Dayang vs Putri

1.2K 111 7
                                    

Ada yang menggangu pikiran Tribuana.
Dayang itu!.
Iya! Dayang itu.
Dayang yang mengenakan baju merah itu.
Ketika sedang makan, beberapa Dayang hilir mudik melayani mereka.
Umumnya dayang akan bertindak hati hati dengan setiap gerakan dalam menyajikan makanan dan minuman. Sebagai seorang abdi dalem, tata Krama dalam menyajikan makanan dan minuman itu jauh lebih utama daripada yang lainnya. Untuk itu salah satu sarat untuk bisa menjadi abdi yang khusus menyajikan makanan anggota kerajaan itu ada ujian khusus. Semacam kursus dan tes tersendiri. Bukan sekedar dayang biasa.
Namun jelas dayang yang ini agak lain dalam pandangan putri.
Dayang tersebut tampak bersikap lebih normal kepada Cakra. Meskipun tetap terlihat hormat, namun berbeda dengan dayang lainnya. Yang lebih gawat, dayang ini juga masih muda, seumuran putri.
Ketika yang lainya menunduk penuh hormat, Dayang itu masih sempat menatap junjungannya.
Walaupun cuman kurang dari sedetik segera menunduk.
Bukan masalah menatap yang menjadi ganjalan dihati Putri. Namun tatapan yang cuman sekilas itu jelas bukan tatapan biasa.
Insting seorang cewek ternyata cukup tajam menyangkut cowoknya. Apalagi bagi seorang Putri yang memiliki insting kuat plus rasa cemburu untuk pertama kalinya. Rasanya hawanya aga panas diruang makan.

Makan bersama keluarga besar Cakra tentu saja Putri harus menjaga sikap. Tapi Putri bertekad akan mencari tau ada apa?.
Siapa dayang lancang dan kurang ajar itu?. Dayang berani menatap pujaan hatinya, Cakra.
Sepertinya perang segera dimulai.
Nasib cempaka di ujung tanduk.

***
Selepas makan bersama, Cakra bisa merasakan sesuatu. Ada perubahandalam sikap Putri.
Cakra agak heran dengan sikap Putri, ini sudah hari kedua. Setelah selesai sarapan dihari pertama, sikap Putri aga sedikit aneh. Marah sih tidak, cuman seperti ada yang disembunyikan.

Bahkan Cakra terkejut ketika tadi pagi tidak mendapati Putri ditaman atau ditempat lainya.
Yang lebih mengagetkan adalah putri berada di dapur.

Apa yang akan dia lakukan? Dia kan Putri Istana raja?
Tidak elok seorang Putri Raja masuk dapur, itu sedikit pamali.
Batin Cakra.

"Putri apa yang kamu lakukan disini?" Apa kamu mau membuat para dayang kerepotan". Tanya Cakra keheranan.

Jelas terlihat para Dayang kikuk. Dengan adanya tuan Putri bukan sembarang Tuan Putri, namun ini adalah putri tertinggi di Kerajaan Majapahit. Sebenarnya ini adalah kehormatan tertinggi dan anugrah tak terlukiskan seumur hidup para dayang didapur itu. Namun kali ini adanya putri di dapur membawa suasana lain. Seperti membawa malaikat pembawa maut. Mereka semua gemetar.
Sementara Sekar Arum sepertinya masih dikamar.

"Aku hanya ingin berbincang dengan Dayang" Jawab Putri. Bergelayut manja pada lengan cakra.
Matanya melirik Tiga dayang yang pura pura sibuk tapi asli pada nguping. Bukan kepada tiga Dayang sebenarnya, tapi pada seorang Dayang!

Pesan Tribuana jelas!.

Cakra milikku seorang! Jangan coba coba menggodanya!.

Kira kira begitu ucapan Tribuana.
Putri sedang menyimpan sesuatu.

Ada apa dengan Putri?

"Cakra ada yang ingin aku tanyakan, ayo" dengan senyum lembut Putri menarik Cakra keluar dari dapur yang luas itu.
Di iringi tatapan lega para Dayang. Putri Raja itu pintar sekali mengubah mimik muka dari mengerikan menjadi begitu lembut dan manis.

Setelah diluar Putri berhenti. Tangannya menyentak cakra. Menatap sengit kekasihnya itu.

"Dari semua dayang istana, kenapa kamu hanya mengenal Cempaka?!".

Deg!

Cakra terkejut.

"Da..darimana kamu tau?.."

