Bab 36: Sumpah

2.1K 347 24
                                    

Publish: Minggu, 23 Oktober 2022.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

“J-Jadi ... itu bukan kesatria?” tanya Rosellyn linglung, lalu menatap Zeyglar kembali. “Itu Anda?” lanjutnya.

“Ayah saya tidak seharusnya mati saat itu jika saja tidak melawan monster untuk menyelamatkan Anda.” Rosellyn menggumam.

Kemudian menunduk dengan kekehan rendah dan mundur beberapa langkah, luka lama yang dikira sudah kering rupanya masih basah, terbuka kembali hanya karena beberapa patah kata pengakuan tidak terduga.

Zeyglar menegakkan postur tubuh dari bersandar di batang pohon saat melihat keterdiaman gadis itu lama di posisi kepala menunduk menatap kosong pada tanah, maju untuk memangkas jarak yang sempat dibuat.

“Kamu membenciku karena mengakibatkan kematian ayahmu?” tanya Zeyglar pelan.

Rosellyn mendongak membalas tatapan dengan mata memerah tidak fokus, terlihat jelas perbedaan tinggi badan di mana posisi hanya se-pipi laki-laki itu, masih bertahan diam.

Sebenarnya tidak pernah membenci siapa pun yang menyebabkan kematian Marquess, karena itu memang takdir dan sudah diketahui sebelum kejadian. Semua keluhan ataupun kesedihan Rosellyn hanya ditunjukkan sebagai protes pada pencipta dunia ini, sekaligus merutuki diri sendiri yang tidak berguna, walaupun bisa memprediksi masa depan.

“Tidak,” jawab Rosellyn singkat, berhasil menguasai diri kembali. “Saya tidak menyalahkan siapa pun atas kematian itu, dan tidak membenci siapa pun,” lanjutnya.

Akhirnya mengalihkan pandangan ke arah lain dengan tangan terkepal erat, tidak ingin menangis lagi karena sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menumpahkan air mata sia-sia. Sudah cukup juga dua kali menangis di depan Zeyglar, kali ini tidak ingin mengulangi ke tiga kali. Walaupun rasanya dada sesak dan tenggorokan menyakitkan, tidak ada alasan untuk Rosellyn menunjukkan air mata lagi di depan orang yang sama.

“Saya hanya menyadari saya naif sebelum ini, berpikir sudah melakukan hal terbaik untuk mencegah itu. Saya berharap takdir berubah untuk Ayah, saya pikir Ayah tidak akan semudah itu mati karena dia penyihir, dan saya memberi sihir penyembuh terkuat yang saya pelajari,” ujar Rosellyn panjang, berpaling dari menghadap Zeyglar untuk menatap rumput taman di sisi kiri.

Memang menyadari pemikiran dulu sangat naif, seakan bisa menghadapi takdir yang sudah tertulis, tapi nyatanya itu sama sekali tidak bisa diubah hanya dengan usaha kecil.

“Semakin dewasa, saya menyadari dunia ini kejam. Bahkan sebelum melewati penderitaan yang saya bayangkan, saya sudah lelah, tapi saya bersikeras tidak ingin menyerah, saya tidak menginginkan kematian seperti- .. saya berusaha ... tidak sejahat itu.” Rosellyn melanjutkan dengan tersendat-sendat menjelang akhir, kepalan tangan yang sempat mengendur mengerat kembali.

The Antagonist Witch Doesn't Want To Die { Tamat }Where stories live. Discover now