Kebenaran yang Terungkap

2.2K 219 15
                                    

Tribuana sadar keadaan memang membingungkan.
Dia tidak tersinggung ataupun marah jika Cakra masih meragukan ceritanya.
Memang,  seseorang bisa masuk ke dunia yang jauh dari masa lampau ke masa depan itu suatu hal yang tidak masuk di akal.
Secara nalar,  seharusnya saat ini dia sudah terkubur menjadi tulang belulang didalam tanah dan tinggal sejarah.
Bukannya malah berkeliaran di Dunia masa depan beratus ratus tahun setelah  masa Majapahit berahir.
Didunia yang baru dengan pengalaman yang serba baru.

****

Tribuana keluar kamar mandi dengan perasaan canggung dan malu.

Peralatan mandi yang berbeda.  Juga benda yang bernama sabun. Ana harus menjelaskan apa itu Sabun, Sampoo dan segenap peralatan mandi untuk cewek biar tambah kinclong kulitnya.

Baju yang dikenakannya sangat asing menurutnya. Tapi anehnya dia suka mengenakannya.
Ana menyusul dari belakang dengan geli menatap kakaknya yang terpesona.

"Biasa aja kali lihatnya, tuh ilernya ngeces" ledek Ana.

Sebenarnya Ana juga heran ketika melihat Tribuana kebingungan dengan baju yang mau dia pakai. Namun penjelasan singkat kakaknya membuat Ana paham.
Malah Ana lebih tertarik dan langsung percaya aja. Maklumlah Ana masih kategori Abg agak labil. La wong hobinya aja nonton film Angling Darma dan Raden Kian Santang.
Jadi dia juga berkhayal bisa melompat laksana terbang seperti para pendekar di film yang dia tonton.
Menurutnya itu keren.

"Bantu dia untuk menggunakan peralatan wanita yang mungkin dia tidak tau" Kata kakaknya tadi ketika Cakra mengusulkan kepada Putri untuk mandi.

Saat ini dengan baju Dress Merah Tribuana kelihatan cantik sekali. Tribuana tersenyum malu. Merasa konyol dengan baju yang dia kenakan.
Cakra mengerjap ngerjap mata untuk mengembalikan otak ngeresnya. Maklum otak cowok emang suka gitu kalo lihat yang glowing glowing.

****

Kembali mereka duduk diruang tamu, Cakra Sudah lebih dulu duduk manis didepan laptop.
Seperti biasa, Tribuana menatap Laptop penuh minat.

Ana yang sebenarnya  ga ada urusan malah  lebih berminat.
Ketika Laptop menyala Tribuana segera menyadari dia tidak bisa membaca tulisan yang ada didepan laptop.
Tentu saja Tribuana belum mengenal abjad latin, yang dia pahami adalah Huruf Kawi atau Jawa kuno. Walapun saat ini mereka menggunakan Bahasa yang sama namun Huruf yang digunakan ternyata berbeda.

"Aku tidak paham huruf huruf apa ini, aku tidak bisa membacanya" aku Tribuana malu malu.

Ana dan Cakra menatap Tribuana berbarengan.

"Baiklah, tidak masalah, kamu tinggal mendengar yang aku bacakan" kata Cakra akhirnya.
Pertama - tama Cakra membuka halaman wikipedia.
Kemudian Cakra mengetik Kata Kunci Tribuana Tunggadewi. Dengan menambahkan kata Majapahit dibelakangnya. Hasilnya benar benar mengejutkan.
Untuk halaman pertama nama Tribuana Tunggadewi adalah biografi istri Atlet sepak bola Bambang Pamungkas. Tentu saja bukan dia.
Pandangan mata Cakra tertuju pada baris kedua dari sebuah artikel rujukan yang membahas tentang Maharaja Putri Dyah Tribuana Tunggadewi.
Nah! Ini dia!.

"Putri, apakah nama lahir kamu Dyah Gitarja?"

"Benar" jawab Tribuana terkejut.
"Bagaimana mungkin kamu bisa tau ?" Tanya Putri penasaran.

"Tertulis dalam sejarah Majapahit disini, kamu adalah Ratu majapahit!"  kali ini Cakra benar benar takjub.

"Woowww"... Ana menatap  takjub Tribuana.
"Apa kakak bisa terbang seperti istri Prabu Siliwangi?" sambung Ana penasaran.

