Bab 45: Pelarian

1.6K 292 17
                                    

Publish: Jum'at, 11 November 2022.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Matahari di musim dingin tidak akan pernah terasa menyengat kulit, justru masih harus menggunakan jubah untuk menghalau suhu rendah yang terasa membekukan setiap napas. Di antara pohon-pohon tertutup salju sudah lumayan tebal, sesosok berjubah putih berjalan sendirian, sesekali terdengar gumaman di mulut.

"Apa masih jauh?" tanya Rosellyn pelan, pandangan tertuju ke depan di mana hanya ada sedikit warna hijau dari dedaunan yang terlihat sejauh mata memandang.

Tidak akan lebih dari dua jam lagi, kamu akan bisa melihat pemukiman.”

Jawaban Orias memunculkan uap dari mulut Rosellyn saat mengembuskan napas panjang penuh kelegaan, memikirkan akhirnya bisa keluar dari hutan ini setelah tiga hari menyusuri tanpa banyak berhenti. Makan hanya buah-buahan liar yang tidak beracun, dan tidur di gua atau sekedar lubang pohon besar, sama sekali tidak mengeluh atau merengek kesulitan meski terkadang ada gerutuan.

Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan Rosellyn di kastel Grimsbane maupun paviliun Regina, di sini tidak ada kehangatan di sepanjang malam, dan tidak ada makanan enak yang dihidangkan oleh pelayan. Namun, jauh lebih baik dibanding ditahan di penjara atas tuduhan palsu, walaupun harus menerima kenyataan bahwa sudah ditetapkan sebagai buronan berharga kepala tinggi.

Sebenarnya akan jauh lebih dekat ke kota di kaki istana jika menggunakan jalur gerbang depan, hanya perlu menyusuri jembatan batu bertembok tinggi ratusan meter, tapi karena Rosellyn menghindari semua orang jadi harus menggunakan jalan memutar hutan belakang.

Langkah Rosellyn tiba-tiba berhenti dengan pendengaran terpasang sempurna, tak lama terkesiap setelah berhasil mengonfirmasi suara samar-samar yang datang mendekat, itu suara tapak kaki kuda tidak hanya sepasang atau dua, tapi banyak dan beruntun.

Mereka mendekat.”

Tanpa menjawab pemberitahuan Orias, kaki Rosellyn sudah lebih dulu bergerak cepat sambil celingak-celinguk mencari tempat persembunyian, berlari beberapa meter hingga menemukan pohon lebih besar dan berjongkok seakan ingin mengecilkan badan.

Satu lawan satu batalion kesatria bukanlah pilihan bijak, walaupun seorang penyihir tingkat tertinggi yang pernah ada pun tidak mungkin ingin meladeni tiga ratusan manusia. Jadi, Rosellyn memilih bersembunyi dengan menekan mana ke titik terendah, sementara menunggu orang-orang itu datang lalu menjauh secepatnya -jika bisa.

Gonggongan anjing terdengar saling bersahutan, Rosellyn menegang kaku menyadari anjing pelacak mungkin akan berhasil mengendus bau walaupun mana ditekan hingga tidak terasa. Apalagi ketajaman indra penciuman anjing pelacak yang sudah sering kali dibawa ke medan perang, jelas itu tidak bisa disepelekan.

The Antagonist Witch Doesn't Want To Die { Tamat }Where stories live. Discover now