Bab 54: Ending novel

4.1K 368 56
                                    

Publish: Senin, 28 November 2022.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

Waktu berlalu sekejap mata bagi orang-orang yang menikmati, tapi waktu bagai siput mengesot bagi Rosellyn yang setiap hari harus merasakan sakit dicambuk ratusan kali. Sudah tidak terhitung berapa banyak luka, sudah tidak bisa menghitung berapa hari berjalan. Hanya terus menunggu hari eksekusi tiba, semakin lemah keadaan, semakin rentan pula kematian, terkadang Orias harus menyuntikkan suplai obat dari dalam tubuh agar bisa bertahan.

Setelah sekian minggu siksaan, Rosellyn bahkan tidak bisa mengingat hari apa sekarang, yang jelas orang-orang berjubah putih masuk lebih banyak dari hari biasa, sepertinya waktunya telah tiba. Dengan beberapa gerakan, mereka tampak begitu mudah melepaskan lilitan rantai dan belenggu di sekujur tubuh tahanan.

Hilangnya penopang, Rosellyn ambruk tanpa daya ke lantai dingin penjara, tapi sesaat kemudian dua orang menarik kasar di bagian lengan agar bangkit berdiri meski terhuyung-huyung. Rantai biasa dipasang ke pergelangan kaki dan diberi bola besi pemberat untuk diseret saat berjalan, sementara pergelangan tangan diborgol rantai lain masih dengan sihir pengekang mana, dan tubuh diikat tali tambang untuk dipegangi agar tidak kabur atau bertingkah buas.

Adegan tentang diseretnya sang antagonis novel < Love You, Lady > berputar di ingatan Rosellyn seiring langkah menuju pintu keluar penjara yang terbuka menunjukkan sorot cahaya. Tepat di hari ini juga, pemberkatan pernikahan Putra Mahkota dan Mirelle Vixen akan diadakan besar-besaran di istana.

Di saat semua orang berbahagia menyambut acara pesta mewah, di sisi lain Rosellyn menerima dengan tenang takdir yang sudah tertulis sejak awal. Berjalan di tengah antara para penyihir, terseok-seok karena harus menarik bola besi pemberat, bahkan kapan terakhir kali mencecap makanan enak saja Rosellyn sudah lupa, yang terkecap sekarang di mulut hanya darah sendiri.

Tak ada daya, tak juga berupaya, hanya terus mengikuti seretan yang diyakini menuju alun-alun ibu kota tempat eksekusi akan diadakan, dan disaksikan ratusan pasang mata rakyat maupun bangsawan.

Penyihir, kamu yakin? Kamu masih bisa mengubah rencana jika merasa harus mundur.”

Suara Orias terngiang di kepala, mungkin suara itu satu-satunya yang selalu menemani Rosellyn sejak dipenjarakan untuk ke dua kali, mengingatkan untuk tidak menjadi gila. Kekhawatiran dalam nada bicara tidak dipungkiri membuat sang nona muda Grimsbane tersenyum samar dengan pandangan ke depan.

Sudah sejauh ini, aku tidak mungkin mundur.”

Rosellyn membatin menjawab, sedetik pun tidak terlihat kepala itu menunduk, dagu terus terangkat dan tatapan lurus layaknya seseorang yang bukan menuju tempat eksekusi, melainkan ratu menuju singgasana.

The Antagonist Witch Doesn't Want To Die { Tamat }Where stories live. Discover now