Putri menatap Ana, tersenyum melihat antusias adik Cakra itu.
Cakra mengabaikan adiknya yang cablak dan rada sableng itu.

"Aku memang Putri Raja Majapahit, tapi aku bukan Ratu, aku hanya Putri Raja" kata Tribuana.

"Apakah Raja Majapahit itu adalah kakak tiri kamu Jayanegara?" Cakra melanjutkan pertanyaanya.

"Benar!"

"Wow luar biasa! apakah kak Putri punya kesaktian yang bisa memecahkan Batu besar?"  lagi lagi Ana menyela Takjub.

Kali ini Tribuana menatap heran Ana. Ana selalu menanyakan hal hal yang asal ngomong, tapi anehnya benar.

Benda ini bisa mengetahui semuanya?" Tribuana terkagum kagum.

"Kamu adalah Ratu setelah kakakmu meninggal" gumam Cakra merasa suaranya nyaris tenggelam saking takjubnya dengan kenyataan yang ada. Sepertinya dia sekarang yakin bahwa gadis cantik disampingnya adalah Calon Ratu Majapahit yang terlempar ke jaman modern ini.
Tapi ada yang harus dia tanyakan sekali lagi untuk meyakinkan dirinya.

"Putri... siapa nama lengkap Bangsawan kamu?"

"Dyah Sri Tribhuwana Wijayatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani" jawab putri mantap tanpa ragu.

"ibundaku Rajapadni, terlahir sebagai Gayatri"  lanjut Tribuana.
Nama panjang Putri benar benar panjang, Cakra langsung lupa jika disuruh mengulang.
Cakra termangu didepan laptopnya. Karena jawaban Putri benar sekali.

Sedangkan Ana yang ikut membaca artikel tentang sejarah Tribuana menyadari sesuatu yang aneh. Dia menatap tak percaya dengan salah satu baris tulisan yang tertera di artikel bagian bawah.

"Kak Putri? apakah kakak sudah menikah?" tanya Ana penasaran.

"Belum" jawab Tribuana sambil menoleh Ana.

Cakra juga tidak kalah terkejutnya ketika menyadari baris tulisan dibawah.

"Dyah Tribuana Tunggadewi menikah dengan Cakradhara"

Secara bersamaan Ana dan Cakradhara saling pandang. Kaget dan nyaris tak percaya.

"Ada apa?" tanya Tribuana heran dengan sikap kakak beradik tersebut.

"Aku memang belum menikah" kata Tribuana.

Entah kenapa tiba tiba wajahnya bersemu merah. Tentu saja membicarakan pernikahan bagi seorang gadis memang membuat seorang gadis pada zaman Majapahit sedikit tidak lazim.

"Ehem....ehmmm..." Ana berdehem jahil.

"Tenang aja kak, kak Putri akan segera  menemukan jodoh kakak" kata Ana misterius.

"Cieee seneng" sambung Anak sambil melirik kakaknya.

Cakra jadi salah tingkah ketika Tribuana menoleh padanya penuh  penasaran.

"Emangnya, ditulis disitu siapa suamiku nanti?" tanya Tribuana  penasaran.

Ana langsung menjawab
"Iya namanya Caa....

"Kertawardhana... namanya kertawardhana" potong Cakra cepat.
Ana merengut karena ucapannya dipotong kakaknya.

"Kenapa kamu ga jalan jalan! inikan hari minggu!" kata Cakra pada adiknya setengah mengusir. Dia takut Ana ngomong yang iya iya dengan putri.

Ana mendengus.

"Oh" respon Tribuana.

Tribuana sendiri tenggelam dalam pikirannya. Penasaran dengan sosok kertawardana yang kelak jadi suaminya.

Sedangkan Cakra sendiri bergulat dengan informasi yang baru dia dapatkan.

Bagaimana mungkin?

Cakradhara adalah nama panjangnya.
Tapi kertawardana nama yang asing sama sekali. Diam diam Cakra menatap Tribuana dari sudut matanya (melirik ).

Tuhan apakakah artinya ini? apakah engkau yang maha kuasa sedang menunjukkan kekuasaanMu?
Mengirim kan jodohku datang dari masa lalu?.
Semoga. Amin ya Allah.

____________________

plissss mas mbak yang kece.   jika berkenan vote komen dan share. . trims

Dyah Tribuana Tunggadewi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang