Terlahir Kembali

1.9K 151 2
                                    

Cakra membuka matanya. Silau. Badanya terasa sakit semua. Pertama kali dia membuka mata dia hanya ingin menatap wajah kekasihnya Putri.
Namun dia tidak menemukan wajah itu dimanapun. Semua masih kabur dan terlihat putih.

Apakah aku dirumah sakit?. Dimana Mama, dimana Ana dimana Putri? Apa mereka baik baik saja?.

Cakra mengingat kecelakaan tragis yang menimpanya. Sebelum menutup mata, dia merasa hangatnya bibir Tribuana. Walapun tubuh mereka basah karena darah dan air hujan. Namun bibir itu terasa sangat hangat.
Ciuman itu laksana obat yang sangat mujarab. Seketika seluruh rasa sakit ditubunya hilang seketika. Dan dia merasa mengantuk hingga matanya terpejam.

Mengingat semua kejadian yang baru dialaminya, Cakra mulai menangis. Dia merindukan dan mengkhawatirkan Putri.

"Gusti Adipati, Anak gusti sudah lahir!" Terdengar suara nyaring di dekat Cakra.

Cakra sendiri terkejut mendengar suara tangisannya. suaranya melengking seperti tangisan bayi.

Cakra membuka matanya lebar lebar. Sesosok wajah asing tersenyum dekat sekali dengan wajahnya. Senyum lemah namun terlihat bahagia. Ada air mata menggenang dipelupuk mata sesosok wajah asing tersebut. Entah kenapa Cakra berhenti menangis, tanganya bergerak ingin mengusap airmata yang mengalir dipipi perempuan asing tersebut.
Namun alangkah terkejutnya Cakra. Melihat sebuah tangan kecil yang berusaha menggapai wajah perempuan yang menangis bahagia tersebut.

Tidak mungkin! itu adalah tangan seorang bayi! dan itu adalah tangan Cakra sendiri.

"Kanda? lihat kanda! anak kita benar benar rupawan. Lihatlah kanda! dia mengusap air mata dinda. Oh anakku" Tangis wanita dihadapan Cakra pecah, tapi Cakra tau itu adalah tangis bahagia.

"Kamu benar dinda, dia rupawan sekali. wajah nya bersinar, dinda biar aku menggendongnya".

"Mbok mban, apakah anakku sehat jasmaninya?".

"Nyuwun sewu ndoro, Tuan muda sehat sekali tanpa kurang suatu apapun. Biarkan hamba membersihkan Tuan muda dulu ndoro".

Cakra benar benar bingung mendengar semua percakapan aneh tersebut. ini mengingatkan cakra pada film Angling Darma yang sering ditonton Ana dan Putri. Percakapan seperti film kolosal Kerajaan.
Cakra juga bingung melihat tubuhnya, tubuhnya benar benar menjadi sangat kecil seperti Bayi. Cakra ingin mengucapkan sesuatu, tapi hanya suara yang tidak jelas yang keluar dari mulutnya. Seperti sebuah suara rengekan.

Hingga sebuah kenyataan menyadarkan Cakra!.

Ya! cakra sadar. Dia bukan Cakra yang dulu. Dia adalah Cakra yang baru. Cakra yang masih bayi!. Cakra yang baru lahir di Dunia!.

"Ya Tuhan! bagaimana mungkin?"
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?".

Semua orang disekitarnya merubung penuh bahagia. Mereka berpakain aneh, seperti pakaian orang orang dalam film silat. film kolosal, film kerajaan.

Terlahir dimana aku? Dimana Putri? dimana Mama? Ana? Dimana Ana?.....

Cakra merasa menjadi seorang pembaca novel yang halu.
Seorang pembaca novel yang masuk kedunia novel yang dia baca.

Takdir seperti apa yang dia terima?

Dan tiba tiba Cakra ingin menangis, menangis sekeras kerasnya.

Dyah Tribuana Tunggadewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang