemu belum tentu Tribuana mengenalnya. Apalagi mau sama dia. Karena Tribuana hanya mau diperistri oleh orang yang bisa mengalahkannya. Tapi Cakradhara PeDe saja. Soalnya dia sudah pernah baca di laman wikipedia dan Google jika dialah kelak suami Tribuana.
Ngomong ngomong wikipedia Cakra jadi ingat Laptop kesayangannya.

***

Cempaka adalah sosok gadis mungil teman sepermainan Cakra. Sebenarnya Cakra tidak suka bermain main. La wong cuman cassingnya aja yang seperti anak kecil, tapi otaknya sudah berumur 22 Tahun.
Pertama mengenal Cempaka ketika melihat Cempaka yang hanya anak Dayang Kadipaten. Dia dirudung para anak anak Prajurit dan Dayang Kadipaten yang lebih besar.
Cakradara kecil  prihatin.

Ternyata kebiasaan membuli sudah ada sejak jaman Majapahit

Berdiri dengan gagah Cakradhara membentak anak anak yang menjadi bawahan ayahnya itu. Tentu saja mereka ciut nyali, bukan karena fisik Cakra yang lebih besar. Tapi lebih kepada status Cakra yang seorang Raden.

"Bangunlah gadis cantik, mulai sekarang kamu adalah temanku"  Cakra mengulurkan tangannya.

Wajah Cempaka kecil berbinar.
Dan Cakra tidak menyadari ucapannya kelak akan merepotkannya dimasa depan.

Bangunlah gadis cantik, mulai sekarang kamu adalah temanku"

Ucapan Raden Cakra kecil itu tetap membekas dihati Cempaka hingga dia dewasa.

***

Sejak kepergian Cakra dipadepokan untuk menimba ilmu, Cempaka selalu merindukan Raden Cakra dalam diam.
Dia sadar dirilah, siapa dirinya itu. Hanya seorang anak Dayang yang dia hampir dipastikan akan menjadi Dayang juga.
Akan sangat beruntung jika seorang Dayang bisa diangkat menjadi selir. Karena memang ada beberapa kasus seperti itu. Sebenarnya tidak begitu buruk menjadi selir, karena status selir masih dihormati karena ada beberapa kasus lagi beberapa Dayang malah menjadi Gundik.
Seperti simpanan pejabat jika kamu hidup dimasa
depan.

Yang lebih parah lagi ada beberapa Dayang yang hanya..... ya hanya Dayang. Tidak lebih.
Seperti ibunya Cempaka, Dayang biasa yang menikah dengan Prajurit biasa dengan fasilitas biasa yang menjalani hidup biasa biasa saja.

Sebenarnya menjadi Dayang istana itu adalah sebuah status yang tinggi juga. Bayangkan jika kamu adalah pembantu Rumah Tangga Presiden, Gubernur atau Bupati?
Apa sudah kamu bayangkan?. Ya seperti itulah pokoknya.

***

Cakra sedang menghirup udara segar di Taman ketika melihatnya.
Dia sedang memetik beberapa  sayuran.
Cempaka sedang asik memilih milih Bayam yang bagus untuk dibuat sayur ketika Cakra mendekat. Sebagai seorang teman, tentu saja Cakra ada rasa rindu dengan beberapa temanya. Termasuk Cempaka. Harap ingat ya, rindu sebagai teman, gak lebih.

"Apa kamu Cempaka?" Tanya Cakra sedikit meyakinkan. Soalnya ternyata Cempaka tumbuh jadi gadis yang cantik juga. Tapi ya tetap aja masih cantikan Tribuana sih.

Yang dipanggil menoleh.

"Raden?!
Ujar Cempaka kaget.

Cakra tersenyum.
"Ternyata memang kamu.... aku pangling lo."

Sebenarnya Cakra ingin bilang.
Cempaka kamu cantik ya sekarang?

Tapi Cakra takut nanti pujiannya disalah artikan Cempaka. Bukanya Cakra meremehkan Cempaka, namun hati Cakra sudah terlanjur dikunci oleh Tribuana tersayang.
Lagian jika Tribuana tau dia memuji wanita lain dengan kata cantik,  bisa bisa dia bisa ditenggelamkan Tribuana jika sampai ketahuan.
Karena menurut kitab asmara bab 8 nomer 5 berbunyi :
Pantang bagi seorang laki laki bilang wanita lain cantik didepan kekasihnya atau istrinya. Baik itu bercanda maupun serius.

walaupun saat ini Tribuana belum mengenalnya tapi tetap saja hati kecilnya menolak untuk tidak setia.

Cempaka menoleh. Tersenyum sumringah demi melihat junjunganya.
Membungkuk hormat.

"Raden? kapan Raden kembali?"

Cakra tersenyum.
"Aku pikir kamu pangling lo sama aku?."

"Tentu saja saya pangling Raden. Tapi saya tau hanya Raden yang mau perduli dengan saya, jadi saya selalu mengingat ingat Raden selama pergi.  Jadi begitu Raden datang saya langsung kenal."

Bagaimanapun Cakra agak kikuk mendengarkan ucapan Cempaka. Seolah-olah Cempaka baru saja mengatakan:

Aku selalu merindukanmu Raden.

"Bagaimana kabar teman-teman Cempaka?."

"Ada yang sudah menikah Raden, ada juga yang masih belajar dibeberapa perguruan dan dipadepokan."

"Kamu sendiri apa sudah menikah?."
Cempaka memerah wajahnya mendengar pertanyaan Raden Cakra.

"Belum Raden" jawab Cempaka. Ada sedikit kerinduan dan harapan dalam hatinya, namun dengan cepat dia memadamkan rasa itu.

Cempaka kamu harus sadar diri!!

suara hatinya berteriak nyaring.

"Raden kapan pulang?."

"Kemaren siang. Kamu sekarang jadi Dayang Cempaka?."

"Iya Raden"

"Raden, kalau boleh saya undur diri, ini sudah ditunggu simbok didapur."
Cakra mengangguk. Melihat guratan aneh di wajah teman kecilnya itu.

"silahkan Cempaka, .... oh ya Cempaka, jangan sungkan sungkan, kamu masih temanku. Jika ada yang menganggu kamu bilang sama aku. Aku bikin buntung tanganya" Cakra sedikit bercanda. Ngeri sih candanya.

Cempaka tersenyum sumringah.

"Terimakasih banyak Raden, kulo permisi."

***

Please vote komen share and follow kk...tankiyu ..

Dyah Tribuana Tunggadewi Kde žijí příběhy. Začni objevovat