Cluster 10

2.3K 139 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim,,

***

"Kulil Haqqan Wa lau kanaa Murran! Ning Rum, coba jelaskan artinya." Pintaku saat mengajar di kelas yang di huni Ning Rum, 3 tahun setelah aku bermukim di pesantren.

Ning Rum yang saat itu baru menginjak usia 12 tahun mengangkat kepala. Ternyata sedari tadi ia tidak memperhatikan dan malah fokus sendiri, entah melakukan apa.

"Tadi ustadz tanya apa ya?"

"Coba jelaskan makna maqolah Kulil Haqqan Wa lau kanaa Murran?" Ning Rum terdiam, berpikir sejenak.

"Katakan yang sebenarnya walaupun itu pahit. Betul kan Ustadz?"

Aku mengangguk mendengar jawabannya. "Betul Ning, lantas penjelasannya bagaimana? Dan kesimpulan yang bisa kita petik untuk kehidupan sehari-hari bagaimana?"

Ning Rum terdiam, mungkin saja ia teringat peristiwa tentang anggrek langka.

"Bagaimana Ning? Atau yang lain ada yang bisa membantu menjawab?"

Seorang santri yang duduk di barisan paling depan mengangkat tangannya.

"Iya Nasywa? Bagaimana?"

"Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak boleh berbohong ustadz, harus jujur meskipun itu hal yang tidak di senangi. Intinya, kita harus jadi orang jujur Ustadz," jawabnya penuh semangat, aku tersenyum.

"Betul. Dalam hidup, kita memang harus jujur, tidak boleh berbohong, apalagi kalau dari kebohongannya bisa merugikan orang lain, itu sangat tidak baik. Bisa dikategorikan kedalam perilaku tercela. Paham?"

"Paham Ustadz!" serempak mereka menjawab. Kecuali Ning Rum yang hanya diam tak bersuara.

"Ustadz, saya mau mau tanya." Ning Rum mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

"Kalau berbohong demi kebaikan bagaimana hukumnya Ustadz? Contohnya seperti jika seseorang berkata jujur bisa mengakibatkan bahaya untuk dirinya. Masak berbohong untuk menyelamatkan diri nggak boleh?"

Aku terdiam.

"Bagaimanapun kondisi dan situasi yang sedang dihadapi seseorang. Berbohong bukan satu-satunya jalan keluar, Ning Rum! Jika dengan berbohong bisa baik di awal, tapi siapa yang akan menjamin jika nanti akan buruk di akhirnya?"

Ning Rum terdiam.

"Tapi kalau untuk kasus seseorang berbuat bohong demi kebaikan kemudian nantinya dia pasti meminta maaf masak nggak boleh juga?"

Aku tersenyum mendengar argumentasinya. Pendapatnya adalah semua yang sering ia alami sendiri.

"Tidak boleh Ning Rum. Kalau bisa jujur, mengapa harus bohong?"

Ning Rum terdiam.

"Bagaimana Ning Rum? Bisa dipahami?"

Ning Rum mengangguk kaku.

"Yang lainnya, apakah ada yang perlu ditanyakan lagi?"

"Tidak ada Ustadz."

"Baiklah, untuk tugas di hari rabu mendatang, saya minta kalian semua mencari 5 maqolah bahasa Arab beserta penjelasannya dalam bahasa Indonesia, tema bebas."

"Nggeh Ustadz,"

"Sebelum saya akhiiri, mari kita tutup dengan do'a kafaratul Majlis. Bersama-sama."

"Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu An Laailaha Illa Anta, Astaghfiruka waatubu illaika. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh!"

Terpikat Pesona Ning RumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang