Teori Mama

1.8K 152 2
                                    

Cakra memarkir mobilnya. Tampak diteras rumah, mama Cakra sedang ngobrol dengan seorang tamu.
Cakra menatap lurus kedepan, dari balik kaca mobil. Sedikit kaget setelah memastikan siapa tamu tersebut. Putri Tribuana menatap Cakra dengan pandang bertanya.

siapa?

"Ayo!" Cakra turun dari mobil.

Tribuana mengekor dari belakang.

"Malika?!. Tumben?" Sapa Cakra. seulas senyum tersungging dibibir cakra.

"Hai!" Sapa Gadis yang dipanggil Malika.

"Ma...." sapa Putri sambil tersenyum.
Kemudian tersenyum manis kearah cewek bernama Malika.

"Gimana jalan jalan dihutannya?seru?!" tanya Mama sambil membalas senyum Putri.

"Seru ma". Gak mungkin Cakra jawab tadi hampir tewas didalam Goa. Biarlah itu menjadi cerita Putri dan Cakra saja.

"Putri! kenalin ini Malika. Malika! kenalin ini Putri".

"Hai! Malika" sapa Malika memperkenalkan diri. Dalam hati dia bertanya tanya siapa gadis cantik ini, kenapa memanggil mama Cakra dengan panggilan "Ma".

"Putri" Putri ganti menyebut nama. Memperkenalkan diri. Diam diam putri penasaran dengan sosok Malika, seperti pernah mendengar nama itu.
Tapi entah dimana.

"Eh Cakra, Malika dari tadi nungguin lo. Yaudah Mama kedalam dulu". Mama Cakra bangkit dari duduk masuk kedalam.

"Cakra aku masuk dulu, kebelet pipis" Tribuana ikut ijin masuk sambil meringis menahan pipis.

Cakra tersenyum geli melihat Tribuana yang langsung masuk menyusul Mamanya.
Bahkan meringisnya Tribuana terlihat manis sekali.

****

"Putri itu siapa kok sepertinya akrab dengan mama kamu?" tanya Malika penasaran.
"Saudara jauh, kebetulan dia tinggal disini" jawab Cakra datar.
"Tapi dia manggil Mama kamu dengan panggilan Mama?" tanya Malika penasaran.

"Karena dia sudah dianggap anak sendiri sama mama" jawab Cakra singkat.

Malika cukup tau diri, sepertinya Cakra agak enggan membicarakan Putri.

****

Di dalam Dapur.

"Malika itu siapa ma?". Tanya Putri ketika bertemu dengan Mama Cakra.

"Temen Cakra, kebetulan dia mengantar Mamanya main kerumah tantenya didekat sini. Jika sekalian mampir"

"Oh" jawab Tribuana singkat.
Ada sedikit rasa aneh dalam hatinya.

Aku seperti pernah dengar nama itu? dimana ya?.
Batin Tribuana.

"Ma, maafin Putri ya, Putri tidak tau sampai kapan Putri harus merepotkan mama dan Cakra" kata Putri.
"Putri! jujur saja nih ya, Mama seneng kok kamu disini. Tapi bukanya Mama tidak percaya dengan kamu, tapi boleh kan Mama berpendapat?" kata Mama Cakra.

"Pendapat apa Ma?"

"Mama anggap kamu hilang ingatan dan.... dan... entah bagaimana caranya sepertinya jiwa aslinya kamu di masuki oleh jiwa dari masa yang jauh, mungkinkah kamu keturunan dari Majapahit?" Mama Cakra menduga duga.

"Mama masih tidak yakin jika aku datang dari masa lalu ya?" Tanya Putri.

"Itu hanya pendapatmu putri. Mama juga yakin kamu tidak berbohong, karena Mama yakin jiwamu memang berasal dari Majapahit, tapi Mama berpendapat ragamu ini tetap berasal dari dunia saat ini. Hanya saja kamu sendiri tidak menyadari" tutur Mama Cakra.

Tribuana menatap Mama Cakra kagum.

"Wah jalan pikiran Mama lebih maju daripada Cakra, saya jadi berfikir jangan jangan memang begitu" Putri mau tidak mau harus menerima gagasan yang disampaikan Mama Cakra.

"Anak pemalas itu hanya perduli dengan kecantikan kamu saja" gerutu Mama Cakra merujuk pada Cakra.

"Ah masak sih Ma, kelihatannya dia tidak begitu perduli denganku"
"Putri, aku ini sudah 22 tahun jadi ibunya, aku tau betul wataknya"

Tribuana sedikit menoleh. Menyembunyikan senyum malu dan senang ketika mengetahui fakta jika Cakra perduli dengan kecantikannya.
Sehebat apa pun Putri , tetap saja dia merasa tersanjung jika di sukai seseorang. Apalagi dibilang cantik. Apa lagi orang itu Cakra.
Wanita tetaplah wanita, sosok yang tetap ingin diperhatikan.

Diluar terdengar suara tawa Cakra dan Malika, sepertinya mereka sedang saling menceritakan peristiwa lucu.
Tribuana mendengus dalam hati.

"Ma, Malika itu kekasihnya Cakra ya?" Tribuana menyelidik.

"Eh ...bukan, hanya temen deket"

"O, cuman pacar?" Tribuana tetap menganggap pacar itu artinya temen deket.

Mama Cakra menatap heran Putri.

"Mereka tidak pacaran, cuman temen deket" Mama Cakra meluruskan.

"Bukanya temen deket artinya pacar ma?" gantian Putri yang menatap heran Mama.
Mama Cakra tertawa dengan keluguan Putri Tribuana.

"Siapa yang bilang?"

"Cakra ma" jawab Tribuana.

"oh..." kata Mama Cakra tanpa melanjutkan ucapannya.

"Dasar Cakra" gumam Mama Cakra.

"Emang pacar itu artinya apa ma?" Putri curiga jangan jangan dulu Cakra berbohong soal arti pacar.

Mama Cakra hendak membuka mulut ketika tiba tiba Cakra nongol.

"Ma! Malika mau pamit"....
___________
ps ; please vote komen and share ya biar author semangat nulisnya....😀

Dyah Tribuana Tunggadewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang