Gusti Ayu Sekar Arum

1.5K 141 2
                                    

Suatu malam dibilik Pribadi Kediaman Adipati Rangga wisesa.

Sang Adipati memperhatikan Sang Istri yang merapikan kembali pakainya. Bertanya tanya dalam hati berapa lama bercak bercak merah yang banyak tercetak di tubuh sang istri itu akan menghilang. Terutama di sekitar leher dada dan bahkan punggung.

Merasa diperhatikan Sekar Arum menatap masam suaminya.

"Kenapa Kanda Adipati? tidak ikhlas saya suruh ngerokin?!."

"Eh .... Tentu saja ikhlas Dinda. Cuma Dinda tau sendiri, Kanda tidak bisa kerokan jadi hasilnya malah bercak bercak tidak rata" Jawab Sang suami gugup.

Meskipun statusnya adalah suami, sekaligus Adipati jabatan tertinggi disebuah kabupaten, namun tetap saja Istrinya adalah sepupu jauh dari Prabu Raden wijaya. Secara status kasta dia masih dibawah sang Istri.

Ternyata suami takut istri sudah ada sejak jaman Majapahit.

"Tidak apa apa kanda, ini sudah malam, rasanya kasihan jika menyuruh Dayang, mungkin sudah pada istirahat. Lagian Dinda tidak tau kenapa tiba tiba Dinda merasa tidak enak badan. Padahal tadi sore Dinda baik baik saja."

"Istiratlah Dinda, mungkin kamu kecapean!" saran sang Adipati sambil merebahkan diri dipembaringan.

Setelah merapikan pakainya Gusti Putri ayu Sekar arum ikut merebahkan diri disampingnya.
Malam ini anaknya yang bungsu tidur bersama Mbok mban asuhannya.

"Kanda, tidakkah bisa kepergian Cakra diundur, rasanya dinda belum rela berpisah kembali dengannya Kanda" mohon Sekar Arum.

Iya, Sekar arum adalah ibu kandung Cakra.
Nama bangsawanya adalah Dyah Putri Sekar Arum. Para Dayang memanggil nya sebagai Gusti Putri Sekar Arum.

"Sebenarnya Kanda juga merasa enggan melepasnya Dinda. namun bagaimana lagi, anak itu berkeras ingin segera pergi ke Keraton Trowulan. Kamu tau sendiri Dinda, Cakra itu sejak kecil sudah istimewa, dia selalu cerdik dan pandai dalam segala hal. Saya yakin Dinda, di Kerajaan nanti dia akan mendapatkan posisi yang bagus. Apalagi pamanya Senopati Ranggalawe masih bertugas disana. Kemarin kanda sudah berbicara dengan kakang Rangga untuk mengusahakan supaya Putra kita bisa mengabdi di Istana.

Sekar Arum mendesah, mengingat betapa Putra tertuanya itu sepertinya memang punya keinginan kuat untuk menjadi salah satu Panglima Majapahit. Untuk mencapai cita citanya itu, Cakra rela berguru kepada Begawan Agung Seda yang bermukim di Bali hingga bertahun tahun. Dia hanya pulang setahun sekali atau dua kali untuk melepas rindu kampung halaman.

Memang untuk menjadi prajurit di Majapahit harus melalui beberapa tahapan, semacam audisi.Siapa yang bisa bertahan dia yang akan terpilih.
Untuk Cakra mungkin lebih mudah. Bagaimanapun dia masih kerabat Kerajaan. Dia bisa saja dengan mudah masuk dalam keprajuritan.

Istilah masa depan lewat jalur orang dalam.

Sebagai seorang ibu, Sekar arum tau betul Cakra bukan anak sembarangan. Sejak kecil Cakra hampir tidak pernah rewel, sakit atau nakal untuk anak seusianya. Cakra juga mempunyai kecerdasan luar biasa dalam hal belajar membaca dan menulis. Mewarisi bakat Ayahandanya dalam memimpin karena disegani teman temanya.
Cakra tumbuh dan berkembang dengan disukai banyak orang.
Dan setelah tumbuh menjadi pemuda dewasa, Cakra disukai banyak Putri Istana Kadipaten.

Ada satu hal kecil yang sedikit mengganggu pikiran Gusti ayu Sekar Arum. Cakra lumayan dekat dengan salah satu Dayang Kesayangannya. Cempaka.
Bahkan hanya masakan Cempaka yang menurut Cakra pas dilidah. Makanan kesukaan Cakra Tumis Labu.

Sekar arum pernah menanyakan kepada Cakra soal kedekatan Cakra dengan Cempaka, namun Cakra dengan tegas hanya berteman dengan Cempaka karena menyukai masakanya.
Cakra mengaku dia hanya tertarik dengan Putri Kerajaan Majapahit Dyah Gitareja.
Ibundanya hanya menggeleng geleng dengan perkataan Putranya, baginya menyukai Tribuana itu lebih mengkhawatirkan daripada menyukai Cempaka.
Karena meskipun masih kerabat jauh, Tribuana pasti lebih memilih Pangeran kerajaan lain karena hal itu bisa memperluas wilayah kekuasaan Majapahit.

Daripada capek mengejar Dyah Gitareja mending sama Cempaka saja.
pikir Sekar arum.

Walapun Sekar arum tidak begitu suka dengan pikiran itu. Karena lebih banyak Anak Perawan Pejabat Kadipaten yang lebih pantas.
Tapi jika Cakra memang milihnya Cempaka mau bagaimana lagi?.

Sepertinya ibunda Cakra dimasa sekarang mempunyai pikiran yang sama dengan Mama Cakra dimasa depan. terbuka open minded tidak kaku dan tidak matre.

____________
Vote share koment mas mbak...
salam hormat dari aurhor😙😙

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now