Ibunda Sekar Arum Sakit

1.3K 123 6
                                    

"Tuan Putri, Tuan Putri dalam mengendalikan Cemeti Cakar Rajawali benar benar mengagumkan. Tuan Putri hanya perlu mengatur kekuatan dan tekanan pada Cemeti agar kekuatan Cemeti bisa seperti yang putri inginkan. Jadi dengan pengendalian kekuatan, lilitan Cemeti bisa Tuan Putri Atur. Lilitan itu cuman sekedar mengikat musuh atau memutuskan anggota tubuh musuh, karena ketika Cemeti ini mbelit musuh, Cemeti ini seperti punya nyawa sendiri." "Jadi Tuan Putri harus bisa mengendalikan kekuatan Cemeti Cakar Rajawali ini." Terang Ranggawuni kepada Tribuana yang pagi itu masih berlatih memutar dan menarik pohon pohon kecil mencoba kekuatan Senjata barunya pemberian sang guru Ranggawuni.

"Baiklah Guru, tapi sejujurnya saya merasa kurang berbakat dengan Cemeti ini. Namun saya akan terus berlatih sampai saya benar benar menguasai Cemeti ini" jawab Tribuana.

Ya!. Tribuana memang lebih mahir dalam permainan pedang. Namun tetap saja mempunyai senjata Cemeti Rajawali sangat menantang untuk dia kuasai. Sudah setahun dia tinggal di Hutan, selama ini Tribuana berpesan kepada Penggantinya Gajahmada untuk merahasiakan keberadaan dirinya dari para pejabat kerajaan, hal ini dikarenakan untuk mencegah kebocoran informasi jika Putri Kerajaan Majapahit sedang diluar Istana. Sangat berbahaya jika sampai musuh kerajaan tahu, jika Putri Kerajaan ada di luar Istana, lebih-lebih berada jauh dari Istana, jauh ditengah hutan Rimba. Hanya keluarga Raja termasuk ibu Suri dan Baginda Raja yang tau keberadaanya.

Tribuana sudah dewasa sekarang, usianya sudah Tujuh belas tahun. Diusia yang muda dia sudah jadi rebutan para pangeran. Namun Tribuana masih merasa belum puas berguru, dia sadar sebagai seorang Panglima Tertinggi Majapahit dia harus benar benar sakti. Karena melindungi Majapahit adalah sumpah mutlak seorang Prajurit, apalagi status dia juga adik dari Maharaja Jayanegara, meskipun dia tidak menyukai kakak tirinya itu. Namun melindungi Majapahit tetap yang utama.

***

Setelah Setahun memgabdi di istana, Cakra menerima utusan dari Ayahandanya. Sang utusan mengabarkan jika sang Ibunda sakit. Menurut utusan, sang Ibunda terjangkit penyakit berbahaya, sakitnya misterius. Belum ada obatnya. Masih menurut utusan, penyakit ini belum pernah terjadi sebelumnya, penderita penyakit ini akan batuk batuk, bersin tenggorokan gatal dan yang lebih parah keluar cairan dari hidung. Dengan cemas Cakra mendengar cerita utusan tersebut, hingga dia sadar sakit misterius sang Ibunda mirip dengan sakit Pilek. Dan sakit pilek pada masa Majapahit termasuk salah satu penyakit yang berbahaya. ingat ya! Ini jaman Majapahit!. karena Zaman Majapahit belum ada Ultra flu.
Cakra yakin jika di masa depan, pilek hampir setara dengan virus korona, jadi pilek sangat menular dan penderita pilek harus diasingkan, atau istilah masa depan di isolasi. Meskipun belum ada laporan kematian dari penyakit misterius ini. Kalaupun ada kematian itu sebenarnya akibat penyakit bawaan, namun sengaja di hubung hubungkan dengan penyakit Pilek.

Ternyata kabar hoax sudah ada sejak jaman Majapahit.

Tanpa ba-bi-bu, Cakra langsung memohon ijin kepada Panglima Tertinggi kerajaan Gajahmada, demi merawat ibunya yang diisolasi mandiri.
Tanpa Cakra sadari di gerbang istana Cakra berpapasan dengan utusan dari kerajaan Bima, yang mana pangeran dari Kerajaan Bima bermaksud melamar Dyah Tribuana Tunggadewi. Tapi Cakra yang buru buru tidak kepo dengan utusan tersebut. Dia hanya ingin bertemu dengan sang Ibunda Sekar Arum.

Tiga hari kemudian setelah membus lebatnya hutan weling dan keluar masuk desa, Cakra sampai di Kadipaten Tumapel.
Cakra tidak tau jika dihutan weling yang dia lewati, jika dia memilih untuk berbelok kearah barat menembus semak belukar, besar kemungkinan dia akan menemukan Goa tempat dia dan Putri pernah ke sana dimasa lalu, atau masa depan(?). Bahkan besar kemungkinan dia bertemu Tribuana disana. Namun sepertinya takdir belum memperbolehkan mereka bertemu. Karena sehari kemudian, Panglima Tertinggi prajurit Bayangkara yang terbaik dari yang terbaik Gajah Mada, menyusul Tuan Putri Tribuana untuk menyampaikan lamaran Pangeran dari negeri Bima.

Bima yang author maksud adalah Bima yang terletak di Papua Nugini ya, bukan Bima NTB😁- .

***

"Bunda? bagaimana kabar Ibunda?" Cakra bertanya cemas begitu tahu ibunya mengurung diri dalam bilik khusus.
Ayahanda dan segenap keluarga istana kadipaten memakai penutup wajah khusus, demi mencegah penularan penyakit Pilek. Penutup wajah tersebut jika dimasa depan disebut masker.
Para Tabib bekerja keras demi menjaga agar Pilek tidak menyebar luas. Memang sudah ada beberapa anggota Kerajaan yang terpapar Pilek dan salah satunya Ibunda Cakra. Peraturan ketat wajib memakai penutup wajah diberlakukan di Kadipaten.

"Oh, Cakra anakku, Ibunda kangen banget, tapi jangan masuk, penyakit ini sangat berbahaya anakku" Sekar Arum dikamar mulai terisak.
Hanya ada Ibundanya dan seorang Tabib khusus yang menjaga Ibundanya.
Cakra nekat masuk kedalam, mengabaikan peringatan sang ayah atau ibunya, mereka baru mengalami penyakit seperti ini. Mungkin dari sinilah asal mula penyakit Pilek berasal.

"Ibunda jangan cemas, ini hanya penyakit biasa bunda, jika Ibunda rajin minum air hangat dan rajin mencuci tangan kemungkinan seminggu atau dua Minggu Ibunda akan sembuh." Dalam hati Cakra kesal kenapa dia tidak lahir dijaman Majapahit ini dengan tidak membawa ultra flu atau komik sirup obat batuk.
________
Vote share dan komen KK..biar semangat updatenya 😁

Dyah Tribuana Tunggadewi Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora