Kembali Pulang

1.8K 159 2
                                    

Semua tampak sempurna. Kekasih hati yang sangat mencintai, adik yang lucu dan Mama yang sangat sayang.

Tapi, tahukah kamu? pepatah kuno mengatakan:

Kita hanya berencana tapi Tuhan yang menentukan

Baik buruk adalah kehendak Tuhan. Buruk menurut kita tapi baik menurut Tuhan. Dan jika Tuhan sudah berkehendak maka yang terjadi maka terjadilah. Kun fayakun.
Manusia hanya menjalani.

Dan Putri Majapahit Dyah Tribuana Tunggadewi sedang menjalani sebagian takdirnya. ada takdir lain yang menantinya.....

****

Mobil melaju tidak terlalu kencang. Hujan rintik diawal musim membuat jalan beraspal menjadi licin.
Cakra menyetir dengan hati hati. Duduk dikursi belakang; Mama, Putri dan Ana.
Ini adalah hari minggu, mereka berencana untuk ke Toko mereka IndoJuni.
Ana sedang menceritakan sebuah lelucon di sekolah, _ padahal tidak ada yang mendengarkan_ Mama sedang mengetik sesuatu dengan smartphonenya. Mungkin sedang membalas chat karyawan tokonya.
Sedangkan Tribuana dan Cakra saling lirik lewat pantulan kaca depan kemudi.
Tribuana tampak cantik dengan Blazer merah yang baru di belikan Cakra. Senyum teramat manis memperlihatkan Tribuana sedang berbunga bunga hatinya.
Dia sangat menyukai gaun yang baru dibelikan Cakra.

Ternyata ga jaman dulu ga jaman sekarang, cewek memang suka fashion.

Kejadiannya mungkin hanya sedetik. Begitu cepat. Ketika sebuah minibus dari arah berlawanan melaju tak terkendali. Mungkin selip Ban atau sejenisnya. Tapi cukup untuk membuat Tribuana menyadari adanya bahaya.

"Cakra awaaassss!!!!"

"Duar!" benturan keras tak terhindarkan. Reflek Cakra berteriak, disusul teriakan ngeri Tribuana, Mama dan Ana.
Kurang sedetik tubuh Tribuana terguncang. Secara reflek pikiran Tribuana harus menyelamatkan orang yang paling dekat disampingnya. Dari sudut matanya, dia melihat tubuh Ana dan Mama yang nyaris terlempar kedepan. Secara spontan tangan kanannya menyambar Mama dan tangan kirinya menyambar Ana. Membungkuk melindungi Ana dan Mama seperti dua bayi yang sedang menyusu dalam pelukanya. Sedangkan tubuhnya sendiri terlempar menerobos kaca depan. Tribuana mengerahkan tenaga dalam untuk menahan benturan.

"Cakra!!!" Teriaknya.
Tapi terlambat!. Tubuh Cakra sudah terlempar kedepan.

Tribuana menurunkan Mama dan Ana. Kemudian meloncat. menendang minibus yang menabraknya. Minibus langsung bergeser. Cakra terengah engah dibawah minibus. Terbatuk dan muntah darah.

"Cakra!!" Tribuana membalik tubuh Cakra, menempelkan kedua tangan dipunggung, menyalurkan tenaga dalam bermaksud menghentikan aliran darah. Namun Tribuana menyadari luka dikepala Cakra
terlalu parah, benturan dikepala terlihat mengucurkan darah. pengerahan tenaga dalam malah bisa memicu darah dikepala Cakra makin deras.
Air mata tribuana bercucuran putus asa. berkali kali mengguncang tubuh Cakra.

"kakak!" seru Ana yang  entah bagaimana sudah bersimpuh disamping Cakra yang dipeluk Tribuana.

"Cakra! Cakraaa!" Mama ikut mengguncang cakra yang sepertinya semakin kritis.

Tiba tiba Ana terjatuh.

"Ana!!" pekik Mama.
Dalam ketakutan, Tribuana meletakkan Cakra. Membangunkan tubuh Ana yang berantakan.

Tidak bisa tidak!

Berfikir kurang dari sedetik, Tribuana mendudukkan Ana. Mengubah posisi hingga dia berada di belakang Ana.
Dengan konsentrasi penuh Tribuana menyatukan kedua telapak tangannya kepunggung Ana.
Entah apa yang terjadi, meskipun hujan turun mulai deras tapi dari telapak tangan Tribuana yang menempel dipunggung Ana mengeluarkan asap. Tribuana dengan sengaja menyalurkan sebagian tenaga dalamnya kedalam tubuh Ana. Tidak ada luka luar yang terlalu mengeluarkan darah, jadi tribuana berani mengerahkan tenaga dalamnya, itu bisa menguatkan detak Jantung Ana yang berdenyut lemah. Efek dari tenaga dalam dan sebagian kekuatan tribuana yang masuk kedalam jantung terpompa naik keatas dan menyebar ke Sel darah hingga ke otak. Membuat Ana terbatuk dan tubuhnya yang semula berat terasa ringan.

Dia tidak tahu tubuhnya baru saja dimasukkan salah satu ajian terkuat dijaman Majapahit. Ajian yang diciptakan Arya wiguna dan Ranggawuni. Ajian Serat Jiwa. Ajian itu selain mengembalikan detak jantungnya juga menguatkan tubuh sepuluh kali lipat.
Tribuana terpaksa membagi separuh kekuatanya
demi menyelamatkan Ana. Karena jantung Ana tadi nyaris berhenti berdetak.
Sementara itu Mama Cakra memeluk memanggil manggil Cakra yang sudah mulai tak sadarkan diri. Matanya nanar mencari sesuatu. Tentu saja dia mencari Tribuana, Kekasih hatinya. Cakra tersenyum ketika melihat wajah kekasihnya yang basah air hujan dan air mata. Menghalangi pandanganya dari langit.
Iya...Cakra hanya ingin mati dengan memandang kekasihnya. Tangan Cakra terangkat mengusap pipi Tribuana yang basah.
"Ma ....maafkan aku mah.... Putri... Ana... suara Cakra terputus" tiga orang terkasih memeluknya. Tribuana mengecup bibir Cakra yang mulai pucat. Cakra tersenyum dan kemudia menutup mata. Darah mengucur deras dari kepalanya.
diiringi jerit tangis Ana, Tribuana dan Mama.

Tribuana menangis histeris memeluk Cakra ketika menyadari pandangan matanya mulai kabur.

Semua tampak menjadi bayang bayang. Dia menatap tubuh Cakra yang dalam pelukanya yang juga mulai kabur. Ana dan Mama juga mulai terlihat seperti bayang-bayang.
Tribuana menyadari. Sepertinya dia mulai kembali kemasa lalu. Seperti ada dua pemandangan. Pemandangan masa depan dan masa lalu.

"Kak Putri!" Ana berteriak samar.
Tribuana tau dia tidak akan bertemu keluarga barunya.

"Ana jaga Mama, kamu sekarang kuat sekuat istri prabu Siliwangi!!" Suara Tribuana menggema ketika akhirnya benar benar gelap.
Tribuana menangis terguncang mencoba memeluk Cakra.
Dia terus memanggil-manggil Cakra.

****

"Tuan Putri!" Tuan Putriii!!"
Seseorang mengguncang tubuhnya.

Tribuana membuka matanya sosok yang pertama dia lihat adalah Ranggawuni sang Guru. Tribuana menatap bingung sekitarnya, air matanya membasahi pipi. Badannya terasa sakit semua. Namun anehnya Bajunya sudah berganti menjadi baju yang pertama kali dia pakai dimasa depan.

"Oh.... jadi aku tadi bermimpi?" gumamnya.
Dia masih bersemedi didalam Goa yang pernah atau akan runtuh dimasa depan tersebut.

"Tuan Putri apa yang terjadi dalam semedi Tuan Putri?"

"Cakra... " gumam Tribuana mengabaikan gurunya yang menatap khawatir.

"Maafkan aku Cakra"... kembali tubuh Tribuana menangis menggema didalam Goa.
Putri terus menangis hingga badannya terguncang.

________________________
Mohon maaf teman teman kalau endingnya bikin nyesek.
Tapi tenang saja petualangan Cakra dan Tribuana justru sedang dimulai.. jadi pantengin terus yah cerita aku.. jangan lupa vote follow komen dan share... tengkyu

Dyah Tribuana Tunggadewi Where stories live. Discover now