Bab 25: Mengancam

2.3K 385 23
                                    

Publish: Selasa, 4 Oktober 2022.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Untuk beberapa saat waktu seakan berhenti berputar di sekitar dua sosok yang berdiri bak melekat satu sama lain, sepasang manik emas bertaut dengan netra hazel memikat.

“Ah-!”

Sampai sedetik kemudian Rosellyn memekik tertahan, refleks menarik diri mundur saat benda kenyal basah menyapu telapak tangan. Melepaskan bungkaman dari mulut Zeyglar dan menatap horor pada pelaku yang baru saja menjilat telapak tangannya.

Jika tidak ingat di mana sedang berada, Rosellyn mungkin sudah berteriak ngeri. “Bagaimana bisa Anda menjilat tangan seorang gadis?” keluhnya sambil menarik tangan ke dalam pelukan.

Zeyglar mengusap sudut bibir dengan ibu jari. “Apa yang salah? Kamu membuatku hampir kehabisan napas,” tanyanya balik dengan tatapan menuduh.

Rosellyn terperangah, bahkan untuk bergandengan tangan antara laki-laki dan perempuan saja di zaman ini sepertinya masih cukup tabu, bagaimana bisa Zeyglar begitu enteng bertanya ‘apa yang salah?’ setelah melakukan hal mengganggu kenyamanan tadi?

“Apa karena terus berperang, seseorang bisa melupakan peraturan zaman yang ada?” bisik Rosellyn rendah dengan dengkusan kasar.

“Kamu masih berhutang penjelasan padaku, dan ingin memperpanjang masalah jilatan?” Zeyglar bertanya lebih sengit, tangan bergerak akan menarik pedang dari sarungnya lagi.

“Asshh! Tidak. Tidak. Baiklah. Saya akan menjelaskan, saya akan menjelaskan semuanya. Jangan keluarkan senjata, lagi pula saya tidak akan kabur.” Rosellyn kelabakan, mendorong tangan Zeyglar dari menarik pedang hingga senjata tajam yang sudah tampak keluar sekian senti kembali tenggelam.

“Tapi, tidak di sini, oke? Bisakah kita cari tempat yang lebih ... aman?” Rosellyn menambahi canggung, melirik belakang di mana kesatria bisa saja kembali datang memeriksa.

Zeyglar mengangguk setuju, akhirnya meninggalkan tanaman hias di sana untuk mencari tempat bicara lebih nyaman. Tangan bersarung itu dengan erat memegang pergelangan tangan Rosellyn seperti petugas penjara yang tidak ingin tahanan kabur tiba-tiba.

Menahan ringisan saat tulang pergelangan tangan kiri seakan hendak diremukkan Zeyglar. “Tolong kendurkan pegangan Anda, Yang Mulia, itu menyakitkan,” pinta Rosellyn sambil memulas tangan yang tersakiti dalam cengkeraman.

“Tidak bisa,” tolak Zeyglar mentah-mentah, masih erat mencengkeram.

Rosellyn mengatup bibir rapat membentuk garis lekuk ke bawah, menggerutu hanya bisa di dalam hati sambil berjalan menahan rasa sakit. Padahal tidak berniat menyembunyikan atau mengelak sekarang, karena sihir sudah jelas dilihat tadi.

The Antagonist Witch Doesn't Want To Die { Tamat }Where stories live. Discover now