Pertemuan Rahasia

1.4K 118 3
                                    

Hari ini, Ranggalawe menyambangi kediaman Arya Wiguna. Hal ini dikarenakan panglima bibik Ranggawuni keluar dari hutan pertapaan dan berkunjung ke kota Praja. Ranggalawe tau, kedatangan guru Gusti Putri Dyah gitareja itu bukan cuman mengunjungi suaminya, namun juga ingin bertemu dengan dirinya.
Ranggalawe memang patut cemas menunggu kabar keberadaan Gusti Putri yang dilarikan Cakra. Padahal yang dicemaskan lagi asik pacaran. 🤣🤣.

"Paman Panglima.... Bibi panglima... terimalah hormat saya"
Ranggalawe menyapa sopan Arya Wiguna dan Ranggawuni dengan hormat.

Hari ini secara pribadi Ranggalawe diundang dikediaman Panglima Arya Wiguna.

***
Ini adalah kunjungan pertama Ranggawuni ke Kota Praja.
Sejak dia memilih menyepi di hutan Weling.
Tujuannya selain untuk mengunjungi suaminya dan Yunda Mey Chan( istri tua Arya Wiguna) juga untuk menemui Ranggalawe.
Selain mengabarkan keberadaan Tribuana kepada Ranggalawe.  Ada hal penting  harus dia bahas dengan Senopati Ranggalawe. Dia memang sudah memikirkan masak masak rencana yang akan dia buat bersama Senopati Ranggalawe Demi memuluskan rencana menaikkan tahta Tuan Putri tanpa harus melibatkan tuan Putri. Jadi ini adalah misi yang sangat sangat rahasia. Bahkan tidak ada pasukan yang terlibat.

Saat ini mereka duduk diruang tengah kediaman Arya Wiguna. Duduk disamping kiri kanan Arya Wiguna kedua istrinya Ranggawuni dan Mey Chan.
Mey Chan adalah istri pertama  Arya Wiguna dan Ranggawuni adalah istri kedua.
Terlintas pertanyaan menggelitik dalam hati Ranggalawe. Sedikit bertanya tanya berapa selisih umur istri tua dan muda Panglima Arya Wiguna. Jelas Mey Chan lebih kinclong dan lebih muda dari Ranggawuni.

Ranggawuni mendelik ke arah Ranggalawe, seolah bisa membaca pikiran Ranggalawe. Buru buru Ranggalawe menundukkan wajahnya. Kicep dengan pandangan mata Ranggawuni.

Tidak berapa lama dua orang Mbok mban datang menyuguhkan minuman dan cemilan ringan. Tentu saja makanan khad jaman dulu, berupa singkong rebus dan beberapa bungkus tiwul dan lemper.
Arya Wiguna adalah orang terpandang di kota Praja. Meskipun sudah mundur dari keprajuritan, oleh mendiang Prabu Raden Wijaya sebenarnya dia diserahi jabatan Tumenggung di daerah kerta, namun dengan berat hati dia menolak. Meskipun belum begitu tua, namun Arya Wiguna sudah merasa cukup malang melintang di dunia persilatan dan keprajuritan. Dia hanya ingin hidup tenang jauh dari hiruk pikuk pemerintahan.
Hanya sang istri Mey Chan yang masih mengabdi di istana sebagai Tabib. Mey Chan memang dikenal sebagai tabib yang mumpuni. Kemampuannya meramu tanaman menjadi obat sangat luar biasa. Dia juga yang memperkenalkan pengobatan China di tanah Majapahit.
Jabatannya adalah juru tabib Istana. Kalau jaman modern Direkturnya para Dokter Kepresidenan.

Setelah berbasa-basi basi sebentar Ranggawuni menyampaikan maksud kunjungannya.

Tapi jelas, ini urusan mereka bertiga. Ranggawuni ,Ranggalawe dan suaminya. Untuk Mey Chan keterlibatannya tidak diperlukan atau belum diperlukan.
Maka dengan sopan Ranggawuni berkata kepada madunya, Mey Chan.

"Mohon maaf Yunda.... sekiranya Yunda sudi memberikan waktu kami bertiga untuk membicarakan hal penting soal keprajuritan?".

Meskipun berusia lebih tua, Ranggawuni tetap memanggil Mey Chan dengan panggilan yunda, hal ini dikarenakan Mey Chan adalah istri tua suaminya, dan status Ranggawuni adalah istri muda.

"Oh,.... baiklah, kalau begitu,  aku akan pergi ke istana, ada beberapa tabib muda yang perlu mendapat bimbingan" ujar Mey Chan.
Sepertinya Mey Chan cukup sadar diri,  para "jendral" istana ini sedang membahas sesuatu yang menyangkut rahasia negara. Jadi Mey Chan memilih menghindar dan tidak mau tau urusan seperti ini.

