Bab 23: Ibu kota

2.4K 369 15
                                    

Publish: Kamis, 29 September 2022.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Tidak sampai satu bulan dari perbincangan Rosellyn dengan Alastair sore itu, akhirnya benar-benar diputuskan bahwa sang nona muda Grimsbane mengikuti kompetisi pemilihan Putri Mahkota di ibu kota. Sungguh akan berjuang sendirian di istana sebab semua pelayan kastel tidak ada yang diizinkan ikut, termasuk Patricia.

“Nona, tolong jaga diri Anda dengan baik, jaga kesehatan Anda, jangan sampai sakit, tidak masalah jika Anda pemilih dalam makanan seperti di sini, tapi perhatikan kandungan gizi di dalamnya.” Patricia memberi wejangan panjang sudah seperti seorang ibu yang mengantar kepergian anak satu-satunya merantau.

Air mata mengalir di pipi itu sesekali diseka dengan lengan baju seragam, terisak mengingat harus berpisah lama dari majikan yang selama ini diurus.

Rosellyn tersenyum dengan anggukan kepala. “Ya, akan kulakukan. Berhentilah menangis, aku pergi tidak untuk selamanya,” ujarnya berharap bisa menenangkan tangisan.

Patricia mengangguk sambil sesenggukan, kembali menghapus jejak air mata di wajah yang sembab. Walaupun dikatakan tidak selamanya Rosellyn di ibu kota, tapi tetap saja, kompetisi itu akan berlangsung berbulan-bulan.

Kastel Grimsbane akan kosong tanpa majikan satu pun, karena Alastair juga belum bisa tinggal sepenuhnya di sini, masih beberapa bulan lagi sebelum lulus dari menara sihir.

“Aku akan pergi sekarang,” kata Rosellyn berpamitan.

Patricia mengangguk terpatah-patah. “Hati-hati, Nona,” pesannya lagi.

Rosellyn berbalik ke arah gerbong kereta yang sudah dipersiapkan, ditarik dua kuda dan seorang kusir. Alastair sudah menunggu di dekat pintu gerbong untuk membantu naik, sedangkan di sekitar gerbong ada sejumlah penunggang kuda.

“Pasti merepotkan harus mengawalku,” ujar Rosellyn pada salah satu dari penunggang kuda di samping gerbong, pemilik kuda hitam.

“Jangan bicara omong kosong, masuklah agar kita bisa berangkat segera,” balas Lazuard tenang, menggerakkan dagu isyarat Rosellyn segera naik ke gerbong.

Rosellyn terkekeh pelan. “Baiklah,” ujarnya setuju, berpaling menghadap pintu gerbong yang dibukakan kesatria.

Setelah naik dengan sempurna, Alastair menyusul, dan gerbong perlahan berjalan maju dikawal belasan kesatria yang dipimpin Ardolph. Rosellyn masih sempat melambaikan tangan pada para pelayan dan seluruh pekerja di depan gerbang kastel.

The Antagonist Witch Doesn't Want To Die { Tamat }Where stories live. Discover now