Mau Jadi Pacar?

2.3K 215 10
                                    

Putri Tribuana Tunggadewi bersumpah dia tidak akan menceritakan kepada siapapun betapa memalukanya ketika dia dimeja makan.
Bingung cara menggunakan garpu?.
oke! walapun berbeda, kalau sendok dia masih bisa, tapi jika garpu, dia tidak pernah melihat peralatan makan yamg seperti itu.
Untunglah Cakra sabar menunjukkan hal hal sepele yang perlu dia ketahui.
Belajar cara makan didunia yang baru ini bukanlah sesuatu prestasi yang patut dibanggakan.

Selesai makan Cakra ijin masuk kamar, mengambil Laptop dan Smartphone.
Dimeja makan Putri mengaku dia adalah Putri Kerajaan Majapahit, yang artinya dia adalah Bangsawan.
Ayanya adalah Raja pertama Majapahit yaitu Raden Wijaya. Bosan tinggal di istana, Putri memutuskan berguru kepada salah satu pengikut mendiang ayahnya yaitu Ranggawuni yang memilih mengundurkan diri dari istana setelah Ayahandanya mangkat.
Ranggawuni semasa muda adalah salah satu panglima wanita tangguh Majapahit bersama Arya wiguna yang juga suami Ranggawuni.
Setelah mundur dari keraton, Ranggawuni menyepi dihutan dan hidup damai. Putri sedang bersemedi ketika tiba tiba terbangun di Dunia yang baru ini. Hingga akhirnya ketemu dengan Cakra.

Cakra mendengarkan dengan khidmat sambil mengunyah makanannya.
Mau tidak percaya tapi sepertinya Putri jujur, mau percaya tapi kok kayak tidak masuk diakal.

Apa yang diceritakan Putri mungkin bisa dia cari di Google. Praktis bukan?.

Jadi begitu mereka selesai makan Cakra mengambil Laptop. Sementara itu Putri menunggu di ruang tamu.

Di luar, Putri Tribuana sedang mengagumi lukisan yang menempel Di dinding.
Lagi! mengagumi kehalusan lukisan. Tribuana tau itu lukisan Cakra, Mamanya dan Adiknya yang tadi membukakan pintu.
Sebagai putri Keraton, Tribuana dituntut untuk belajar banyak hal, termasuk seni melukis. Tribuana tidak mengenali bahan apa yang digunakan untuk melukis keluarga Cakra.

Cakra keluar dari dalam sambil menenteng Laptop.
Menatap Tribuana yang mematung didepan Potret Keluarganya.

"Lukisan ini bagus sekali, pasti dibutuhkan waktu lama untuk membuat lukisan sebagus ini!" kata Tribuana sambil menoleh kearah Cakra.

"ehem... mmm.... itu bukan lukisan, tapi Photo " jawab Cakra.
Begitu polosnya Tribuana. Cakra berusaha menyembunyikan senyum.

"Apa itu photo?"

"Gambar yang diambil dengan cepat dengan bantuan sebuah alat, kami menyebutnya kamera" sepertinya Cakra harus ekstra sabar jika berbicara dengan Tribuana atau Putri ini.

"Apakah ini Lukisan Ayahmu dan kakekmu?" Tanya Tribuana.
"Tampak tidak mirip kamu sama sekali" lanjut Tribuana.

"Oh bukan, ini photo pemimpin kami. Namanya Presiden Jokowi dan yang ini wakilnya semacam Patih".
Kali ini Cakra tak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Putri, aku mau mencoba mencari tau siapa kamu. Mungkin teka teki siapa kamu bisa terpecahkan" kata Cakra sambil meletakkan Laptop dimeja.
Cakra memilih mengalihkan pembicaraan daripada Tribuana menanyakan pertanyaan yang aneh aneh.

"Jangan tertawa, tapi aku memang ingin tau benda apa ini"?. Lagi lagi Cakra hanya menyimpan senyum dalam hati.

"ini namanya Laptop, dengan benda ini kita bisa mendapat segala informasi yang kita butuhkan".

"Apa itu info... info..." _ Tribuana kesulitan meneruskan.

"Informasi adalah petunjuk" sambung Cakra. Dalam hati Cakra berjanji untuk menghindari kata kata yang berbau impor dari Inggris biar Putri Maharaja Majapahit yang cantik ini mudeng jika diajak ngomong.

Ketika mereka asik ngobrol Pintu Rumah terbuka. Ana, adik Cakra masuk. Pura pura cuek mau nyelonong kedalam. Tapi matanya melirik kakaknya dengan Tribuana penuh minat.

"Ana Sini kamu!"
Ana mendekat.

"Putri, kenalin ini Ana adikku"

"Hi kak, Saya Ana... " dengan riang Ana menjabat tangan Tribuana.
Tribuana yang sudah berjabat tangan dengan ibu Cakra sudah tidak kaget lagi dengan cara berkenalan di masa saat ini.

"Tribuana, panggil saja aku Putri" jawab Tribuana tersenyum ramah.

"Pacarnya kak Cakra ya?"

"Ana!" tegur Cakra.
Ana cekiki'an.

"Ada acara apa sih kok Pakai pakaian adat" Tanya Ana penasaran. Ana memaknai pakaian Tribuana dengan pakaian adat.
Tribuana tersenyum, tidak tau harus menjawab apa.

"Eh Ana sepertinya Putri mau nginep dirumah kita. Dia tidak punya baju ganti, kamu ada ga? baju yang aga gedean dikit?" sela Cakra.

"Haaaa...seriusan?, nginep sini?, kan belum muhrim? dosa loh!!" Mulut Ana asal nyerocos.

"Ada ga baju kamu? potong Cakra tidak sabar. dia tau mulut adiknya itu lancip. Jika dibiarkan malah kemana mana ngomongnya.

"Ada ada! .....itu yang kemarin kakak kasih pas ulang tahun kegedean semua" Ana cemberut mengingat Dress dan baju baju yang dibelikan kakak dan ibunya kegedean semua. Ana sendiri bertubuh mungil, berusia menginjak 14 belas tahun.
Sedangkan Tribuana 17 tahun menginjak 18 tahun.

Ana menatap Tribuana dengan pandangan kagum.

"Bagus banget sih bodinya?" Ana blak blakan mengagumi bentuk tubuh Tribuana yang ramping.
Sikunya menyenggol Tribuana.
"Kak Putri kok mau sih jadi pacar kakak saya?. Ganteng sih... tapi.... jorok! jarang mandi" ledek Ana.

"Tutup mulutmu, masuk sana! pilihin baju buat kak Putri!!"

Anak melesat ke kamar sambil mengulurkan lidah kearah kakaknya.

"Putri maafkan adikku, mulutnya emang lancip" kata Cakra sedikit malu.

"Adikmu lucu ya?. Ngomong ngomong pacar itu apa?" tanya Putri polos.

"eh...itu..itu bukan apa apa" jawab Cakra gugup.
"Seperti sahabat dekat atau semacam itulah... sambung Cakra sambil menenggak Jus orange untuk menyamarkan gugupnya.
Putri mengangguk mengerti.

"Kamu orang yang sangat baik. Aku mau kok jadi pacar kamu" kata Putri datar.

"Uhuk.... "
Cakra tersedak Jus Orange yang dia minum.

***********************

kalo mas mbak suka cerita ini plisss di vote 😀😀

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now