"Hah"!
Putri berkata ketus. Langsung melengos masuk kamar.
Selanjutnya Cakra merasa de Javu. Tiba tiba dia ingat Malika. Sikedelai hitam. Temanya dimasa depan.

Kalau lagi mesra, Tribuana layaknya kucing Persia yang manja.
Tapi kalau lagi cemburu layaknya Singa Afrika.

Cakra mencoba mengejar Putri. Tapi Putri segera menutup pintunya dengan kasar. Untung kamar pribadi Adipati dan Sekar Arum jauh terletak di bangunan belakang. Kalo dengar bisa berabe.

Pesan Putri jelas!.
Jangan pernah membuat Putri Majapahit dan Panglima pilih tanding marah. Ribet kan jadinya?.

Sama dengan cinta, cemburu sepertinya juga menghilangkan akal sehat.
Begitu pula Putri.
Tribuana dikamar duduk di ranjang dengan perasaan kesal setengah mati. Dia mengingat percakapannya dengan Cempaka didapur barusan.
Hatinya benar benar terbakar cemburu ketika bertanya kepada para Dayang siapa yang kenal paling dekat dengan Cakra. Kebetulan yang ditanya Cempaka langsung. Bukan kebetulan tapi memang Putri sengaja bertanya kepada Cempaka.

"Dayang! ....._meski Putri merendahkan suaranya tapi jelas mengintimidasi.
"Raden Cakra adalah kekasihku". Kata Putri blak blakan. Tanpa ragu tanpa malu.
"Aku tidak ingin menghukum kalian. Jadi jangan coba coba membuatku kesal".

"Ampun Tuan Putri kami tidak berani"

"Dayang? siapa nama kamu?". Meski suara Putri halus tapi justru bikin merinding.

"Cempaka Tuan Putri" Cempaka gentar.

"Seberapa dekat kamu dengan Raden Cakra?."

"Teman kecil hamba Tuan Putri" jawab Cempaka jujur. Kalo harus mati ya mati aja dah. Batin Cempa pasrah. Jujur dia patah hati.

"Teman kecil?" Tanya Tribuana menekan.

"Ampun Tuan Putri, benar."

Cakra!! Awas kamu!!.
Batin Tribuana.

waktu pertama kali bertemu dihutan, Cakra bilang bahwa dia lahir dengan ingatan usia dewasa. Tapi kenapa dia harus repot repot berurusan dengan gadis kecil Cempaka?.

"Oh, jadi mau main hati ceritanya?!. Apa belum tau dia berurusan dengan siapa?.
Apa mau aku tenggelamkan di sungai Brantas?!. Kalau perlu berdua sekalian dengan dayang itu?!."

Pikiran Putri puas membayangkan Menenggelamkan Cakra dan Cempaka.

"Tok tok tok.... " pintu di ketok.
"Putri... ?" Panggil Cakra.

"Pergi kamu bocah tengik"!  sahut Tribuana dari dalam. Tidak cukup keras. Tentu saja Tribuana sadar ini bukan rumahnya.

Ternyata benar kata istilah. Guru kencing berlari murid kencing berdiri. Kira kira seperti itu istilahnya. Ini hanya istilah Lo, jangan bayangkan Putri yang aneh aneh. Ranggawuni kan suka panggil bocah tengik ke Cakra.

"Putri? kenapa kamu marah ga jelas? malu didengar dayang" kata Cakra.

"Biarin!" gerutu Tribuana.

"Cakra? ada apa berdiri didepan kamar Tuan Putri?" terdengar suara Ibunda Sekar Arum.

Mendengar suara calon mertua diluar kamar, Buru buru Tribuana pasang wajah sedih, melangkah keluar membuka pintu.

"Bibi?" sapa Tribuana sok dramatis. Terlihat begitu sedih. Melirik sinis Cakra.

"Tuan Putri? ada apa? apa yang dilakukan Cakra? " tanya Sekar Arum kawatir.
Cakra menatap Putri dengan melongo. Aktingnya luar biasa. Pasti ini karena kebanyakan nonton sinetron Raden Kian Santang waktu tinggal dirumahnya di masa depan.

"Masuklah bibi, saya ingin bicara jika bibi Sudi mendengar saya"
Ucap Tribuana. Jelas mencari simpati calon ibu mertuanya tersebut.
Sekar Arum menggandeng Putri masuk ke kamar. Matanya menatap Cakra penuh tanya. Sedangkan Tribuana menatap Cakra puas.
Berharap Cakra kena marah ibunya.

"Huh"!!
mendengus kesal kearah Cakra.

_______________
Halo reader yang Budiman dan pak Diman.... Plislah di vote 😂😂

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now