Romansa Tiga Cinta

1.3K 114 1
                                    

Kembali ke Kota Praja Majapahit Trowulan.

Ranggawuni menatap Ranggalawe puas!.
Sedangkan Ranggalawe terlihat lemas!.
Sementara sang Suami Arya Wiguna menatap Ranggalawe dengan amarah.

"Demi Tuhan!" ... Kata Arya Wiguna.  Tidak boleh ada pemberontakan di Majapahit Lawe!" Matanya menatap tajam Ranggalawe yang langsung ciut nyali.
Seandainya mata Arya Wiguna bisa mengeluarkan sinar laser sudah pasti sinar itu menembus batok kepala Ranggalawe.

Dalam hati, Ranggalawe mangkel dengan Ranggawuni.

Jauh jauh datang ke kota praja hanya untuk mengadukan rencananya kepada Arya Wiguna

"Tapi paman panglima, sesuai arahan bibi Panglima, saya memilih untuk menahan diri. karena rencana berubah. Gusti Putri Dyah gitareja tidak bersedia naik Tahta".

"Kecuali ......

"Kecuali apa?!" Sergah Arya Wiguna.
"Kecuali jika bibi Panglima bersedia membujuk Tuan Putri".
"Tidak dengan pertumpahan darah" Ranggawuni menimpali penuh teka teki.

"Sebenarnya saya sangat mendukung Senopati, tapi apa boleh buat, kita sudah melalui berbagai peperangan yang panjang. Tolong Senopati... urungkan niatmu"  Ranggawuni meminta.
"Selalu ada jalan untuk menaikkan Tahta Tuan Putri. Aku lihat tuan Putri sangat tergila-gila dengan Keponakanmu, aku yakin hanya Cakra yang bisa membujuk Tuan Putri, yang aku takutkan kamu akan memanfaatkan keponakanmu untuk menggulingkan kekuasaan. Untuk itulah aku jauh jauh datang kesini. Mungkin posisimu di istana masih dibawah Gajahmada, namun pengaruhmu jauh lebih besar. Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak nyawa yang melayang sia sia karena rencanamu".

"Baiklah bibi, saya akan menarik semua rencana, karena Tuan Putri juga tidak bersedia naik tahta. Seandainya Tuan Putri ingin menghukumku dengan senang hati saya menerimanya" kata Ranggalawe.

"Tidak Senopati... aku sudah berbicara dengan Tuan Putri. lagian mana berani Tuan Putri menghukum kamu, saat ini Tuan Putri sangat tergila-gila dengan keponakanmu itu.  Keponakanmu adalah kekasihnya, Tuan Putri tidak mungkin berani membuat Cakra sedih apa lagi sampai marah dengan melihat Pamannya sekaligus Senopati dihukum mati" terang Ranggawuni.
"Aku juga sudah memperingatkan Tuan Putri, jika membunuhmu sama saja Tuan Putri menginginkan banjir darah di istana. Sejujurnya, aku senang Tuan Putri menjalin hubungan dengan Cakra, hanya Cakra yang didengar Tuan Putri, seandainya kamu bisa membujuk Cakra untuk mebujuk Tuan Putri menjadi Ratu maka itu sangat bagus. Tapi ingat jangan sampai ada perang saudara lagi". ujar Ranggawuni panjang lebar.

"Baiklah Bibi Panglima,
Terima kasih atas bantuannya bibi" ucap Ranggalawe.
"Sejujurnya kakang Arya, Lawe, saya mempunyai rencana lain. Rencana untuk menaikkan Gusti Putri Gitareja menjadi ratu agung Majapahit?" Ucap Ranggawuni aga memelankan suaranya.
Rencana apa yang kamu maksud wuni?" Arya Wiguna penasaran.
Ranggawuni menarik nafas berat.
"Mungkin ini aga gila kakang, tapi benar yang dikatakan Ranggalawe, Majapahit bisa hancur jika dipimpin raja kalagemet, mungkin sudah saatnya Gusti Putri Dyah Gitareja yang memimpin Majapahit."
"Wuni! Kamu baru saja menyarankan Ranggalawe untuk meletakkan senjata, namun kamu sendiri malah berniat mengangkat senjata?" Tegur Arya Wiguna. Terlihat jelas raut tidak suka diwajah Arya Wiguna.
"Tidak dengan pertumpahan darah kakang" jawab Ranggawuni dingin. Pandangan matanya terlihat keras seolah menerawang jauh sebelum dia menerangkan rencananya.

***
Topik pembicaraan kembali pada hal hal ringan dan ramah tamah.
Setelah semua pembicaraan selesai Ranggalawe mohon diri.

*****
Arya Wiguna menatap istrinya kagum. Ketegasan dan kemampuannya bermusawarah dan mufakat sangat luar biasa. Wibawanya Dimata mantan anak buahnya juga tidak pernah luntur.