"Terima kasih Yunda...  oh ya,  jangan sampai kedatangan saya dan Ranggalawe diketahui Istana."

"Jangan kawatir Dinda ....saya tidak akan bilang pada siapa siapa. kalau begitu kakang Arya, Dinda, Gusti Senopati, saya undur diri."
Mey Chan beranjak dari ruang pertemuan.

Setelah Mey Chan tidak ada Ranggawuni membuka percakapan.
Ranggawuni menatap Ranggalawe. Jelas Ranggalawe ingin mengatakan sesuatu.

"Kalau kamu ingin bertanya soal kemenakan kamu dan Gusti Putri jangan khawatir, mereka baik baik saja" kata Ranggawuni.
"Hanya saja aku terpaksa mengusir dua orang sinting itu dari Goa, saat ini mereka sedang menuju Tumapel"
Tentu saja ucapan kasar Ranggawuni menganggu Arya sang suami.

"Wuni, jangan bersikap tidak sopan terhadap Gusti Putri, walaupun dia muridmu" tegur sang suami.

"Kakang tidak tau bagaimana rasanya tinggal dengan dua orang yang lagi kasmaran"

Bagaimanapun ucapan Ranggawuni mengusik Ranggalawe yang duduk dihadapan mereka.

"Apa maksud bibi Panglima" tanya Senopati Ranggalawe.

"Sepertinya keponakanmu itu telah mencuri hati Tuan Putri. bahkan Tuan Putri menolak kembali ke istana dan memilih mengikuti Cakra kembali ke Tumapel. walaupun sejujurnya aku senang mereka ke Tumapel supaya aku bisa menemuimu" kata Ranggawuni penuh teka-teki.
Jelas, selain menyampaikan soal keberadaan Tuan Putri, ada hal penting yang ingin disampaikan Ranggawuni kepada Ranggalawe.
Arya Wiguna menoleh pada istrinya itu, demikian juga Ranggalawe, keduanya sama sama menatap ranggawuni penasaran.

"Jadi Cakra dan Tuan Putri sekarang menjadi sepasang kekasih?" Tanya Ranggalawe.

"Benar, dan kamu akan terkejut betapa tergila-gilanya Tuan Putri dengan kemenakanmu itu" ada nada kesal dalam suara Ranggawuni.
Jelas Ranggawuni merasa kesal mengingat kejadian Tempo hari. Dengan alasan ingin berburu kelinci hutan, dia malah memergoki Tuan Putri dan Cakra sedang "beradu mulut di dalam hutan."

Mereka pikir bisa membohongi orang tua. Dasar anak muda jaman sekarang!
Gerutu Ranggawuni dalam hati.

"Wuni, sepertinya ada hal penting yang ingin kamu bicarakan dengan kami" Arya Wisesa mengabaikan kekesalan istri mudanya itu.
Sebenarnya istri muda tapi masih berwajah tua. Berbeda dengan Mey Chan malah lebih terlihat muda.

"Bibi Panglima senang Tuan Putri berada di Tumapel? apa maksud bibi?" timpal Ranggalawe.

Ranggawuni menghela nafas. Seperti berat ingin mengucapkan sesuatu. Memang dia sudah tidak perduli dengan urusan kekuasaan, namun jika untuk urusan rakyat Majapahit apa boleh buat? Demi rakyat yang adil dan makmur Ranggawuni harus menyampaikan ini.

"Senopati?... sejauh mana kamu bertindak dengan rencanamu?!" tanya Ranggawuni langsung pada inti.

Senopati Ranggalawe tertunduk. Berat untuk menjawab.
Arya Wiguna menatap Ranggalawe dan Ranggawuni bergantian. Instingnya yang tajam menangkap ada sesuatu yang terjadi. Tentu saja bukan perselingkuhan, tapi lebih jauh dari itu.

"Ada apa ini Lawe? Wuni?!" tanya Arya Wiguna.

Ranggawuni menoleh, menatap suaminya.
"Sudah saya duga, kakang Arya tidak terlibat dalam rencana Senopati?."
Senopati Ranggalawe makin tertunduk dalam.

"Ini soal penggulingan kekuasaan kakang" kata Ranggawuni. Suaranya rendah, bahkan mungkin dinding ruangan tidak bisa mendengar suara Ranggawuni.
Namun suara yang rendah dan nyaris berbisik tersebut seperti suara gledek ditengah hari bagi Arya Wiguna.

_______________
halo teman2 untuk part ini dan beberapa part mungkin akan mengulas soal politik kekuasaan yah.. jadi sedikit membosankan. Soalnya ini demi Cakra dan Tribuana supaya bisa bersatu 😁😁

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now