Bab 51: Penjara

1.4K 266 49
                                    

Publish: Jum'at, 25 November 2022.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Sejak hari pertama di penjara sebelum kabur, Rosellyn menyadari satu hal tentang takdir yang terus dihindari, tidak perlu lagi menutup mata dari jalan cerita dunia ini. Jika penulis menciptakan Rosellyn sebagai karakter antagonis dan Mirelle adalah protagonis, maka sekarang itulah yang akan pembaca dapatkan.

Tidak peduli seberapa keras menghindari kematian, seberapa kuat ingin mengubah sifat diri, Rosellyn tahu nyawanya adalah kunci dari berakhirnya novel, dan dengan adegan penutup penuh kebahagiaan berupa pernikahan antara Putra Mahkota bersama Mirelle Vixen. Maka, sejak merencanakan pelarian dari penjara, Rosellyn banting setir untuk mengikuti jalur yang seharusnya sudah tertulis.

Terkesan labil, tapi memang tidak ada pilihan lain sekarang, novel tidak akan berakhir jika Rosellyn terus kabur dan menghindari takdir, jadi jalan satu-satunya adalah menghadapi semuanya. Lagi pula, jika alur waktu sama seperti yang dialami Rosellyn asli, maka setelah mati akan hidup kembali menjadi bayi dan menuju awal novel, seperti itulah siklusnya.

"Demi menepati janji pada Putri, kamu menyerahkan diri, sekarang aku bahkan tidak bisa mengukur seberapa bodoh dirimu."

Sungutan Orias terdengar sungguh-sungguh dari lubuk hati, tidak mengerti jalan pikiran Rosellyn yang menurutnya benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana bisa memusnahkan Damballa jika sekarang malah menuju istana, sama saja seperti memasukkan diri ke dalam situasi yang lebih mengerikan.

Dengan semua tindak kejahatan yang sudah dilakukan, Kaisar dan seluruh petinggi istana tidak akan menunggu Rosellyn bernapas lega untuk menurunkan dekret hukuman. Namun, sungutan Orias hanya dibalas keterdiaman.

Bersandar di batang pohon mana yang rimbun daun, memejamkan mata dengan deru napas teratur lembut. Tidak sedang tidur, tapi begitu tenang, sangat jauh berbeda dengan kepribadian tidak sabar biasanya.

"Orias, apa yang dikatakan Kakak benar?" tanya Rosellyn pelan, tidak menanggapi sungutan sebelumnya.

Merasa Rosellyn tidak akan menjelaskan apa-apa, Orias mendengkus, berpaling dari posisi membelakangi hingga bisa menatap sosok gadis lesehan di tanah berumput.

"Bagian yang mana?" tanyanya tak acuh.

"Semuanya," jawab Rosellyn sambil membuka mata perlahan.

Manik emas dengan sorot kosong bertemu rubi yang tenang.

"Hmm." Jawaban Orias hanya berupa gumaman ambigu sambil melangkah mendekat.

The Antagonist Witch Doesn't Want To Die { Tamat }Where stories live. Discover now