"Ada apa kakang? Kenapa kamu terus menatapku?."

"Tidak ada apa apa wuni, aku hanya masih mengagumi caramu menangani anak buahmu. Selalu tegas namun bijak. Waktu terus berlalu, tapi kamu tetap Ranggawuni yang dulu, disegani para bawahamu".

"Iya aku tau, untuk itu kakang mengejar ngejar aku, padahal sudah punya istri cantik jelita" Ranggawuni mendengus.

"Oh, benarkah?... sebaliknya! dulu aku merasa kamu yang cari perhatian terus sama aku?" Arya Wiguna terkekeh mengenang masa lalu.

"Wuni... kamu begitu kesal dan mencela Tuan Putri, tidakkah kamu lihat bagaimana bagaimana kamu dulu?."
Wajah Ranggawuni merah menahan malu.
Ia... dalam hati dia mengakui dulu dia seperti Tribuana. Bahkan mungkin lebih gila.  Jelas- jelas Arya Wiguna sudah beristri. Namun dia tetap mencintai Arya Wiguna.
Masalahnya begitu rumit. Mey Chan pelarian dari negeri China. Terkatung katung dinegerikan orang. Suaminya meninggal karena dibunuh prajurit Mongol. Sendirian di Jawa Dwipa. Seandainya jika tidak ada Arya Wiguna, Mey Chan mungkin sudah diperkasa eh di perkosi diperkaos (nyari bahasa yang nyaman dibaca) para prajurit Mongol.
Tak ada sanak kadang dan asing dinegeri asing, hidup Mey Chan benar benar tergantung penolongnya, lebih lebih dia tidak memiliki Kungfu, semacam Kanuragan kalo istilah Majapahit. Akhirnya ya sudah... daripada ada janda nganggur, dinikahi sekalian Mey Chan oleh Arya Wiguna. Padahal saat itu Ranggawuni muda selaku adik seperguruan dan anak gurunya diam diam juga mencintai Arya Wiguna. Tapi waktu itu Ranggawuni masih terlalu muda.
Tersiksa karena perasaan cinta membuat Ranggawuni melampiaskan dengan tekun berlatih silat. Kemampuan kanuragannya luar biasa hebat. Dia tau  tidak mungkin lagi bisa memiliki Arya Wiguna. Dia berjanji akan memilih menjadi biksuni atau apapun itu suatu saat. Semua laki laki ganteng murid perguruan ayahnya sama sekali tidak ada yang berhasil mencairkan hati Ranggawuni yang beku. Ranggawuni sudah cukup puas hanya bisa menatap Arya Wiguna.
Bahkan ketika Arya Wiguna memutuskan untuk membantu Raden Wijaya kakak seperguruannya membangun Majapahit, Ranggawuni ikut serta.
Dan sejujurnya benih benih cinta itu juga tumbuh di hati Arya Wiguna, hingga akhirnya Arya Wiguna memberanikan diri meminta ijin Mey Chan untuk menikah lagi.
Secara kebetulan juga ketika gurunya sekaligus ayah Ranggawuni meninggal berwasiat kepada Arya Wiguna untuk menikahi anaknya. Karena gurunya juga tau bagaimana tersiksanya Ranggawuni akan cintanya pada Arya Wiguna.
Untunglah Mey Chan berbesar hati mau di madu. Mey Chan sadar karena kebaikan Arya Wiguna dia bisa terselamatkan juga kebaikan orang orang kerajaan yang mengakui kemampuannya dalam pengobatan nya menjadi seorang tabib.

"Ah, sudahlah kakang, semua sudah berlalu. Masalahnya.... baik Yunda Mey Chan dan aku sama sama tidak bisa memberikan kakang keturunan" kata Ranggawuni sedih. Kakang masih terlihat muda, apa kakang tidak ingin mempunyai keturunan?"

Arya Wiguna terkekeh. "Apa kamu ingin mencobanya sekali lagi wuni?" Goda Arya Wiguna.

"Eh..mmmm... Ngomong apa kakang, kita ini sudah tua" Ranggawuni malu terjebak omongannya sendiri.

"Wuni, usia boleh tua, tapi pikiran tidak pernah bisa menua. "Pikiran manusia itu berhenti menua diusia 25 tahun" kata Arya Wiguna. "Apalagi kalau menyangkut yang begituan he he he" Arya Wiguna tertawa kecil.

"Ah sudahlah kakang. Kakang semakin mengacau, saya mau istirahat dikamar Yunda Mey Chan!" kata Ranggawuni langsung melengos pergi. Padahal dia juga punya kamar sendiri.
Arya Wiguna tertawa dan mengikutinya dari belakang.

____________
Vote share komen kakak biar author merasa dihargai..😁

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now